Amerika Serikat Incar Mineral Kritis Indonesia, Menko Airlangga: Danantara Sudah Mulai Negosiasi

idxchannel.com
5 jam lalu
Cover Berita

Selain soal mineral, perjanjian ini juga memuat penurunan tarif resiprokal bagi Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen.

Amerika Serikat Incar Mineral Kritis Indonesia, Menko Airlangga: Danantara Sudah Mulai Negosiasi

IDXChannel - Hubungan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) memasuki babak baru dengan fokus pada akses mineral kritis. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, implementasi akses sumber daya strategis ini tengah didiskusikan secara intensif sebagai bagian dari perjanjian dagang yang ditargetkan rampung pada Januari 2026.

Baca Juga:
Gejolak Global Tekan Arus Investasi Asing, Ini Tantangan Industri Logam dan Mineral RI ke Depan

Kesepakatan ini dijadwalkan akan ditandatangani langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Donald Trump. Selain soal mineral, perjanjian ini juga memuat penurunan tarif resiprokal bagi Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen.

Airlangga menjelaskan, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) telah mengambil langkah proaktif dengan menjalin komunikasi bersama otoritas ekspor-impor Amerika Serikat.

Baca Juga:
RI–Korsel Kompak Dorong Konsensus G20 hingga Tata Kelola Mineral Kritis Berkelanjutan

"Tentu yang critical mineral sudah ada pembicaraan Danantara dengan badan ekspornya di Amerika. Dan juga ada perusahaan Amerika yang sudah berbicara dengan perusahaan critical mineral di Indonesia. Jadi itu akses terhadap critical mineral yang disediakan oleh pemerintah," kata Airlangga dikutip Sabtu (27/12/2025).

Baca Juga:
BUMI Siapkan Akuisisi Tambang Mineral Baru di 2026, Pendapatan Non-Batu Bara Ditargetkan Meningkat

Airlangga melanjutkan, kerja sama mineral dengan AS sebenarnya sudah memiliki akar sejarah yang panjang. Dia mencontohkan keberadaan Freeport McMoRan yang telah beroperasi sejak 1967 sebagai penyedia tembaga (copper) utama.

"Nah kita juga sudah memonitor bahwa salah satu critical mineral adalah copper, di mana perusahaan Amerika sudah investasi dari tahun 1967, yaitu Freeport McMorran. Jadi bagi Indonesia, critical mineral dan Amerika itu sesuatu yang sudah dijalankan. Jadi bukan sesuatu yang baru," kata Airlangga.

Selain tembaga, pemerintah berencana membuka akses untuk berbagai komoditas mineral kritis lainnya yang menjadi incaran industri manufaktur dan pertahanan AS. Beberapa komoditas yang masuk dalam radar diskusi antara lain nikel, bauksit dan logam tanah jarang (rare earth).

"Rare earth kita juga masih dalam proses. Itu produk dari Timah," kata Airlangga.

Pemerintah menyadari bahwa mineral kritis memiliki peran vital karena sifatnya yang sulit digantikan secara teknis maupun ekonomis, namun sangat dibutuhkan dalam skala global. Hal ini sejalan dengan Keputusan Menteri ESDM Nomor 296.K/MB.01/MEM.B/2023.

Airlangga menekankan bahwa ketersediaan mineral ini merupakan "jantung" bagi banyak industri berat di Amerika Serikat yang saat ini sedang mengalami pertumbuhan pesat.

"Terhadap semua kan akses itu mereka perlukan karena itu untuk otomotif, untuk pesawat terbang, untuk roket, untuk peralatan pertahanan militer," katanya.

(Nur Ichsan Yuniarto)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Menelisik Anggaran Bencana
• 13 jam lalukumparan.com
thumb
Musda XI MUI Jatim, Perkuat Sinergi Ulama-Umara untuk Kemaslahatan Umat
• 21 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Kode Redeem FC Mobile 27 Desember 2025, Klaim Gems hingga Pemain Icon Gratis
• 7 jam lalumedcom.id
thumb
Gempa M5,6 Guncang Pesisir Bengkulu, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
• 9 jam lalusuara.com
thumb
Wagub Kalbar Dorong Regulasi Pusat untuk Perkuat ASN dan Kelola SDA
• 20 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.