Seorang perempuan paruh baya di Shanghai menggelapkan warisan ibunya sebesar lebih dari 2,8 juta yuan (RMB) dan digugat oleh adik-adiknya ke pengadilan. Meski rumahnya telah disita dan ia dua kali ditahan, ia tetap menolak melaksanakan putusan pengadilan. Hingga akhirnya, dalam penggeledahan oleh pengadilan ditemukan bahwa uang tersebut disembunyikan di rumahnya, dengan 1 juta yuan (Rp 2,37 miliar) di bawah tempat tidur dan beberapa kotak uang tunai lainnya, sehingga total mencapai 2,4 juta yuan.
EtIndonesia. Berdasarkan laporan gabungan media daratan Tiongkok perempuan tersebut—bermarga Zheng—adalah anak sulung dalam keluarga dan alamat kependudukannya sejak lama terdaftar di rumah lama ibunya.
Setelah rumah tersebut terkena penggusuran, uang kompensasi lebih dari 2,8 juta yuan langsung ditransfer ke atas namanya. Namun pada hakikatnya, dana tersebut adalah kompensasi atas properti milik sang ibu, bukan harta pribadi Zheng. Meski demikian, ia menguasai uang itu seorang diri.
Belakangan, sang ibu menggugat melalui jalur hukum, dan pengadilan akhirnya memutuskan bahwa uang kompensasi tersebut adalah milik ibu, serta Zheng wajib mengembalikannya.
Namun, tak lama setelah putusan berkekuatan hukum tetap, ibu tersebut mendadak meninggal dunia. Secara hukum, uang itu menjadi harta warisan yang seharusnya dibagi kepada seluruh anak. Akan tetapi, Zheng bersikeras menolak menyerahkan uang tersebut. Bahkan setelah ditetapkan sebagai pihak yang harus menjalani eksekusi, rumahnya disita, dan ia dua kali ditahan, ia tetap tidak menyerahkan dana itu.
Awalnya, suami Zheng mengklaim bahwa uang tersebut sudah habis dipakai. Kemudian ia berbohong dengan mengatakan uang itu digunakan untuk investasi, bahkan menghancurkan bukti-bukti terkait.
Karena tidak ada jalan lain, pengadilan memerintahkan penggeledahan rumah Zheng. Hasilnya, uang itu ternyata disembunyikan di dalam rumah—di bawah tempat tidur, di dalam kotak-kotak, bahkan di kotak susu, tersebar di berbagai tempat.
Dari penggeledahan tersebut, 1 juta yuan uang tunai ditemukan di bawah tempat tidur, ditambah beberapa kotak uang tunai lainnya, dengan total mencapai 2,4 juta yuan. Zheng berdalih bahwa uang tunai itu bukan uang kompensasi, melainkan tabungannya sendiri dan gaji anaknya.
Namun, ketika menghadapi ancaman tanggung jawab hukum, Zheng akhirnya terpaksa mengakui bahwa uang yang disembunyikan itu memang uang kompensasi penggusuran. Setelah menarik uang tersebut bertahun-tahun lalu, ia menyimpannya hingga kini, bahkan kemasan kertas uangnya masih utuh.
Pada akhirnya, setelah berulang kali dilakukan negosiasi dan mediasi, kedua belah pihak mencapai kesepakatan damai, dan Zheng membagi warisan tersebut bersama saudara-saudaranya.
Peristiwa ini memicu perdebatan luas di kalangan warganet Tiongkok. Banyak yang berkomentar:
- “Dunia ini memang penuh hal aneh.”
- “Demi uang, sampai tak tahu malu.”
- “Perempuan ini terlalu kejam, demi uang sampai tak peduli hubungan keluarga.”
Ada pula yang menyayangkan:
- “Mengapa uang dipandang lebih penting daripada keluarga dan nyawa?”
- “Uang bisa menguji karakter seseorang.”
- “Di masyarakat sekarang, bahkan di antara saudara kandung pun uang bisa membuat orang tak berperasaan—semua diukur dengan uang.” (***)





