Pantau - Guru Besar Bidang Ilmu Politik dan Humaniora Universitas Muhammadiyah Jakarta Sri Yunanto menilai libur sekolah tidak boleh menjadi alasan penghentian Program Makan Bergizi Gratis karena pemenuhan gizi merupakan kebutuhan dasar anak yang harus berjalan dalam kondisi apa pun.
Sri Yunanto menegaskan Program Makan Bergizi Gratis atau MBG bukan sekadar program pendukung kegiatan sekolah.
Program MBG dipandang sebagai bagian dari tanggung jawab negara dalam menjamin kesehatan dan kualitas sumber daya manusia sejak dini.
"Libur sekolah itu urusan kalender pendidikan, tetapi kebutuhan gizi anak tidak pernah libur. Dalam kondisi apapun, makan adalah kebutuhan dasar, jadi tidak tepat kalau MBG ikut diliburkan," ungkapnya.
Sri Yunanto menjelaskan bahwa pemenuhan gizi tidak hanya dibutuhkan oleh anak sekolah.
Kelompok lain yang juga membutuhkan intervensi gizi meliputi ibu hamil, balita, dan lansia.
Ia menilai pencegahan stunting harus dimulai sejak dalam kandungan.
Sri Yunanto menyebut bantuan tunai tidak selalu efektif karena belum tentu digunakan untuk pemenuhan gizi.
"Stunting harus dicegah sejak dalam kandungan. Bantuan tunai tidak selalu efektif karena belum tentu digunakan untuk pemenuhan gizi. Intervensi langsung melalui makanan bergizi jauh lebih tepat," ungkapnya.
Terkait tudingan bahwa pelaksanaan MBG saat libur sekolah hanya untuk menghabiskan anggaran, Sri Yunanto menilai pandangan tersebut terlalu sempit.
Menurutnya intervensi gizi harus dipahami sebagai kebijakan jangka panjang.
Ia menekankan bahwa bagi ibu menyusui dan balita pemenuhan gizi harus dilakukan setiap hari.
Ibu menyusui membutuhkan asupan nutrisi yang cukup agar kualitas dan kuantitas ASI tetap terjaga.
Balita membutuhkan makanan bergizi seimbang untuk mendukung pertumbuhan fisik, perkembangan otak, dan sistem imun.
Kekosongan intervensi gizi pada fase tersebut dinilai dapat menimbulkan konsekuensi jangka panjang berupa stunting, gangguan kognitif, hingga kerentanan terhadap penyakit.
Sri Yunanto menilai keberlanjutan MBG saat libur sekolah mencerminkan kehadiran negara dalam menjamin kebutuhan dasar anak.
Program MBG disebut tidak bertujuan memaksa anak kembali ke sekolah saat libur.
Tujuan utama MBG adalah memastikan pemenuhan gizi tetap terpenuhi.
Ia menyebut tujuan Presiden Prabowo Subianto melalui MBG adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Dampak MBG dinilai tidak hanya berpengaruh pada kesehatan jangka pendek.
Program tersebut juga berkontribusi pada penurunan stunting dan peningkatan kecerdasan.
MBG dipandang sebagai bagian dari persiapan generasi muda menuju Indonesia Emas 2045.
"Dari sisi visi, ini sudah sangat jelas. Negara sedang menanam investasi jangka panjang. Kalau anak-anak diberi makan bergizi secara konsisten selama 10 tahun, mereka akan menjadi motor pembangunan ekonomi. Sepuluh tahun berikutnya, Indonesia masuk fase emas dengan SDM yang lebih berkualitas," ungkapnya.




