Braga MGNDW merupakan grup band asal Bolaang, Mongondow Timur, Sulawesi Utara, yang fokus memadukan nuansa Pop dengan baluran diksi etnik Mongondow dalam musikalitas mereka.
Grup beranggotakan Yedi Mamonto (vokal), Vicky Mokoagow (gitar melodi/vokal latar), Vicro Lamusu (keyboardist & synth/vokal latar), Christianto Bangol (bassist), dan Rian Mamonto (drummer) itu memang fokus mengusung nuansa etnik lewat karya mereka.
Meski demikian, dalam proses kreatif yang berjalan selama ini, Braga MGNDW tak pernah merasa terkekang dengan identitas budaya yang mereka bawa. Hal tersebut disampaikan sang gitaris, Vicky Mokoagow.
"Justru kita tidak melihat akar budaya itu sebagai hal yang membuat kita terkunci, tidak. Justru menurut kita akar budaya ini menarik," tutur Vicky saat berbincang dengan kumparan usai manggung di Soundrenaline Sana Sini Jakarta, Taman Kota Peruri, belum lama ini.
Braga MGNDW soal MongondownesiaVicky menjelaskan bahwa nilai-nilai budaya merupakan warisan dari nenek moyang mereka. Sehingga, mereka merasa punya kewajiban untuk menjaga warisan itu.
"Kita sebagai anak muda karena kita punya pengetahuan, punya skill bermusik, dan sekarang teknologi ada di zaman yang semua itu serba open source," ujar Vicky.
"Jadi buat kita bagaimana kita kembangin lagi sih produk-produk akar itu tadi. Dan kita sudah mulai mengerjakan beberapa proyek itu seperti kita punya proyek 'Mongondownesia' namanya," tambahnya.
Lewat Mongondownesia, Braga MGNDW coba mengaransemen ulang beberapa lagu asli dari asal daerah mereka. Salah satunya lewat lagu Moraoi.
"Itu kita remake yang terakhir direkam itu di tahun 80-an, kita remake dan kita aransemen dengan aransemen baru," ungkap Vicky.
Lewat proyek tersebut, Vicky merasa bahwa sudah semestinya budaya kembali menjadi pilihan utama anak-anak muda. Braga MGNDW berkomitmen untuk tetap membawa nilai-nilai budaya dalam karyanya.
"Soal nanti karyanya diterima atau didengar banyak orang, itu sudah nasib dari karya tersebut. Tugas kita sebagai musisi itu bikin karya saja," tandasnya.




