Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali menguat pada perdagangan hari ini, Rabu (24/12/2025). Hal ini sejalan dengan kondisi mata uang lain di Asia yang turut menguat.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 10.47 WIB, rupiah kini telah menguat 0,13% ke level Rp16.766 per dolar AS. Sementara itu, dolar AS mengalami koreksi 0,05% ke level 97,89.
Sebelumnya, pada pukul 10.00 WIB, rupiah sempat bergerak di level Rp16.773 per dolar AS atau mengalami penguatan 0,08% dari pembukaan perdagangan.
Selain rupiah, yen Jepang turut menguat 0,15%, dolar Hong Kong menguat 0,04%, dolar Singapura menguat 0,16%, dolar Taiwan menguat 0,14%, dan won Korea menguat 1,16%.
Selain itu, peso filipina juga masih menguat 0,15%, rupee India menguat 0,07%, yuan China menguat 0,04%, ringgit Malaysia menguat 0,15%, dan baht Thailand menguat 0,21%.
Pengamat komoditas dan mata uang Ibrahim Assuaibi menjelaskan sentimen global yang menyertai pergerakan nilai tukar antara lain adalah perkembangan ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dengan Venezuela, serta hubungan Iran-Israel yang kembali memanas. Kondisi global ini berdampak pada perdagangan minyak dunia.
"Ke depan, pasar terus mengantisipasi pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut oleh Fed hingga tahun 2026, karena data terbaru menunjukkan tekanan inflasi yang mendingin dan pasar tenaga kerja AS yang lebih lemah," kata Ibrahim, Selasa (23/12/2025).
Selain kebijakan moneter, pasar juga menantikan rilis data ekonomi AS seperti data ketenagakerjaan, data pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga, produksi industri, serta kepercayaan konsumen.
Sementara sentimen dari dalam negeri, Ibrahim menjelaskan kredit perbankan yang belum tersalurkan (undisbursed loan) menyentuh Rp2.500 triliun per November 2025.
Kredit menganggur ini disebabkan karena permintaan yang belum sekuat yang diharapkan, karena korporasi masih wait and see di tengah ketidakpastian ekonomi.
"Tak hanya korporasi, rumah tangga juga masih menahan untuk mengambil kredit konsumsi lantaran masih ragu akan kondisi ekonomi ke depan. Dari sisi suplai, bank sentral sudah memberikan insentif yang banyak kepada perbankan. Namun, sisi permintaan juga masih perlu didorong," ujarnya.
Dengan adanya sentimen yang menyertai tersebut, Ibrahim memprediksi pada perdagangan hari ini, rupiah akan kembali ditutup melemah.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.



:strip_icc()/kly-media-production/medias/883161/original/030743300_1432298500-mui.jpg)
