Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas di Indonesia diprediksi melanjutkan penguatan pada tahun depan. Sejumlah risiko global dinilai bakal mendorong kembali meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven itu.
Direktur Traze Andalan Futures Ibrahim Assuaibi, memproyeksi harga emas dunia pada 2026 akan menyentuh level US$5.500 per troy ounce. Menurutnya, harga emas dunia akan mampu menyentuh level US$4.550 pada akhir tahun ini.
“Untuk logam mulia di tahun 2026 kemungkinan besar akan menyentuh level Rp3,8 juta per gram,” katanya kepada wartawan, dikutip Jumat (26/12/2025).
Ibrahim memprediksi, harga logam mulia dalam negeri akan mencapai Rp2,7 juta per gram hingga akhir 2025. Posisi itu mencerminkan potensi kenaikan hingga 4,65% dari harga logam mulia Antam yang saat ini dibanderol Rp2,58 juta per gram.
Artinya, terdapat potensi kenaikan harga emas hingga Rp1,1 juta sepanjang 2026 jika investor melakukan pembelian logam mulia pada akhir 2025. Adapun pada awal 2025, Bisnis mewartakan bahwa harga emas Antam berukuran 1 gram dibanderol seharga Rp1,55 juta. Sepanjang tahun ini, telah terjadi kenaikan hingga 66,45%.
Setidaknya terdapat lima faktor yang diprediksi bakal meningkatkan permintaan emas tahun mendatang. Pertama, ketegangan antara Iran dengan Israel yang diprediksi akan makin meningkat.
Baca Juga
- JP Morgan Proyeksi Harga Emas Bisa Tembus US$5.000 per Ons Tahun Depan
- Harga Emas Antam Hari Ini, Jumat (26/12) Naik, per Gram Tembus Rp2,58 Juta
- Pecah Rekor Lagi, Harga Emas di Pasar Spot Tembus US$4.500 atau Rp75,4 Juta per Tray Ounce
“Kemungkinan besar pada kuartal pertama 2026, akan terjadi perang yang disetujui oleh Amerika dan NATO antara Iran dan Israel,” kata Ibrahim.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disebut akan mengajukan sejumlah opsi militer kepada Presiden AS Donald Trump untuk menghadapi Iran, termasuk kemungkinan serangan bersama, dalam pertemuan di Florida pada 29 Desember 2025.
Dengan terjadinya perang antara kedua negara, Ibrahim memprediksi pasokan minyak mentah global akan terganggu. Keterlibatan negara Timur Tengah dalam perang kedua negara tersebut juga bakal kian mencekik produksi minyak mentah di sana. Hal itulah yang dinilai bakal mendorong harga emas dunia.
Kedua, ketegangan geopolitik antara AS–Venezuela juga dinilai bakal mendorong permintaan terhadap emas pada tahun mendatang. Ketegangan meningkat setelah Presiden AS Donald Trump pekan lalu mengumumkan pemberlakuan blokade terhadap seluruh kapal tanker minyak yang masuk dan keluar dari Venezuela dan berada di bawah sanksi.
Ketiga, perubahan pejabat bank sentral AS setelah masa jabatan Gubernur The Fed Jerome Powell resmi berakhir pada April mendatang. Pergantian tersebut diprediksi bakal membawa sentimen dovish bagi pasar. Ibrahim memprediksi The Fed akan diisi oleh pejabat pilihan Donald Trump.
“Keinginan Trump bahwa suku bunga itu kembali ke level sebelumnya yaitu 0–0,25%. Ini yang kemungkinan besar akan membuat harga emas dunia kembali mengalami penguatan,” kata Ibrahim.
Keempat, perang dagang diprediksi masih akan berlangsung pada 2026. Hal itu disebut bakal kian memanaskan tensi perpolitikan antara AS dengan negara-negara lainnya.
Terakhir, permintaan bank sentral global terhadap emas diprediksi masih akan cukup tinggi, tetapi tidak dengan ketersediaan emas itu sendiri. Hal itu dinilai bakal turut mendorong harga emas lantaran permintaan dan ketersediaan emas tidak seimbang.
“Harga logam mulia Rp3,8 juta bukan lagi mimpi, tetapi kemungkinan besar akan menjadi kenyataan kalau [gejolak] geopolitik benar-benar terjadi di 2026 dan perang dunia ketiga di depan mata,” kata Ibrahim.

/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fimages%2F2025%2F12%2F09%2Ff852343b3b4a8beaa454baa5875b3945-20251201TOK24.jpg)



