Trotoar di Jalan Dr. Saharjo, Setiabudi, Jakarta Selatan, tak sepenuhnya ramah bagi pejalan kaki. Bukan karena sempit, bukan pula karena arus manusia yang terlalu padat. Yang membuat langkah terhenti justru gulungan kabel hitam yang menjuntai rendah, melintang di atas jalur pejalan kaki.
kumparan mencoba menyusuri trotoar itu, Sabtu (27/12) pagi. Di sepanjang jalan itu, kabel-kabel tampak menggantung tak beraturan. Beberapa langkah dari halte non-BRT Masjid Jami Baiturrahman, bahkan ada kabel yang turun sangat rendah, sejajar dengan pinggang orang dewasa.
Untuk melintas, kumparan bahkan harus menundukkan kepala. Pilihan lainnya, bergeser ke sisi trotoar yang hampir mendekati badan jalan karena terhalang tiang. Tak hanya itu, kumparan juga menyaksikan langsung mobil truk yang kesulitan untuk melintas saat parkir di sebuah minimarket. Hal itu dikarenakan kabel yang menjuntai terlalu rendah.
Sepanjang trotoar itu, kabel tak hanya semrawut, tapi juga terbuka. Lapisan pelindungnya terkelupas, memperlihatkan serat fiber optik yang mencuat keluar. Sebagian tiang penyangga tampak miring, bahkan ada yang kecil dan bengkok, seolah menahan beban yang kian hari kian berat.
Rizal (55), tukang parkir yang sehari-hari berjaga di kawasan itu, mengatakan kondisi tersebut bukan hal baru. Ia mengaku sudah dua tahun menjaga parkir di lokasi tersebut dan menyaksikan sendiri kondisi kabel yang tak kunjung dibenahi.
Menurut Rizal, trotoar di kawasan itu baru selesai dibangun. Meski trotoar itu baru rampung sekitar dua minggu lalu, kabel semrawut itu sudah ada jauh sebelumnya. Aktivitas pejalan kaki pun terbilang ramai.
“Yang kabel-kabel ya sudah didiamkan saja ini, enggak ada reaksinya apa untuk benerin. Kabel mah sudah lama, sebelum ini trotoar dibangun ini, yang saluran,” kata Rizal saat ditemui di lokasi.
Selain membahayakan, baginya persoalan ini juga mengganggu estetika kota.
“Wah enggak bagus, jelek, jadi berantakan. Lihat saja itu tiang listriknya pada miring-miring kan? Oh, bukan bahaya lagi itu kabel yang di kantor BRI itu, depan kantor BRI sampai ke bawah,” tutur Rizal.
“Apa pantes gitu loh. Ya harus dibenerin lah. Kalau nggak dibenerin, lihat saja begini. Nanti kena orang jalan kan,” lanjutnya.
Putus Ditabrak Truk, Dililit RafiaKondisi paling mengkhawatirkan terlihat ketika kabel tak hanya menjuntai, tetapi juga pernah putus. Basuki (60), warga yang tinggal di sekitar Jalan Dr. Saharjo, mengingat betul kejadian itu.
“Wah, parah, jelek. Kayak kemarin saja kena truk tuh, putus noh. Kemarin belum lama putus. Tuh, yang pas di trotoar itu kan dililitin tuh. Kemarin sama truk, belum lama, ada seminggu yang lalu. Putus, karena kesangkut sama truk. Jadi putus. Terus enggak lama sama Busway juga,” jelas Basuki.
Menurut Basuki, kabel yang terlalu rendah membuat kendaraan tinggi seperti truk rentan menyangkut. Situasi itu kian berbahaya saat hujan turun.
“Ya kalau pas waktu putus itu kemarin hujan itu. Pas putusnya hujan, pas lagi hujan,” imbuhnya.
Yuda (34), warga lainnya, menilai kondisi ini membahayakan dua pihak, pejalan kaki dan juga pengendara.
“Iya semakin lama nih semakin numpuk. Ditambah lagi dia (kabel) makin ke bawah dia, turun. Bahaya kan buat kalangan orang yang jalan kaki. Ini kan jalur masuk mobil juga,” kata Yuda.
Ia menambahkan, kabel yang terus bertambah membuat posisinya makin turun dari hari ke hari.
“Iya, semakin lama nih semakin numpuk nih, ditambah lagi, ditambah lagi dia (kabel) makin ke bawah dia, turun. Bahaya kan buat kalangan orang yang jalan kaki. Iya makanya kan, bahaya itu. Ini kan jalur masuk mobil juga,” ungkap Yuda.
Basuki bahkan menyebut kabel yang putus sempat dililit seadanya “Kayak kemarin saja ditali-taliin tuh pakai rafia,” tuturnya.
Menurut mereka, hingga kini belum ada sosialisasi atau pembicaraan dari pihak-pihak yang berwenang mengatasi kondisi kabel semrawut tersebut.
“Belum pernah ada yang berbicara ke kita-kita orang gitu,” kata Yuda.
Antara Estetika dan KeselamatanSelain mengganggu visual kota, kabel-kabel ini menimbulkan kekhawatiran soal keselamatan, terutama saat musim hujan dan petir.
“Takutnya kalau kabel listrik, kesetrum orang kan bahaya, nyawa,” kata Basuki.
“Orang-orang jalan kan kita nggak pernah tahu kan. Ada yang kebuka takutnya ada arus kan. Membahayakan sih harus ada solusi harusnya,” ujar Yuda menimpali.
Bagi warga, solusi paling ideal adalah penataan menyeluruh, bukan sekadar mengikat atau memindahkan sebagian kabel.
“Ya harapannya sih, lebih dibagusin lah. Kalau emang bisa ditanam ya ditanamlah, biar nggak semrawut gitu loh. Kan kalau begini kan kelihatannya juga nggak enak kan, mengganggu orang-orang yang jalan, warga-warga juga takutnya anak kecil, ya kan nggak tahu kan lagi musim hujan kayak gini kan bahaya. Iya nggak sih?” tutur Yuda.
Sementara Basuki menutup dengan kekhawatiran yang paling mendasar.
“Pas itu putus kabel, kena orang pakai motor. Kalau orang naik kenceng gitu ya, nggak macet, kenceng gitu, apa kagak mati tuh orang,” pungkasnya.




