Teknologi bioliner berbasis pati singkong menjadi alternatif modern untuk menggantikan metode konvensional pengelolaan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan metode lahan urug terkendali (controlled landfill). Penggunaan bioliner bisa mengatasi polusi bau dan menekan biaya operasional karena mengurangi penggunaan tanah urugan.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono mengatakan pihaknya membuka ruang bagi adopsi teknologi ramah lingkungan yang mampu mengatasi beban biaya dan polusi bau di TPA.
"Selama ini sampah di TPA ditumpuk pakai tanah urugan, metode ini sangat mahal karena butuh alat berat. Kita perlu cari solusi lain yang lebih murah, efisien, dan ramah lingkungan, sehingga tidak membebani anggaran daerah," ujar Wamen Diaz Ketika mengunjungi pabrik bioplastik Greenhope di Kabupaten Tangerang, 17 Desember lalu.
Menurutnya, pengelolaan sampah di TPA dengan metode controlled landfill seringkali terkendala tingginya biaya operasional akibat penggunaan tanah urugan. Teknologi bioliner yang ditawarkan Greenhope menjadi inovasi penutup sampah dengan pori-pori halus berukuran 8 mikron.
Berbeda dengan tanah, bioliner mampu mencegah bau menyengat serta kontaminasi mikroplastik tanpa memerlukan alat berat dalam pemasangannya. Penggunaan material berbahan dasar pati singkong ini dinilai jauh lebih efektif karena tidak menghabiskan volume TPA. Alhasil, kapasitas lahan TPA juga tidak cepat penuh.
Keberadaan teknologi ramah lingkungan ini sangat krusial mengingat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 melarang praktik pembuangan terbuka (open dumping). UU tersebut juga mewajibkan transisi ke metode controlled landfill atau sanitary landfill.
Regulasi pendukung untuk metode alternatif dalam pengelolaan sampah yang ramah lingkungan telah tersedia melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 03/PRT/M/2013 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
CEO Greenhope, Tommy Tjiptadjaja, berharap pemerintah memberikan dukungan agar inovasi lokal ini dapat disosialisasikan lebih luas kepada pemerintah daerah.
“Kami meminta dukungan KLH untuk membuka ruang bagi alternatif lain seperti bioliner, agar inovasi lokal dalam pengelolaan sampah dapat berjalan lebih maksimal,” kata Tommy.
Greenhope optimistis hilangnya eksklusivitas penggunaan tanah sebagai penutup TPA akan mempercepat transisi daerah menuju sistem pengelolaan sampah yang lebih layak.
Menanggapi harapan tersebut, Wamen Diaz menekankan pentingnya prinsip kehati-hatian dalam menerapkan teknologi baru sebelum dilempar ke publik secara masif. Menurutnya, penguatan basis ilmiah melalui pengujian yang kredibel dan transparan adalah mutlak.
“Pemerintah tentunya mendukung setiap inovasi karya anak bangsa, tapi kita tetap harus mengedepankan prinsip kehati-hatian. Untuk itu, KLH/BPLH akan memfasilitasi pengujian oleh pihak ketiga,” kata Diaz. Langkah ini diambil untuk memastikan setiap klaim teknologi yang digunakan benar-benar aman bagi lingkungan dalam jangka panjang.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5453295/original/054129400_1766474294-ATK_Bolanet_Pegadaian_Championship_2026_JADWAL.jpg)
