Delta Djakarta menyerap belanja modal sebesar Rp20,3 miliar hingga kuartal III-2025.
IDXChannel - Produsen bir merek Anker, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp20,3 miliar hingga kuartal III-2025.
Jumlah itu sekitar 32 persen dari total alokasi capek 2025 yang mencapai Rp63,9 miliar. Realisasi capex hingga akhir tahun diperkirakan berada di kisaran 70-75 persen.
Direktur Utama Delta Djakarta, Webster A. Gonzales menjelaskan, alokasi capex difokuskan untuk peningkatan operasional (operation improvement), penggantian perangkat mesin pabrik, serta penguatan sistem teknologi informasi (IT related).
“Capex 2025 kami diarahkan untuk mendukung efisiensi dan keberlanjutan operasional, terutama di sisi pabrik dan sistem IT,” ujar Webster dalam paparan Public Expose di keterbukaan informasi, Rabu (24/12/2025).
Menurutnya, prospek industri minuman beralkohol pada 2026 khususnya pasar bir, berpotensi membaik dibandingkan 2025. Ini dipengaruhi oleh kinerja industri, mulai dari kondisi ekonomi masyarakat, kebijakan dan regulasi, hingga jumlah wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.
“Faktor ekonomi, regulasi, serta arus wisatawan sangat memengaruhi pasar bir secara keseluruhan,” kata Webster.
Untuk mengejar target pertumbuhan tersebut, Delta Djakarta menyiapkan strategi ekspansi dengan memperluas jangkauan distribusi dengan menambah jumlah distributor di berbagai daerah di Indonesia.
Di sisi produk, perseroan akan memaksimalkan portofolio merek yang dimiliki. Saat ini, Delta Djakarta memiliki 10 merek bir yang menjangkau berbagai segmen konsumen, mulai dari premium, mainstream, hingga ekonomis. Portofolio tersebut juga mencakup bir hitam, bir dengan rasa manis, wheat beer, dan varian lainnya.
“Kami yakin kombinasi ekspansi distribusi dan optimalisasi portofolio merek akan mendorong peningkatan kinerja penjualan pada 2026,” ujar Webster.
Dari sisi imbal hasil kepada pemegang saham, Delta Djakarta menegaskan kebijakan dividen tetap mempertimbangkan kondisi keuangan perseroan, kinerja pendapatan, rencana pendanaan investasi baru, kecukupan cadangan dana, serta kebutuhan modal kerja ke depan.
Dalam delapan tahun terakhir, perseroan tercatat secara konsisten membagikan dividen dengan payout ratio yang agresif di kisaran 97 persen hingga 162 persen.
(DESI ANGRIANI)





