Astronaut ISS Rekam Fenomena Bulan Langka, Lengkungan Cahaya Tipis di Atas Atmosfer Bumi

mediaindonesia.com
11 jam lalu
Cover Berita

SEBUAH pemandangan langka berhasil ditangkap dari luar angkasa. Seorang astronot di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) memotret Bulan yang tampak dikelilingi lengkungan cahaya tipis, fenomena optik ini dikenal dengan nama Lunar Halo. Lengkungan itu terlihat melayang tepat di atas garis biru atmosfer Bumi, seolah terpisah dari planet dan menggantung di ruang hampa.

Mengutip dari laman Earth.com lebih dari ketinggian 200 mil di atas permukaan laut stasiun luar angkasa ISS berada di atas hampir seluruh sistem cuaca. Dalam sudut pandang tertentu, posisi Bulan tampak berada tepat di balik lapisan atmosfer, sehingga udara berperan seperti lensa alami yang membelokkan cahaya Bulan sebelum sampai ke kamera astronot.

Foto itu dihasilkan melalui program ISS Crew Earth Observations Facility yang dikelola NASA di Johnson Space Center. Program ini memanfaatkan kamera para astronot untuk mendokumentasikan fenomena atmosfer, daratan, lautan, dan cahaya dari perspektif orbit, baik untuk kepentingan ilmiah maupun edukasi publik.

Dari orbit rendah Bumi, horizon tampak berlapis-lapis. Troposfer di bagian bawah memancarkan rona jingga, stratosfer terlihat pucat keputihan, sementara lapisan atas berwarna biru gelap. Di atasnya terbentang mesosfer, tempat kristal es langka dapat terbentuk dan memicu fenomena Lunar Halo ini.

Bagaimana Fenomena Ini Dapat Terbentuk

Lunar Halo muncul ketika cahaya Bulan melewati kristal es mikroskopis di awan tinggi yang sangat tipis. Ketika cahaya masuk dan keluar dari kristal-kristal tersebut, arahnya dibelokkan dan sedikit terurai berdasarkan panjang gelombang, membentuk busur atau cincin cahaya.

Secara umum, Lunar Halo membentuk cincin dengan radius sekitar 22 derajat dari Bulan. Namun, pada foto yang diambil, hanya terlihat sebagian lengkungan. Hal itu terjadi karena lapisan kristal es tidak mengelilingi Bulan secara penuh dari sudut pandang kamera. Selain itu, orientasi kristal yang sedikit miring dapat memotong cincin cahaya menjadi busur tipis yang tajam.

Bentuk kristal sangat menentukan hasil visualnya. Kristal berbentuk lempeng heksagonal dan kolom membelokkan cahaya dengan cara berbeda. Di awan tinggi yang sangat tipis, pergeseran sudut sekecil apa pun dapat membuat busur cahaya tampak menguat atau justru menghilang.

Es langka di Atmosfer Tertinggi

Keberadaan es di ketinggian ini tergolong sangat jarang. Uap air harus naik jauh ke atas atmosfer, bertemu partikel debu, lalu membeku dalam kondisi suhu ekstrem. Penelitian menunjukkan bahwa lapisan es tertinggi ini berkembang di wilayah musim panas yang paling dingin, sekitar 50 mil di atas permukaan Bumi.

Karena berada di lingkungan yang sangat tipis, lapisan es ini sangat peka terhadap fluktuasi suhu kecil dan gerakan udara vertikal. Gelombang gravitasi dapat membentuk struktur halus yang muncul dan menghilang seiring perubahan lintasan orbit pengamatan.

Sumber: Earth.com.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Polri Ungkap 9 WNI Korban TPPO di Kamboja Awalnya Dijanjikan Jadi Operator Komputer
• 5 jam lalukompas.tv
thumb
Jadwal Operasional dan Libur BEI saat Nataru hingga Dana PIP Desember Cair
• 6 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Sambut Libur Nataru, Pariaman Buka Kembali Wisata Pulau Angso Duo
• 2 jam lalurepublika.co.id
thumb
Ujian di Tengah Kegelapan
• 1 jam laluerabaru.net
thumb
Goks! Lebih dari 800 Ribu Tiket Terjual di Hari Natal 2025, Terbanyak 2 Film Ini
• 22 jam lalutabloidbintang.com
Berhasil disimpan.