Birth Plan Berbasis Co-Design, Upaya Kembalikan Kendali Perempuan di Persalinan

kumparan.com
9 jam lalu
Cover Berita

Tingginya angka persalinan sesar di Indonesia masih menjadi persoalan yang belum sepenuhnya teratasi, termasuk di Kota Surabaya. Di sejumlah rumah sakit, tren persalinan sesar terus meningkat dan belum diimbangi dengan praktik Vaginal Birth After Caesarean (VBAC), sehingga memunculkan pertanyaan mendasar mengenai sejauh mana perempuan dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait proses persalinannya.

Menjawab tantangan tersebut, dosen Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga menginisiasi kegiatan kelas ibu

yang dirangkai dengan Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan ini digelar di Gunung Anyar, Surabaya.

Ketua tim pengabdian masyarakat dari Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Sofia Al Farizi, menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang edukasi kesehatan maternal, tetapi juga wadah penggalian pengalaman bersalin dan kesiapan persalinan dari perspektif perempuan.

“Melalui diskusi kelompok ini, para ibu nifas ini kami dorong untuk menyampaikan pengalaman, kebutuhan, serta harapan mereka selama menjalani proses persalinan,” kata Sofi, Rabu (23/12).

Menurutnya, FGD ini membuka gambaran mengenai realitas yang kerap luput dari perhatian sistem pelayanan kesehatan, yakni pengalaman subjektif perempuan saat melahirkan.

Sejumlah peserta mengungkapkan bahwa keputusan medis sering kali diambil tanpa diskusi yang memadai, sementara preferensi dan kebutuhan mereka belum terdokumentasi secara sistematis.

Sofi juga memastikan bahwa di berbagai negara, birth plan telah menjadi bagian integral dalam pelayanan maternitas. Pendekatan ini terbukti mampu meningkatkan angka persalinan normal, sekaligus berkontribusi terhadap penurunan angka kematian ibu melalui komunikasi yang lebih setara antara perempuan dan tenaga kesehatan.

“Ironisnya, di Indonesia, birth plan belum diimplementasikan secara optimal, meskipun secara praktis dapat diterapkan di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, mulai dari praktik bidan mandiri, puskesmas, hingga rumah sakit,” tegasnya.

Oleh karena itu, melalui pendekatan co-design, kegiatan ini berupaya menggeser pola pelayanan yang selama ini cenderung bersifat top-down. Ibu hamil dan ibu nifas dilibatkan sebagai aktor nonprofesional yang memiliki pengalaman berharga dalam merancang birth plan yang kontekstual dan realistis sesuai dengan kondisi mereka.

“Dengan pendekatan tersebut, birth plan tidak lagi diposisikan sebagai dokumen administratif semata, melainkan sebagai alat komunikasi yang menjembatani kebutuhan, harapan, dan preferensi perempuan dengan keputusan klinis tenaga kesehatan,” katanya.

Sofi menambahkan, inisiasi birth plan berbasis co-design ini diharapkan menjadi langkah awal dalam memperkuat pelayanan kebidanan yang berpusat pada perempuan (woman-centered care).

“Jadi, lebih dari sekadar upaya menekan angka persalinan sesar, pendekatan ini juga untuk membuka ruang bagi perempuan supaya kembali memiliki otonomi atas tubuh dan pengalaman persalinannya sendiri,” pungkasnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pemerintah Godok Strategi Ekraf 2026
• 10 jam lalumetrotvnews.com
thumb
KPK Dalami Land Cruiser Milik Ade Kuswara Kunang: Diberikan oleh Siapa, Motif untuk Apa
• 8 jam lalukompas.tv
thumb
Menata Ulang Hubungan Bisnis & Risiko Lingkungan, Pelajaran Bencana Sumatera
• 3 jam lalukumparan.com
thumb
An Shaohong Mundur dari Direktur Utama Green Power (LABA)
• 8 jam laluidxchannel.com
thumb
Prabowo: Saya Akan Mati untuk Rakyat Indonesia, Itu Kehormatan
• 4 jam lalumetrotvnews.com
Berhasil disimpan.