REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Agama (Menag)RI, Nasaruddin Umar terus menggaungkan konsep ekoteologi sebagai pendekatan spiritual dalam membenahi lingkungan guna mencegah bencana alam, seperti banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera.
Menurutnya, tanpa pendekatan cinta dan agama, mustahil bumi dapat dilindungi dari kerusakan lingkungan.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});- Pelan Tapi Pasti, Israel Menghadapi Kehancuran dari Dalam
- 7 Kejadian Ini Kisahkan Bagaimana Alquran Membuat Menangis Para Sahabat Rasulullah SAW
- Iran tak Berhenti Produksi Rudal-Rudal Canggih yang Punya Kemampuan Tembus Israel
“Tanpa bahasa agama, mustahil menciptakan kesadaran lingkungan yang mendalam. Dengan agama, merusak lingkungan itu dosa, memeliharanya adalah pahala,” ujar Nasaruddin dalam acara Refleksi Kinerja 2025 di Jakarta, Selasa (23/12/2025).
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta ini menjelaskan, konsep ekoteologi merupakan cara merawat lingkungan dengan hati dan pikiran yang hijau.
'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}
Implementasinya diwujudkan melalui berbagai program konkret, antara lain penanaman lebih dari satu juta pohon, penerapan green pesantren, Eco-Masjid, dan KUA Ramah Lingkungan.
Selain itu, lanjutnya, melakukan penghematan kertas setara 7.700 pohon melalui sistem digital, serta pembangunan pascabencana dengan prinsip green building.
Nasaruddin mengakui menggaungkan konsep kurikulum cinta dan ekoteologi bukan hal yang mudah. Menurutnya, masih banyak pihak yang mempertanyakan keterlibatan Kementerian Agama dalam isu lingkungan. Namun, konsep ekoteologi Kemenag ini justru mendapat sambutan positif dari dunia internasional
“Banyak yang bertanya, ‘kenapa Kementerian Agama bicara ekologi? Saya kemarin diundang khusus oleh Paus Fransiskus. Sebuah kebanggaan, di antara pimpinan umat beragama dunia, Menteri Agama diminta mendampingi Paus,” ucapnya.
Nasaruddin menjelaskan, dari berbagai deklarasi yang pernah ditandatangani Paus Fransiskus, Deklarasi Istiqlal menjadi yang paling ditindaklanjuti. Deklarasi tersebut menekankan pentingnya penggunaan bahasa agama dalam merawat lingkungan hidup.
“Setahun sebelum ekoteologi diluncurkan secara internasional, kita sudah mendahului zaman. Selama ini teologi kita terlalu ‘maskulin’ dan berujung pada eksploitasi alam. Kita perlu Green Theology,” katanya.
Nasaruddin menuturkan, Tuhan memiliki sifat Maha Pengasih dan Penyayang, Nabi mengajarkan kesantunan, dan kitab suci sarat dengan nilai kasih. Karena itu, menurutnya, teologi perlu mengalami demaskulinisasi agar lebih ramah terhadap alam.
Konsep ini, lanjutnya, telah disampaikan di Singapura dan mendapat perhatian dunia internasional.
Pada 2026 mendatang, Kementerian Agama berencana bekerja sama dengan seluruh umat beragama untuk menggunakan bahasa agama dalam merawat lingkungan hidup.
Nasaruddin menambahkan, gagasan ekoteologi ini sejalan dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto dan Hashim Djojohadikusumo di Amerika Latin.
Implementasi ke depan akan diwujudkan melalui Kurikulum Cinta, yakni kurikulum lintas agama yang menjadikan nilai kasih sebagai fondasi utama dan dapat diukur secara nyata.
“Semua agama intinya cinta. Selama ini belum terukur, maka kita buatkan kurikulumnya agar measurable. Ini untuk menyiapkan generasi masa depan dengan fondasi cinta,” jelasnya.




