Gubernur Jakarta, Pramono Anung mengatakan, Jakarta harus bersiap diri jika suatu hari tidak lagi menjadi ibu kota negara. Menurut Pram, jika Jakarta tidak lagi menjadi ibu kota, maka Jakarta harus menaikkan standarisasi benchmarknya seperti kota-kota dunia.
"Kan sekarang ini masih ibu kota, tapi harus bersiap diri kalau sudah tidak menjadi ibu kota lagi. Dan untuk itu Jakarta harus mempersiapkan diri, benchmarknya itu bukan lagi dengan kota-kota yang ada di Indonesia, tetapi dengan kota-kota dunia. Dan salah satu yang saya ingin rubah adalah orang datang ke Jakarta selama ini hanya 1,6 perhari, artinya orang ke Jakarta tidak lebih dari 2 hari, hanya untuk bisnis," ujar Pram dalam program Blak-blakan detikcom.
Ia menjelaskan saat ini Jakarta berada di peringkat ke-71 Global Cities Index, dan pada 2030 ia menargetkan Jakarta masuk dalam top 50 Global Cities Index.
Menurutnya banyak yang perlu diperbaiki jika Jakarta ingin masuk top 50, diantaranya penurunan angka kemiskinan, sektor pendidikan, sektor transportasi, sektor keamanan, fasilitas kesehatan dan lainnya.
"Sebenarnya problem utama di Jakarta bukan infrastruktur, tetapi gini ratio perbedaan orang kaya dan miskin yang naik. Dan itulah yang kemudian saya prioritaskan fasilitas kesehatan dan pendidikan, termasuk tebus ijazah. Bahkan saya berkeinginan beasiswa bagi mahasiswa bukan hanya S1, tetapi S2 dan S3, bahkan untuk LPDP akan kami persiapkan. Dan saya meyakini itulah kemudian yang akan memotong garis ketidakberuntungan,". Terang Pram.
Lalu seperti apa strategi Pramono untuk mencapai target Jakarta masuk dalam top 50 Global Cities Index? Saksikan tayangan lengkapnya di program Blak-blakan detikcom dalam kanal 20Detik.
(ppy/ppy)


