Bisnis com, BANDUNG — Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) terkait rencana 31 industri berbasis modal asing dan 21 industri dalam negeri yang akan mulai melakukan pembangunan pabrik dan kegiatan usaha baru pada 2026.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Nining Yuliastiani mengatakan pihaknya telah memetakan kebutuhan kompetensi sumber daya manusia dari setiap industri sesuai dengan kebutuhan.
“Pemetaan ini bisa menjadi masukan kurikulum atau program pelatihan ke lembaga pendidikan dalam rangka mempersiapkan kompetensi dari tiap calon SDM industri di Jawa Barat,” kata Nining kepada Bisnis, Kamis (25/12/2025).
Menurutnya upaya ini dilatarbelakangi adanya mismatch antara ketersediaan SDM dengan kebutuhan tenaga kerja industri.
Berdasarkan analisis terhadap potensi beberapa industri yang beroperasi dan sedang dalam proses konstruksi di Jawa Barat, industri tersebut menurut Nining membutuhkan kompetensi umum serta soft skills dan hard skills.
“Untuk kompetensi umum bahasa itu bahasa Inggris, dan pada jabatan tertentu dibutuhkan kompetensi SDM yang bisa berbahasa Mandarin,” ujarnya.
Baca Juga
- Ciamis Jabar Diguncang Gempa Magnitudo 2,2 Malam Ini
- Daftar 12 Wilayah UMK 2026 Tertinggi di Jabar, Kota Bekasi Paling Tinggi
- Bank BJB Ajak Nasabah Saksikan Rahvayana: Kala Cinta Dijabar
Dari analisis lanjutan, calon tenaga kerja ini diharapkan memiliki soft skills yakni etika kerja, kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan bekerja dalam tim, bisa memecahkan masalah, mampu bernegosiasi, manajemen waktu, tim dan pekerjaan, dan adaptif.
“Kalau untuk hard skills, calon tenaga kerja dituntut menguasai matematika dasar, untuk jabatan staf penguasaan Microsoft Office itu wajib,” katanya.
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi sebelumnya mengakui jika banyaknya lulusan sekolah menengah atas dan kejuruan di Jabar yang minim diserap industri karena pengelolaan pendidikan yang jauh dari keterpaduan.
“Apa yang menjadi kelemahan dasar masyarakat Jawa Barat? Matematika dasarnya lemah, sehingga ketika seleksi, mereka kalah,” katanya.
Menurutnya gambaran bahwa Jabar masih tertinggal di sektor pendidikan maupun ekonomi, hal ini lebih baik diungkapkan karena merupakan fakta.
KDM—panggilan akrabnya menilai jangan sampai dunia pendidikan menjadi kamuflatif karena ingin terlihat baik di mata publik.
“Harus kita ceritakan adalah fakta yang sebenarnya, bukan pembangunan kamuflatif. Kalau pendidikan dasar kita masih bermasalah, katakanlah bermasalah. Kalau ada anak SD belum bisa baca tulis, katakan itu terjadi. Kalau ada kematian ibu dan anak, katakan itu terjadi,” katanya.




