KPK Ungkap Masalah yang Bikin Setop Penyidikan Kasus Tambang Rp 2,7 T

detik.com
7 jam lalu
Cover Berita
Jakarta -

Keputusan KPK dalam menghentikan penyidikan kasus dugaan korupsi terkait izin tambang di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra), menuai kritik. KPK menegaskan tidak ada tekanan politik di balik penerbitan surat perintah penghentian penyidikan (SP3) kasus itu.

"Kalau tekanan politik tidak ada, ini murni kendala di teknis proses penanganan perkara. Ketidakcukupan alat bukti karena auditor tidak bisa melakukan penghitungan," kata Jubir KPK Budi Prasetyo saat dihubungi, Senin (29/12/2025).

KPK pertama kali mengumumkan penyidikan kasus ini pada tahun 2017. Bupati Konawe saat itu, Aswad Sulaiman (AS), diumumkan KPK sebagai tersangka. KPK mengatakan kasus tersebut merugikan negara hingga Rp 2,7 triliun.

Baca juga: KPK: SP3 Kasus Tambang Rp 2,7 T Sejak 2024, Terkendala Hitung Kerugian Negara

Delapan tahun berselang, KPK menyampaikan telah menerbitkan SP3 di kasus izin tambang Konawe sejak Desember 2024. Budi mengatakan penghentian penyidikan diambil karena ada hambatan dalam penghitungan kerugian negara yang dilakukan auditor.

"Sangkaan awal pasal 2 dan pasal 3 tapi dalam prosesnya auditor tidak bisa melakukan penghitungan KN-nya (kerugian negara)," ujar Budi.

Dia mengatakan tidak ada perhitungan kerugian negara oleh auditor membuat KPK kekurangan alat bukti di sangkaan tentang kerugian negara. Sementara di kasus dugaan suap, Budi menyebut perkara itu telah kadaluarsa. Dua faktor ini yang membuat KPK menerbitkan SP3 di kasus korupsi izin tambang Konawe Utara.

"Ketidakcukupan alat bukti karena auditor tidak bisa melakukan penghitungan kerugian keuangan negara kemudian pasal suapnya kendala di kadaluarsa penuntutan," jelas Budi.

Baca juga: Rotasi Akhir Tahun di Tubuh Korps Adhyaksa
Kasus Konawe Utara

Pada 2017, KPK menetapkan mantan Bupati Konawe Utara, Aswad Sulaiman, sebagai tersangka kasus dugaan korupsi terkait izin pertambangan. Dia diduga memperkaya diri sendiri dan menyalahgunakan kewenangan sehingga menyebabkan kerugian keuangan negara.

"Menetapkan ASW (Aswad Sulaiman) sebagai tersangka," ucap Wakil Ketua KPK saat itu, Saut Situmorang, di kantornya, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Selasa (3/10/2017).

Saut menyebutkan dugaan korupsi itu terkait izin eksplorasi, izin usaha pertambangan, dan izin operasi produksi di Konawe Utara. Tindak pidana yang disangkakan pada Aswad diduga berlangsung pada 2007-2009.

"Indikasi kerugian negara yang sekurang-kurangnya Rp 2,7 triliun yang berasal dari penjualan produksi nikel, yang diduga diperoleh dari proses perizinan yang melawan hukum," kata Saut saat itu.

Baca juga: Demo Buruh Besok Tolak UMP DKI Rp 5,7 Juta Cuma Digelar di Istana Merdeka



(ygs/gbr)

Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pemerintah Pastikan Tetap Kebut Penanganan Bencana Meski Masuk Libur Nataru
• 23 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Tolak UMP 2026, Buruh Demo Geruduk Istana-DPR Besok 29 Desember
• 23 jam lalubisnis.com
thumb
Move On dari Sule, Nathalie Holscher Pamer Pacar Baru Hasil Perjodohan, Begini Sosok Richard Refanov
• 5 jam lalugrid.id
thumb
Menyoal Langkah KPK Hentikan Perkara Izin Tambang Nikel Konawe Utara
• 8 jam lalukompas.com
thumb
Keamanan di Rumah Baru Pangeran William-Kate Middleron Diperketat, Warga Sekitar Windsor Merasa Terusik
• 2 jam lalutabloidbintang.com
Berhasil disimpan.