Harga Emas Cetak Rekor! Investor Serbu Aset Safe Haven

bisnis.com
12 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas dan perak kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa seiring meningkatnya ketegangan geopolitik global dan ekspektasi pemangkasan lanjutan suku bunga Amerika Serikat (AS).

Melansir Bloomberg pada Rabu (24/12/2025), harga emas di pasar spot tercatat naik 1,12% di level US$4.493,617 per ons. Sementara itu, harga perak naik 4,26% ke posisi US$71,43 per ons, menembus level di atas US$70 per ons untuk pertama kalinya.

Pelaku pasar menilai Federal Reserve berpeluang melanjutkan tren pemangkasan suku bunga setelah tiga kali penurunan beruntun, yang akan menopang aset tanpa imbal hasil seperti logam mulia.

Daya tarik emas sebagai aset lindung nilai turut menguat dalam sepekan terakhir di tengah meningkatnya tensi geopolitik, khususnya di Venezuela. Amerika Serikat dilaporkan memblokade kapal-kapal tanker minyak sebagai bagian dari tekanan terhadap pemerintahan Presiden Nicolás Maduro.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

“Friksi geopolitik kembali menjadi narasi utama,” ujar Ahmad Assiri, analis Pepperstone Group, merujuk pada penyitaan kapal tanker minyak. 

Menurutnya, perkembangan tersebut memang belum memicu aksi jual aset berisiko secara besar-besaran, tetapi tetap meningkatkan permintaan emas sebagai instrumen lindung nilai.

Baca Juga

  • Harga Emas Antam & UBS serta Buyback di Pegadaian Hari Ini 24 Desember 2025
  • Harga Emas Cetak ATH, J Resources (PSAB) Bidik Penjualan Rp4,8 Triliun Akhir 2025
  • Pergerakan Harga Emas Hari Ini Selasa, 23 Desember 2025 di Pasar Spot

Sepanjang tahun ini, harga emas telah melonjak lebih dari 60% dan berada di jalur menuju kinerja tahunan terbaik sejak 1979. Reli tersebut ditopang oleh pembelian agresif bank sentral serta arus masuk ke produk exchange-traded fund (ETF).

Data World Gold Council menunjukkan kepemilikan ETF berbasis emas meningkat setiap bulan sepanjang tahun ini, kecuali Mei.

Langkah agresif Presiden AS Donald Trump dalam merombak perdagangan global, termasuk ancamannya terhadap independensi The Fed, turut memperkuat reli emas pada awal tahun.

Selain itu, investor juga terdorong oleh fenomena debasement trade, yakni peralihan dari obligasi dan mata uang negara akibat kekhawatiran membengkaknya utang publik akan menggerus nilai aset tersebut.

Pembelian ETF berskala besar menjadi salah satu pendorong utama lonjakan harga. Kepemilikan SPDR Gold Trust milik State Street Corp., ETF logam mulia terbesar di dunia, tercatat naik lebih dari 20% sepanjang tahun ini.

“Arus masuk ETF emas dalam beberapa bulan terakhir lebih banyak didorong investor ritel ketimbang institusi,” kata Kepala Ekonom Muthoot Fincorp Ltd., Apoorva Javadekar.

Dia menilai volatilitas harga akan tetap tinggi karena arus dana ritel cenderung kurang stabil.

Harga emas juga cepat pulih setelah sempat terkoreksi dari puncak sebelumnya di US$4.381 per ons pada Oktober, saat reli dinilai terlalu panas. Kini, logam mulia tersebut diperkirakan mampu mempertahankan penguatannya hingga tahun depan. Goldman Sachs Group Inc. termasuk bank yang memproyeksikan harga emas terus naik pada 2026, dengan skenario dasar di level US$4.900 per ons dan risiko kenaikan lebih lanjut.

Sementara itu, reli perak tahun ini bahkan lebih spektakuler, dengan kenaikan sekitar 140%. Kenaikan terbaru didorong oleh arus spekulatif serta gangguan pasokan yang masih membayangi pusat-pusat perdagangan utama sejak terjadinya short squeeze bersejarah pada Oktober.

Permintaan dari India melonjak seiring perayaan Diwali, sementara kepemilikan ETF berbasis perak global terus meningkat. Lonjakan permintaan tersebut berbenturan dengan keterbatasan pasokan di pasar acuan London yang sempat dilanda kelangkaan.

Meski gudang penyimpanan di London telah menerima tambahan pasokan, sebagian besar perak dunia masih tertahan di New York. Investor menunggu hasil penyelidikan Departemen Perdagangan AS terkait impor mineral kritis yang dinilai berpotensi mengancam keamanan nasional, yang dapat berujung pada tarif atau pembatasan perdagangan.

Di China, stok perak di gudang yang terhubung dengan Shanghai Futures Exchange bulan lalu turun ke level terendah sejak 2015.

Di luar fungsinya sebagai aset keuangan, perak merupakan komponen penting dalam rantai pasok global, mulai dari elektronik dan panel surya hingga perangkat medis. Silver Institute mencatat permintaan global perak telah melampaui produksi tambang selama lima tahun berturut-turut.

Dari sisi teknikal, indeks kekuatan relatif (relative strength index/RSI) emas menunjukkan kondisi jenuh beli dengan level di atas 80. Perak, yang kini mendekati angka 80, telah berada di area tinggi selama sekitar dua pekan. Secara umum, level RSI di atas 70 menandakan kondisi overbought.

Namun, kondisi tersebut belum menyurutkan minat investor. “Alih-alih aksi jual agresif, emas dan perak justru terus menarik minat beli di tengah penguatan,” ujar Assiri. 

Menurutnya, level US$4.500 untuk emas dan US$70 untuk perak kini lebih dipandang sebagai titik acuan dalam tren berkelanjutan, sehingga kedua logam tersebut tetap mendapat dukungan kuat hingga akhir tahun dan musim liburan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Foto: Sinterklas Turun ke Jalan, Atur Lalu Lintas di Solo
• 3 jam lalukumparan.com
thumb
Polres Wonosobo Antisipasi Kemacetan Jalur Wisata Dieng saat Nataru
• 3 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Teror Bom terhadap Sekolah di Depok Dikirim Lewat Email Ini
• 11 jam lalujpnn.com
thumb
KRAS Disuntik Danantara Rp4,93 Triliun, Dipakai untuk Modal Kerja dan Program Pensiun Dini
• 12 jam laluidxchannel.com
thumb
Bursa Eropa Cetak Rekor Baru, Saham Kesehatan Melonjak Didukung Novo Nordisk
• 16 jam laluwartaekonomi.co.id
Berhasil disimpan.