Jakarta (ANTARA) - Panji Fajar Pratama, putra seorang penjual gorengan, berhasil menyandang status sebagai calon anggota Bintara Brimob Polri.
Nama Panji, lulusan SMAN 60 Jakarta, diumumkan di Gedung Pertemuan Polda Metro Jaya dan dinyatakan lulus dalam seleksi anggota Polri.
"Alhamdulillah, saya diterima jadi polisi setelah dua kali mendaftar. Ini membuktikan kalau jika mau berusaha, berlatih, dan berdoa, maka jalan itu ada," kata Panji di Jakarta, pada Rabu.
"Saya masuk murni karena hasil kerja keras saya sendiri," ujar Panji.
Keberhasilan Panji sekaligus mematahkan stigma negatif yang menyebut bahwa "masuk polisi harus bayar mahal".
Panji, yang tinggal di sebuah rumah sederhana di Jalan Mampang Prapatan 2, Jakarta Selatan, adalah bukti hidup bahwa transparansi seleksi Polri benar-benar nyata.
Baca juga: Akpol terima lebih banyak peserta didik di tahun 2025
Baca juga: Komisi Reformasi Polri soroti masalah promosi dan rekrutmen polisi
Bagi orang tua Panji, Haryanto dan Suryanti uang ratusan juta untuk "pelicin" adalah hal yang mustahil. Penghasilan dari berjualan gorengan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Namun, Panji membuktikan bahwa di institusi Polri, kualitas dan kerja keras jauh lebih berharga daripada tumpukan uang.
Tahun sebelumnya, dia sempat mencicipi pahitnya kegagalan. Namun, ambisinya untuk mengangkat derajat kedua orang tuanya tidak luntur. Sebagai anak pertama, dia merasa memiliki tanggung jawab moral untuk mengubah nasib keluarga.
Setiap hari, di tengah kesibukan membantu orang tuanya, Panji menyempatkan diri untuk berlatih fisik dan belajar.
Dia ingin membuktikan bahwa anak seorang penjual gorengan pun bisa bersanding dengan anak-anak dari latar belakang lainnya di barisan Korps Baret Biru.
"Ambisi saya hanya satu, ingin membanggakan Ayah dan Ibu. Saya ingin mereka melihat bahwa anak mereka bisa menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara tanpa membebani mereka secara ekonomi," ucap Panji.
Baca juga: Dua personel polisi Polres Bangka masuk pasukan khusus PBB
Baca juga: Para polisi peraih prestasi akademis di luar negeri
Nama Panji, lulusan SMAN 60 Jakarta, diumumkan di Gedung Pertemuan Polda Metro Jaya dan dinyatakan lulus dalam seleksi anggota Polri.
"Alhamdulillah, saya diterima jadi polisi setelah dua kali mendaftar. Ini membuktikan kalau jika mau berusaha, berlatih, dan berdoa, maka jalan itu ada," kata Panji di Jakarta, pada Rabu.
"Saya masuk murni karena hasil kerja keras saya sendiri," ujar Panji.
Keberhasilan Panji sekaligus mematahkan stigma negatif yang menyebut bahwa "masuk polisi harus bayar mahal".
Panji, yang tinggal di sebuah rumah sederhana di Jalan Mampang Prapatan 2, Jakarta Selatan, adalah bukti hidup bahwa transparansi seleksi Polri benar-benar nyata.
Baca juga: Akpol terima lebih banyak peserta didik di tahun 2025
Baca juga: Komisi Reformasi Polri soroti masalah promosi dan rekrutmen polisi
Bagi orang tua Panji, Haryanto dan Suryanti uang ratusan juta untuk "pelicin" adalah hal yang mustahil. Penghasilan dari berjualan gorengan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Namun, Panji membuktikan bahwa di institusi Polri, kualitas dan kerja keras jauh lebih berharga daripada tumpukan uang.
Tahun sebelumnya, dia sempat mencicipi pahitnya kegagalan. Namun, ambisinya untuk mengangkat derajat kedua orang tuanya tidak luntur. Sebagai anak pertama, dia merasa memiliki tanggung jawab moral untuk mengubah nasib keluarga.
Setiap hari, di tengah kesibukan membantu orang tuanya, Panji menyempatkan diri untuk berlatih fisik dan belajar.
Dia ingin membuktikan bahwa anak seorang penjual gorengan pun bisa bersanding dengan anak-anak dari latar belakang lainnya di barisan Korps Baret Biru.
"Ambisi saya hanya satu, ingin membanggakan Ayah dan Ibu. Saya ingin mereka melihat bahwa anak mereka bisa menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara tanpa membebani mereka secara ekonomi," ucap Panji.
Baca juga: Dua personel polisi Polres Bangka masuk pasukan khusus PBB
Baca juga: Para polisi peraih prestasi akademis di luar negeri



