Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah hari ini (24/12) ditutup menguat terhadap dolar AS. Melansir Bloomberg, rupiah terapresiasi 0,13% atau menguat 22 poin ke Rp16.765 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,04% ke 97,89.
Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan memanasnya konflik geopolitik global menjadi sentimen yang menyertai pergerakan nilai tukar rupiah.
"Ketegangan yang kembali muncul antara Amerika Serikat dan Venezuela telah mengganggu pasar keuangan yang lebih luas. Tindakan Washington yang semakin keras terhadap pengiriman minyak Venezuela dan respons Caracas telah menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas regional dan risiko pasokan global," kata Ibrahim, Rabu (24/12/2025).
Selain konflik, sentimen juga datang dari ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral AS. Ibrahim mengatakan saat ini pasar terus memperhitungkan pemotongan suku bunga Federal Reserve pada 2026, bahkan setelah data ekonomi AS baru-baru ini menunjukkan kekuatan yang mengejutkan.
Pertumbuhan ekonomi AS dilaporkan sebesar 4,3% pada kuartal ketiga, di atas ekspektasi pasar sebesar 3,3%. Sementara itu, data pesanan barang tahan lama turun 2,2% pada bulan Oktober, membalikkan kenaikan sebelumnya sebesar 0,7%. Sedangkan, data pesanan tidak termasuk pertahanan turun 1,5%, dan data pesanan barang tahan lama tidak termasuk transportasi naik 0,2%.
Sementara sentimen domestik yang menyertai rupiah berasal dari proyeksi pertumbuhan PDB nasional tahun depan. Ibrahim menjelaskan bahwa Indonesia diproyeksi tetap mampu menjaga ketahanan pertumbuhan pada 2026, ditopang segmen konsumsi rumah tangga hingga investasi.
Baca Juga
- Perang Dagang Indonesia Vs AS, Pasar Menunggu Arah Baru Kesepakatan Perjanjian
- Pengusaha Lapor Purbaya, Masih Sulit Dapat Kredit Meski Himbara Dititipi Kas Rp276 Triliun
- ELPI Umumkan Menang Tender Pengadaan Kapal untuk Genting Rp2,39 Triliun
"Pergeseran ini menandai transisi ekonomi Indonesia dari sekadar menjaga momentum pertumbuhan menuju penguatan kualitas dan keberlanjutan pertumbuhan dalam jangka menengah hingga panjang," ujarnya.
Kemudian dari sisi kebijakan moneter, Ibrahim menjelaskan bahwa seiring dengan masuknya bank sentral global dan domestik ke fase pelonggaran, kondisi pasar keuangan Indonesia diperkirakan menjadi lebih kondusif. Yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun diproyeksikan bergerak dalam kisaran 5,6%–6,1%, mencerminkan stabilitas yang mendukung pembiayaan pemerintah maupun dunia usaha.
Dengan sentimen yang ada tersebut, Ibrahim memprediksi pada perdagangan berikutnya, rupiah akan bergerak fluktuatif namun akan ditutup melemah di level Rp16.760 hingga Rp16.790.

/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fphoto%2Fori%2F2022%2F01%2F12%2F2a526e5f-0fb8-4841-a226-5ee3684e05af.jpg)
