KEKHAWATIRAN global mengenai fenomena penuaan populasi dinilai terlalu berlebihan. Seorang pakar kependudukan terkemuka menyerukan agar masyarakat mulai merayakan dan memanfaatkan kehadiran kelompok besar orang dewasa yang sehat, aktif, dan kreatif.
Profesor Sarah Harper, Direktur Oxford Institute of Population Ageing, menyatakan penuaan populasi adalah konsekuensi logis dari keberhasilan peradaban. Saat ini, dua pertiga negara di dunia memiliki tingkat kesuburan di bawah level penggantian (replacement level). Menurutnya, kondisi ini tidak bisa dihindari, namun membawa sisi positif yang signifikan.
"Ini adalah sebuah kesuksesan karena setiap bayi yang lahir akan memiliki kesempatan, atau seharusnya memiliki kesempatan, untuk mendapatkan pendidikan tinggi, sehat, dan menjalani kehidupan yang panjang dan sehat," ujar Prof. Harper.
Potensi "Silver Economy" yang TerabaikanMeskipun tantangan pada sektor kesehatan bagi kelompok usia 80-90 tahun tetap ada. Harper menekankan peluang besar justru terletak pada peningkatan kesehatan dan pendidikan orang dewasa, khususnya mereka yang berada di rentang usia 50-70 tahun.
Ia menilai institusi abad ke-20 masih terjebak dalam pola pikir lama yang gagal menghargai potensi kelompok ini. "Ada beberapa tantangan, tetapi ada juga peluang besar. Alih-alih mencoba melawan, menghentikan, atau mengalihkannya, kita seharusnya mencari peluang tersebut karena kita memiliki kelompok besar orang dewasa yang sehat, aktif, tua, dan kreatif," tegasnya.
Untuk memaksimalkan potensi ini, para ahli menekankan pentingnya pelatihan ulang (retraining), kerja fleksibel, dan perubahan sikap terhadap pekerja senior. Harper juga menyarankan reformasi sistem pensiun, seperti menghubungkan dana pensiun dengan kontribusi asuransi nasional daripada sekadar batasan usia.
Pergeseran Struktur Demografi DuniaData resmi menunjukkan populasi Inggris terus menua, dengan proyeksi 27% penduduk akan berusia 65 tahun atau lebih pada 2072. Harper menjelaskan struktur usia di masa depan akan lebih menyerupai bangunan pencakar langit daripada piramida tradisional.
Terkait penurunan angka kelahiran, Harper menilai negara berpendapatan tinggi tidak lagi membutuhkan lonjakan bayi seperti di masa lalu. Ia berpendapat pandangan lama bahwa negara membutuhkan banyak pemuda untuk pertahanan militer sudah usang.
"Sebenarnya, kita tidak membutuhkannya lagi. Dunia telah berubah. Negara-negara berpendapatan tinggi tidak butuh bayi. Kita hanya perlu mengubah struktur, terutama struktur ekonomi," katanya.
Belajar dari SejarahHarper membandingkan fenomena ini dengan masuknya perempuan ke pasar tenaga kerja pada 1950-an. Kala itu, banyak pihak khawatir hal tersebut akan mengganggu stabilitas ekonomi, namun kini partisipasi perempuan dianggap sebagai hal yang lumrah dan krusial.
"Pada tahun 50-an dan awal 60-an, orang-orang berkata, 'Apa yang akan kita lakukan jika semua perempuan ini masuk ke pasar tenaga kerja? Itu akan mengganggu segalanya.' Namun tentu saja, hal itu terjadi dan sekarang semua orang menganggapnya wajar. Nah, ide yang sama berlaku untuk orang dewasa yang lebih tua," pungkasnya. (The Guardian/Z-2)



