Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat nilai komitmen Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hulu migas senilai Rp 388 triliun dari tahun 2020 hingga November 2025.
Vice President Bidang Dukungan Bisnis SKK Migas, Maria Kristanti, mengatakan nilai tersebut setara dengan 59 persen dan seluruhnya terserap untuk belanja dalam negeri. Selain itu, total nilai kontrak kegiatan hulu migas pada periode 2020 hingga 2025 mencapai Rp 720 triliun.
“Jadi sampai dengan (Rp) 388 triliun belanja hulu migas dari tahun 2020 sampai dengan (November) 2025. Jadi 59 persen, syukur-syukur nanti kita bisa mencapai lebih tinggi lagi,” kata Maria dalam Media Briefing SKK Migas di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (23/12).
Maria memaparkan untuk wilayah Jawa Timur (Jatim), belanja hulu migas dari 2020 hingga November 2025 tercatat mencapai Rp 9,34 triliun dengan tingkat komitmen TKDN sebesar 63 persen.
“Daerah Jawa Timur itu kebetulan kalau dilihat dari data, memegang multiplier effect yang lumayan banyak,” lanjut Maria.
Belanja tersebut berdampak luas ke berbagai sektor ekonomi di wilayah Jatim. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu penerima manfaat terbesar, dengan kontribusi mencapai 29,84 persen atau senilai Rp 2,79 triliun dari total belanja industri, disertai tingkat TKDN sebesar 53 persen.
Kemudian, sektor kesehatan dan medis turut terdorong dengan nilai kontribusi Rp 4,9 miliar dengan tingkat TKDN mencapai 91 persen. Di sisi lain, sektor perhotelan, akomodasi, dan jasa boga memperoleh kontribusi senilai Rp 218,96 miliar dengan tingkat TKDN mencapai 88 persen.
“Perhotelan, akomodasi dengan hidupnya satu pabrik di satu daerah tertentu, hotel-hotel juga pastinya akan terkena investasinya, mendapatkan dana pengunjung untuk bisa membantu perekonomian di sekitar,” ujar Maria.
Sementara itu, sektor ketenagakerjaan juga merasakan dampak langsung, dengan nilai kontribusi mencapai Rp 794,49 miliar dan tingkat serapan TKDN tertinggi, yakni 94 persen. Efek berganda juga terlihat pada sektor transportasi yang mencatat kontribusi mencapai Rp 596,60 miliar dengan TKDN 87 persen.
Maria menambahkan, tingkat TKDN belanja hulu migas di Jatim pada 2020 tercatat sebesar 58 persen dan mencapai puncaknya pada 2024 yaitu di 69 persen. Pada 2025, persentase tersebut menurun menjadi 55 persen.
“Karena memang pekerjaan ataupun multiplier effect itu seperti yang tadi sudah saya sampaikan, TKDN itu naik turun. Jadi tahun lalu bisa 69 persen, tahun ini kenapa cuma 55 persen? Karena memang jenis pekerjaannya kemungkinan tidak dilakukan pada tahun ini,” jelas Maria.
Meski begitu, Maria menegaskan capaian 55 persen tersebut tetap berkontribusi besar dalam menyerap aktivitas ekonomi dan mendukung pertumbuhan ekonomi daerah Jatim.

:strip_icc()/kly-media-production/medias/4958528/original/098284500_1727864146-IMG_20241002_15525432.jpeg)



