Penulis: Fityan
TVRINews – Ankara, Turki
Pesawat jet jatuh di dekat Ankara usai lepas landas; otoritas Turki sebut kegagalan teknis sebagai penyebab awal.
Panglima Staf Angkatan Darat Libya, Letnan Jenderal Mohammed Ali Ahmed al-Haddad, dikonfirmasi tewas dalam kecelakaan pesawat jet pribadi di dekat ibu kota Turki, Ankara, pada Selasa 23 Desember 2025 malam waktu setempat. Insiden tragis ini merenggut nyawa seluruh penumpang dan awak yang berada di dalam pesawat tersebut.
Perdana Menteri Libya, Abdul Hamid Dbeibah, mengonfirmasi kabar duka ini melalui pernyataan resmi. Ia menyebut insiden tersebut sebagai "kehilangan besar bagi bangsa dan institusi militer."
"Kami kehilangan putra-putra terbaik yang telah mengabdi kepada negara dengan tulus dan dedikasi tinggi," ujar Dbeibah.
Kronologi Kejadian
Menurut keterangan Menteri Dalam Negeri Turki, Ali Yerliaya, pesawat jenis Dassault Falcon 50 itu lepas landas dari Bandara Esenboga, Ankara, pukul 20.10 waktu setempat menuju Tripoli. Sekitar 40 menit setelah mengudara, kontak radio dengan pesawat hilang sepenuhnya.
Laporan dari kantor komunikasi kepresidenan Turki menyebutkan bahwa pilot sempat melaporkan adanya gangguan kelistrikan dan meminta pendaratan darurat. Namun, pesawat tersebut menghilang dari radar saat melakukan manuver turun menuju bandara. Puing-puing pesawat kemudian ditemukan di wilayah distrik Haymana, Ankara.
Bukan Sabotase
Otoritas Turki bergerak cepat melakukan investigasi di lokasi jatuhnya pesawat. Dalam laporan awal yang disampaikan kepada Al Jazeera, pejabat terkait menegaskan bahwa tidak ditemukan indikasi sabotase atau serangan.
"Hasil investigasi awal mengarah pada kegagalan teknis sebagai penyebab utama jatuhnya pesawat," ujar seorang pejabat Turki.
Meski demikian, Kejaksaan Agung Ankara telah membuka penyelidikan formal guna memastikan penyebab pasti kecelakaan. Pemerintah Persatuan Nasional (GNU) Libya juga berencana mengirim tim ahli ke Ankara untuk bekerja sama dalam proses investigasi ini.
Kehilangan Sosok Pemersatu
Kematian Al-Haddad dipandang sebagai pukulan telak bagi upaya rekonsiliasi politik di Libya. Sebagai komandan tertinggi militer di wilayah barat, Al-Haddad dikenal sebagai sosok profesional yang gigih memperjuangkan penyatuan militer Libya yang terpecah sejak tahun 2011.
Koresponden Al Jazeera, Malik Traina, melaporkan dari Tripoli bahwa Al-Haddad adalah tokoh yang dihormati lintas faksi. "Ia menolak tunduk pada tekanan kelompok-kelompok bersenjata dan selalu mengedepankan dialog untuk menyatukan negara," ungkap Traina.
Bahkan, ucapan duka cita datang dari pihak oposisi di Libya Timur. Panglima Khalifa Haftar menyatakan kesedihan mendalam atas hilangnya delegasi militer tersebut, menunjukkan betapa besarnya pengaruh Al-Haddad dalam peta politik Libya.
Detail Korban
Selain Al-Haddad, empat perwira tinggi militer lainnya turut menjadi korban dalam tragedi ini:
1. Jenderal Al-Fitouri Gharibil (Kepala Pasukan Darat)
2. Brigadir Jenderal Mahmoud Al-Qatawi (Kepala Otoritas Manufaktur Militer)
3. Muhammad Al-Asawi Diab (Penasihat Panglima)
4. Muhammad Omar Ahmed Mahjoub (Fotografer Militer)
Tiga awak pesawat juga dinyatakan tewas. Sebagai bentuk penghormatan, Pemerintah Libya telah mengumumkan masa berkabung nasional selama tiga hari di seluruh penjuru negeri.
Editor: Redaksi TVRINews




