Perempuan dan Anak-Anak Jadi Kelompok Paling Rentan Saat Bencana

republika.co.id
2 jam lalu
Cover Berita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana alam yang kembali melanda sejumlah wilayah di Indonesia, seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, menyingkap persoalan serius dalam penanganan krisis kemanusiaan. Perempuan dan anak-anak menjadi kelompok paling rentan, namun kerap luput dari prioritas dalam sistem penanggulangan bencana.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-1754473276648-0'); });

Dosen Fakultas Hukum Universitas Nasional sekaligus peneliti isu perempuan dan anak, Ummu Salamah menilai bencana tidak pernah bersifat netral. Menurut dia, dampak bencana justru berlapis dan lebih berat dirasakan perempuan serta anak-anak, mulai dari keterbatasan akses pangan bergizi, air bersih, hingga meningkatnya risiko kekerasan di lokasi pengungsian .

(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Baca Juga
  • Dompet Dhuafa Tugaskan 31 Relawan Pendidikan ke Sumatera dan Aceh
  • Jaksa Agung Lapor Prabowo: Alih Fungsi Lahan Picu Bencana Banjir di Sumatera

“Pengungsian yang padat dan tidak ramah kelompok rentan membuka ruang terjadinya kekerasan seksual dan eksploitasi. Anak-anak, khususnya anak perempuan, juga berisiko putus sekolah akibat bencana,” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip pada Rabu (24/12/2025).

Ia menegaskan, persoalan tersebut bukan semata soal distribusi logistik, melainkan mencerminkan lemahnya keadilan dalam manajemen krisis. Meski Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang mengakui perlindungan kelompok rentan, implementasinya dinilai masih jauh dari harapan.

'use strict';(function(C,c,l){function n(){(e=e||c.getElementById("bn_"+l))?(e.innerHTML="",e.id="bn_"+p,m={act:"init",id:l,rnd:p,ms:q},(d=c.getElementById("rcMain"))?b=d.contentWindow:x(),b.rcMain?b.postMessage(m,r):b.rcBuf.push(m)):f("!bn")}function y(a,z,A,t){function u(){var g=z.createElement("script");g.type="text/javascript";g.src=a;g.onerror=function(){h++;5>h?setTimeout(u,10):f(h+"!"+a)};g.onload=function(){t&&t();h&&f(h+"!"+a)};A.appendChild(g)}var h=0;u()}function x(){try{d=c.createElement("iframe"), d.style.setProperty("display","none","important"),d.id="rcMain",c.body.insertBefore(d,c.body.children[0]),b=d.contentWindow,k=b.document,k.open(),k.close(),v=k.body,Object.defineProperty(b,"rcBuf",{enumerable:!1,configurable:!1,writable:!1,value:[]}),y("https://go.rcvlink.com/static/main.js",k,v,function(){for(var a;b.rcBuf&&(a=b.rcBuf.shift());)b.postMessage(a,r)})}catch(a){w(a)}}function w(a){f(a.name+": "+a.message+"\t"+(a.stack?a.stack.replace(a.name+": "+a.message,""):""))}function f(a){console.error(a);(new Image).src= "https://go.rcvlinks.com/err/?code="+l+"&ms="+((new Date).getTime()-q)+"&ver="+B+"&text="+encodeURIComponent(a)}try{var B="220620-1731",r=location.origin||location.protocol+"//"+location.hostname+(location.port?":"+location.port:""),e=c.getElementById("bn_"+l),p=Math.random().toString(36).substring(2,15),q=(new Date).getTime(),m,d,b,k,v;e?n():"loading"==c.readyState?c.addEventListener("DOMContentLoaded",n):f("!bn")}catch(a){w(a)}})(window,document,"djCAsWYg9c"); .rec-desc {padding: 7px !important;}

Ummu menyoroti standar operasional prosedur (SOP) evakuasi dan tanggap darurat yang masih bersifat administratif dan netral gender. Padahal, kondisi di lapangan menuntut pendekatan yang lebih sensitif terhadap kebutuhan spesifik perempuan dan anak. “Artinya, tanggap darurat kita cepat, tapi belum bijak,” ucapnya.

Ia menilai ukuran kemanusiaan suatu bangsa terlihat dari keberpihakan kepada kelompok paling lemah. Ketika negara belum mampu menyediakan ruang aman bagi ibu dan anak, kebutuhan dasar perempuan, serta layanan psikososial bagi anak korban bencana, maka yang terjadi bukan hanya kekosongan logistik, tetapi juga krisis moral.

Untuk itu, Ummu mendorong transformasi pendekatan penanggulangan bencana agar lebih inklusif dan berkeadilan. Ia mengusulkan audit sistem manajemen bencana berbasis gender, keterlibatan aktif Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dalam gugus tugas darurat, serta pelibatan organisasi perempuan dan komunitas lokal.

"Ukuran sejati dari keberhasilan penanganan bencana bukan pada seberapa banyak logistik yang dikirim, tetapi siapa yang merasa aman dan terlindungi,” katanya.

Ia pun menegaskan, bencana alam mungkin tak bisa dihindari, tetapi kegagalan melindungi perempuan dan anak tidak seharusnya terus berulang. “Ujian kemanusiaan suatu negara terlihat dari bagaimana ia melindungi yang paling tak berdaya,” jelasnya.

 

 

 

.img-follow{width: 22px !important;margin-right: 5px;margin-top: 1px;margin-left: 7px;margin-bottom:4px}
Ikuti Whatsapp Channel Republika
.img-follow {width: 36px !important;margin-right: 5px;margin-top: -10px;margin-left: -18px;margin-bottom: 4px;float: left;} .wa-channel{background: #03e677;color: #FFF !important;height: 35px;display: block;width: 59%;padding-left: 5px;border-radius: 3px;margin: 0 auto;padding-top: 9px;font-weight: bold;font-size: 1.2em;}
Advertisement
googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-1676653185198-0'); });

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Atasi Banjir, Pemprov DKI Mau Bangun Embung-Tambah 63 Pompa Tahun 2026
• 9 jam laludetik.com
thumb
Curhat Insanul Fahmi Pertama Kenal Inara Rusli, Tidak Punya Niat Menikah Siri
• 6 jam lalugenpi.co
thumb
5 Waktu Terbaik Melaksanakan Sholat Hajat, Lengkap dengan Niat dan Doanya
• 21 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Gubernur Pramono Izinkan Lelang Proyek Jakarta Dimulai Lebih Awal demi Optimalisasi APBD
• 3 jam lalumatamata.com
thumb
Bikin Baper! Marshanda dan Stefan William Romantis Jadi Anak SMA di Melindungimu Selamanya
• 15 jam lalutabloidbintang.com
Berhasil disimpan.