DEPOK (Realita) - Pimpinan Wisma Sahabat Yesus, Romo Robertus Bambang Rudianto, kembali menegaskan bahwa tidak pernah ada intimidasi maupun larangan dalam pelaksanaan ibadah Natal di Kota Depok.
Pernyataan ini sekaligus meluruskan berbagai tudingan yang beredar di media sosial terkait isu intoleransi.
Baca juga: Forkopimda Depok Pastikan Perayaan Malam Natal Berjalan Kondusif
Pria yang akrab disapa Romo Rudi itu menegaskan, hingga kini seluruh kegiatan ibadah berjalan dengan baik dan kondusif.
Romo Rudi memastikan tidak pernah ada pembatalan ataupun pelarangan ibadah, termasuk saat perayaan Natal.
“Kita hidup di negara yang menghormati kebebasan bersuara. Namun, tidak semua suara harus ditanggapi, apalagi jika tidak mewakili semangat saling menghormati sesama manusia,” tutur Romo Rudi kepada wartawan, Minggu (28/12/2025).
Menurut Romo Rudi, yang terjadi di lingkungan Wisma Sahabat Yesus bukanlah konflik, melainkan proses alami antar warga yang sedang saling mengenal.
“Saya berada di Depok dan hidup di tengah warga. Setiap kali ditanya apakah ada larangan ibadah, saya selalu jawab tidak ada. Tidak ada pembatalan apa pun. Kita hanya butuh waktu untuk saling mengenal,” kata Romo Rudi.
Romo Rudi menjelaskan, selama lebih dari tiga tahun keberadaanya di tempat tersebut, tidak pernah terjadi persoalan dengan warga sekitar.
Ia menilai, komunikasi dan keterbukaan menjadi kunci terciptanya keharmonisan.
“Selama tiga tahun ini tidak ada masalah apa pun. Tapi dalam bertetangga, wajar jika kita saling ingin mengenal satu sama lain,” ucap Romo Rudi.
Romo Rudi menuturkan, penghuni asrama pun berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan merupakan mahasiswa dari 14 perguruan tinggi di Jakarta Selatan dan Depok.
“Mereka datang dari berbagai latar belakang, seperti NTT, Kalimantan, dan daerah lainnya. Mereka adalah perantau yang membutuhkan tempat untuk bertemu dengan teman-temannya secara damai,” jelas Romo Rudi.
Asrama Sahabat Yesus, lanjut Romo Rudi, menjadi ruang perjumpaan yang aman dan nyaman bagi para mahasiswa.
Seiring waktu, aktivitas yang rutin dilakukan memunculkan rasa ingin tahu dari warga sekitar.
“Setiap hari dan setiap Minggu mereka datang. Wajar jika warga bertanya, ‘Di wisma itu ada apa?’ Itu hal yang sangat normal dalam kehidupan bertetangga,” tambah Romo Rudi.
Romo Rudi menekankan bahwa toleransi tidak boleh dipersempit hanya pada soal perbedaan agama, melainkan harus dimaknai sebagai sikap saling menghormati sesama manusia.
Baca juga: Pemkot Surabaya Bersama Yayasan Mawar Sharon Peduli Gelar Layanan Pengobatan Gratis
“Toleransi bukan hanya soal agama, tapi bagaimana kita saling mengenal dan menghormati. Toleransi itu menerima dan menghargai sesama manusia yang sama-sama percaya kepada Tuhan,” tegas Romo Rudi.
Romo Rudi juga membantah tegas adanya intimidasi terhadap dirinya.
“Saya orang yang bebas dan tidur saya nyenyak. Apa yang saya sampaikan dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Saya adalah seorang pastur yang diutus gereja untuk membawa damai. Damai itu berasal dari Tuhan, bukan dari manusia,” ujar Romo Rudi.
Sementara itu, Urusan Kemasyarakatan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Depok, KH Ahmad Kholadi, menegaskan bahwa pihaknya terus berkomitmen menjaga kerukunan antarumat beragama di Kota Depok.
“Meski pernah ada lembaga survei yang menempatkan Depok sebagai kota intoleran, pada tahun 2025 indeks kerukunan kita naik signifikan. Bahkan meningkat hingga belasan peringkat,” ungkap Kholadi.
Kholadi menyebut FKUB secara rutin menggelar dialog lintas agama dan lintas budaya hampir setiap bulan.
“FKUB terdiri dari tokoh agama, tokoh masyarakat, lintas budaya, hingga pemuda. Semuanya sepakat bahwa Depok adalah kota yang aman dan nyaman, tidak sesuai dengan apa yang ditudukan lembaga survei,” kata Kholadi.
Kholadi juga merujuk pada hasil survei terbaru dari Universitas Indonesia yang menunjukkan peningkatan signifikan indeks toleransi di Depok.
Baca juga: Wujudkan Toleransi Beragama, Perayaan Natal di Balai Kota Dihadiri Ribuan Jemaat
“Dan kemarin rilis dari lembaga survei UI, bahwa Depok ini mengalami peningkatan yang signifikan juga, nilainya 71. Jadi ini sudah di atas rata-rata kerukunan kita, toleransi kita di Depok,” tegas Kholadi.
Terkait isu Wisma Sahabat Yesus, Kholadi menegaskan tidak ada penolakan atau konflik sebagaimana yang beredar di media sosial.
“Sebenarnya tidak terjadi apa-apa. Ini hanya kesalahpahaman informasi. Saya sudah berdiskusi dengan lurah dan tokoh masyarakat, semuanya menyatakan tidak ada masalah, tidak ada penolakan,” ujar Kholadi.
Terpisah, Anggota DPRD Jawa Barat, Pradi Supriatna, menegaskan pentingnya menjaga kerukunan antarumat beragama sebagai tanggung jawab bersama.
“Sebagai warga negara, kita harus hidup berdampingan, saling mendukung, menebarkan kebaikan buat bangsa dan negara. Soal ibadah, saya pribadi itu adalah tanggung jawab masing-masing kepada yang maha kuasa,” ujar Pradi.
“Tapi dalam kehidupan kita tentu harus saling menghormati, saling menghargai. Adapun kalau ada hal-hal teknis kan bisa dibicarakan ya, intinya bisa dilihat suasananya begitu damai,” sambung Pradi.
Pradi menilai, suasana di Asrama Sahabat Yesus Depok sangat kondusif dan jauh dari isu yang berkembang di media sosial.
“Karena kan menilai itu ada yang memang melihat langsung, ada yang tidak melihat, tapi sudah bisa menilai. Tapi fakta yang kita dapatkan hari ini bisa terlihat, bisa ngeteh bareng dan sebagainya, sangat harmonis,” pungkas Pradi. hry
Editor : Redaksi




