Risiko yang Dihadapi Mata Elang di Lapangan, Terjebak Kepungan dan Amukan Warga

kompas.com
2 jam lalu
Cover Berita

JAKARTA, KOMPAS.com - Di balik tatapan tajam dan waspada para mata elang (matel), sebutan bagi agen pelacak kendaraan dengan kredit bermasalah, tersimpan realitas lapangan yang kerap luput dari perhatian publik.

Di jalanan Ibu Kota dan kota-kota penyangga, pekerjaan mereka tidak hanya berhadapan dengan debitur yang menunggak cicilan, tetapi juga emosi warga, stigma sosial, hingga ancaman hukum.

Dalam beberapa tahun terakhir, profesi ini semakin berada di bawah sorotan. Video penarikan kendaraan yang dilakukan para matel di jalan raya kerap viral dan berujung pada kemarahan publik.

Baca juga: Leasing: 95 Persen Kendaraan yang Ditindak Mata Elang di Jalan Sudah Pindah Kepemilikan

Namun, cerita di balik layar menunjukkan bahwa tidak semua matel bekerja dengan cara yang sama. Sebagian justru memilih mundur ketika situasi memanas demi menghindari risiko yang lebih besar.

Putra (bukan nama sebenarnya) (47), bekerja sebagai matel di wilayah Jakarta Barat. Ia masih mengingat jelas momen ketika dirinya nyaris menjadi sasaran amuk massa.

var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=Mata Elang, indepth, debt collector, penarikan kendaraan, Matel&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8yNC8wNTMyNTIzMS9yaXNpa28teWFuZy1kaWhhZGFwaS1tYXRhLWVsYW5nLWRpLWxhcGFuZ2FuLXRlcmplYmFrLWtlcHVuZ2FuLWRhbi1hbXVrYW4=&q=Risiko yang Dihadapi Mata Elang di Lapangan, Terjebak Kepungan dan Amukan Warga§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `
${response.judul}
Artikel Kompas.id
`; document.querySelector('.kompasidRec').innerHTML = htmlString; } else { document.querySelector(".kompasidRec").remove(); } } else { document.querySelector(".kompasidRec").remove(); } } }); xhr.open("GET", endpoint); xhr.send();

Sore itu, menjelang Magrib, ia dan rekannya mengikuti satu unit sepeda motor yang terdeteksi bermasalah.

“Begitu berhenti, tiba-tiba warga berdatangan. Nanya macam-macam. Situasinya cepat panas,” kata Putra saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/12/2025).

Ia memilih tidak memaksakan diri. Motor yang terdeteksi bermasalah ia lepaskan. Baginya, keselamatan jauh lebih penting daripada target.

“Kalau dipaksa dan terjadi apa-apa, kita yang rugi. Bisa luka, bisa ribut, bisa masuk penjara,” ujar Putra.

Dalam lima hingga enam tahun menjadi matel, Putra mengaku sudah terbiasa menghadapi risiko.

Ia pernah nyaris diviralkan oleh pengguna jalan, termasuk pengemudi ojek daring. Menurut dia, stigma negatif terhadap matel terlanjur melekat akibat ulah oknum yang melakukan penarikan paksa di jalan.

“Yang langsung ambil di jalan itu oknum. SOP (standar operasional prosedur) enggak membenarkan,” kata dia.

Menurut Putra, mereka yang bekerja sesuai prosedur justru lebih sering memilih “nongkrong” di titik tertentu, memverifikasi data, dan berkoordinasi dengan kantor.

Baca juga: Cara Mata Elang Dapat Data Nasabah dengan Mudah dalam Hitungan Detik

“Kalau kerja benar, kita aman-aman saja,” ujar Putra.

Antara Mandat dan Stigma

Putra menegaskan, tidak semua unit yang dicari adalah milik debitur aktif. Banyak kendaraan sudah berpindah tangan, bahkan hingga tangan ketiga atau keempat, setelah dijual secara informal.

“Banyak motor dijual COD lewat Facebook, cuma pakai STNK. Yang pegang unit kasihan, tapi statusnya bermasalah,” kata Putra.

Di lapangan, matel tidak serta-merta mengeksekusi. Mereka melakukan konfirmasi ke kantor, mencocokkan nomor mesin dan rangka lalu menjelaskan status kendaraan.

Jika tunggakan masih kecil, debitur biasanya diberi waktu untuk menyelesaikan dengan unit motor sebagai jaminan.

“Bisa ditebus lagi. Enggak langsung jadi hak leasing,” ujar Putra.

Namun, ia mengakui bahwa risiko yang dihadapi saat bertugas tetap besar, mulai dari terjatuh saat membuntuti kendaraan, adu mulut dengan warga, hingga potensi kriminalisasi jika terjadi kesalahpahaman.

“Risikonya jatuh, luka, ribut, itu biasa. Tapi prinsip saya, enggak mau mencuri,” kata dia.

Pandangan Kriminolog: Fenomena Sistemik

Kriminolog Haniva Hasna menilai, fenomena mata elang tidak bisa dilihat semata sebagai persoalan kriminal jalanan.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-for-outstream'); });
.ads-partner-wrap > div { background: transparent; } #div-gpt-ad-Zone_OSM { position: sticky; position: -webkit-sticky; width:100%; height:100%; display:-webkit-box; display:-ms-flexbox; display:flex; -webkit-box-align:center; -ms-flex-align:center; align-items:center; -webkit-box-pack:center; -ms-flex-pack:center; justify-content:center; top: 100px; }
LazyLoadSlot("div-gpt-ad-Zone_OSM", "/31800665/KOMPAS.COM/news", [[300,250], [1,1], [384, 100]], "zone_osm", "zone_osm"); /** Init div-gpt-ad-Zone_OSM **/ function LazyLoadSlot(divGptSlot, adUnitName, sizeSlot, posName, posName_kg){ var observerAds = new IntersectionObserver(function(entires){ entires.forEach(function(entry) { if(entry.intersectionRatio > 0){ showAds(entry.target) } }); }, { threshold: 0 }); observerAds.observe(document.getElementById('wrap_lazy_'+divGptSlot)); function showAds(element){ console.log('show_ads lazy : '+divGptSlot); observerAds.unobserve(element); observerAds.disconnect(); googletag.cmd.push(function() { var slotOsm = googletag.defineSlot(adUnitName, sizeSlot, divGptSlot) .setTargeting('Pos',[posName]) .setTargeting('kg_pos',[posName_kg]) .addService(googletag.pubads()); googletag.display(divGptSlot); googletag.pubads().refresh([slotOsm]); }); } }

Baca juga: Menara Saidah dan Birokrasi yang Membiarkan Waktu Menggerogoti Dindingnya


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Forum Ngkaji Pendidikan GSM Singgung Masalah Kemanusiaan dan Education Reset
• 14 jam lalujpnn.com
thumb
PKB: Gotong Royong Kunci Penanganan Bencana Sumatera
• 11 jam lalurctiplus.com
thumb
Bene Dion dan Boris Bokir Jelaskan Tradisi Mandok Hata, Momen Introspeksi Keluarga Batak di Malam Tahun Baru
• 13 jam lalugrid.id
thumb
Pemerintah Gunakan Pendekatan Ilmiah Tangani Banjir-Longsor Sumatra
• 5 jam laludetik.com
thumb
Ketimpangan Kesejahteraan, Tri Dharma hingga Pembenahan
• 21 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.