Bisnis.com, BIREUEN, Aceh — Jembatan penghubung di jalan nasional Medan-Banda Aceh putus total akibat bencana banjir yang menerjang pada akhir November lalu. Akibatnya, masyarakat maupun penumpang angkutan umum yang hendak menuju Banda Aceh maupun Medan terpaksa menyeberangi sungai menggunakan perahu motor milik nelayan setempat untuk berpindah.
Salah seorang warga di lokasi mengatakan jembatan yang membelah Sungai Peusangan, Kecamatan Kuta Blang Kabupaten Bireun itu terputus sejak banjir besar kemarin dan membuat aktivitas masyarakat terganggu.
“Warga susah beraktivitas karena harus menyeberangi sungai dengan menaiki perahu nelayan,” katanya kepada Bisnis, Minggu (21/12/2025).
Jalur vital yang terputus menyebabkan kemacetan parah dari arah Medan menuju Banda Aceh maupun sebaliknya. Macet disebut bisa mencapai satu hari penuh.
Menurut warga, ada alternatif jalan lain menuju Banda Aceh melewati kampung sebelah. Hanya saja, pengendara harus memutar cukup jauh dari Jalan Lintas Sumatra Banda Aceh–Medan. Terlebih, jalan itu hanya bisa dilalui kendaraan ringan hingga sedang seperti sepeda motor dan mobil pribadi karena jembatan penghubung di sana juga baru diperbaiki.
Jalur yang putus total ini juga berdampak pada distribusi pasokan kebutuhan dasar termasuk bahan bakar. Warga mengatakan hingga saat ini pasokan gas elpiji ke wilayah mereka masih terbatas.
Baca Juga
- Pasokan BBM Jadi Kebutuhan Vital Aceh Pascabencana, Ini Alasannya
- Update Bencana Sumatra-Aceh: 1.112 Korban Jiwa, Sejumlah Jembatan Telah Berfungsi
- Pemulihan Listrik Pascabencana di Sumatra-Aceh Capai 98,46%
Kondisi jembatan penghubung utama lintas Medan-Banda Aceh dan sebaliknya di Kabupaten Bireuen yang terputus akibat banjir besar di wilayah ini pada akhir November lalu, Minggu (22/12/2025).
Salah satu SPBU yang berada di sekitar area jembatan putus juga terpantau kehabisan pasokan dan tutup akibat terhambatnya distribusi. Ini membuat harga BBM eceran sempat melonjak drastis.
“Harga bensin (BBM) sekarang Rp20.000 per liter untuk eceran,” ujar warga.
Adapun kondisi kelistrikan di wilayah Aceh pascabencana banjir besar akhir jelang akhir November lalu masih belum sepenuhnya pulih akibat kerusakan parah pada sebagian besar infrastruktur sistem kelistrikan.
Dilansir dari laman resmi PLN, interkoneksi sistem kelistrikan Sumatera–Aceh telah berhasil disambung sehingga listrik dapat dialirkan kembali dengan aman dan bertahap.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan pihaknya memodifikasi alat berat (crane) menjadi tower darurat untuk menyuplai listrik bagi masyarakat Aceh pascakerusakan jaringan transmisi 150 kilovolt (kV) Pangkalan Brandan–Langsa.
Langkah tersebut ditempuh karena kondisi lapangan di salah satu titik transmisi di Aceh Tamiang yang belum mendukung untuk pembangunan tower darurat dalam waktu yang singkat.
“Di lapangan, kami menghadapi endapan lumpur, material sisa banjir, serta akses kerja yang terbatas. Kondisi ini membuat pembangunan fondasi tower darurat akan membutuhkan waktu lebih lama, sehingga kami memilih solusi yang tetap aman agar pemulihan dapat terus berjalan,” ujar Darmawan, dikutip Rabu (24/12/2025).
Darmawan menyebut tersambungnya kembali interkoneksi Sumatera–Aceh melalui inovasi penggunaan crane sebagai tower darurat membuat pasokan listrik ke seluruh wilayah Aceh akan kembali terdistribusi secara bertahap.
“Pada proses ini, kami lakukan secara bertahap dan hati-hati untuk menjaga keselamatan masyarakat, khususnya di wilayah yang masih terdampak genangan air atau lumpur,” kata Darmawan. (Arief Budi Mulia)



/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fimages%2F2025%2F12%2F24%2Fd148da13d016060b91bef9c208adf1fb-cropped_image.jpg)