Suka Menunda Bukan karena Malas, Ini Penjelasan Psikologinya

kumparan.com
20 jam lalu
Cover Berita

Hampir semua orang pernah menunda pekerjaan. Tugas sudah ada di depan mata, tenggat waktu jelas, tapi entah kenapa tangan terasa berat untuk mulai. Anehnya, saat menunda pun pikiran tidak benar-benar tenang. Ada rasa gelisah, bersalah, dan takut jika tugas itu tidak selesai tepat waktu.

Namun, ketika kebiasaan ini terlihat oleh orang lain, penilaian yang sering muncul sangat sederhana: malas. Padahal, menunda tidak selalu soal kurangnya niat. Dalam banyak kasus, kebiasaan ini justru berkaitan erat dengan kondisi mental seseorang.

Banyak orang yang menunda sebenarnya ingin menyelesaikan tugasnya. Mereka tahu tanggung jawabnya dan paham akibat dari menunda. Namun, ada hambatan psikologis yang membuat mereka sulit memulai.

Berbeda dengan malas, prokrastinasi adalah kondisi ketika seseorang menghindari tugas karena merasa tidak nyaman secara emosional. Tugas tersebut bisa memunculkan rasa cemas, takut gagal, atau takut hasilnya tidak cukup baik. Menunda akhirnya menjadi cara cepat untuk menghindari perasaan tidak enak itu, meskipun hanya sementara.

Akar Psikologis di Balik Kebiasaan Menunda

Salah satu penyebab utama prokrastinasi adalah kecemasan. Ketika seseorang takut melakukan kesalahan atau dinilai orang lain, otak memilih untuk menghindar. Selain itu, perfeksionisme juga sering menjadi jebakan. Keinginan untuk hasil yang sempurna justru membuat seseorang tidak berani memulai sama sekali.

Faktor lain yang sering muncul adalah kesulitan mengelola emosi. Saat tugas terasa berat, membosankan, atau menekan, menunda dianggap sebagai bentuk “istirahat”, padahal justru menambah beban pikiran di kemudian hari.

Cara Mengatasi Prokrastinasi dengan Lebih Sehat

Mengatasi kebiasaan menunda tidak cukup dengan memaksa diri agar lebih disiplin. Langkah kecil justru lebih efektif. Memecah tugas besar menjadi bagian yang lebih sederhana bisa membantu otak merasa tidak terlalu terancam.

Selain itu, penting untuk menurunkan tuntutan harus sempurna. Pekerjaan yang selesai dengan cukup baik jauh lebih bermanfaat daripada menunggu kondisi ideal yang tidak kunjung datang. Yang tak kalah penting, belajar memahami emosi diri sendiri dan berhenti memberi label negatif pada diri sendiri.

Suka menunda bukan berarti seseorang malas atau tidak peduli. Dalam banyak kasus, itu adalah tanda bahwa ada tekanan mental yang belum terkelola dengan baik. Dengan memahami prokrastinasi dari sudut pandang psikologis, kita bisa berhenti menghakimi dan mulai mencari solusi yang lebih sehat.

Karena terkadang, yang dibutuhkan bukan dorongan keras, melainkan pemahaman.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
KPK geledah rumah Penyuap Eks Bupati Bekasi Ade Kunang, Sita dokumen dan Flash Disk
• 22 jam laluliputan6.com
thumb
Rizal Fadillah Sebut Indonesia Miskin tapi Sombong
• 23 jam lalufajar.co.id
thumb
Pantai Gading dan Kamerun amankan kemenangan tipis
• 15 jam laluantaranews.com
thumb
BNI Hadirkan Trauma Healing bagi Anak-Anak Korban Banjir di Aceh Tenggara
• 23 jam lalumedcom.id
thumb
Ringankan Beban Nasabah di Sumatera, Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit
• 22 jam lalubisnis.com
Berhasil disimpan.