FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pengacara Roy Suryo Cs, Ahmad Khozinuddin, blak-blakan menanggapi kunjungan Pratikno ke Solo yang belakangan disebut-sebut sebagai upaya Presiden ke-7, Jokowi menghimpun kekuatan di tengah polemik dugaan ijazah palsu.
Dikatakan Ahmad, secara struktur pemerintahan Pratikno memang bukan bawahan Jokowi. Namun, dalam konteks kasus dugaan ijazah palsu, ia menyebut Pratikno tidak bisa dilepaskan dari persoalan tersebut.
“Secara hierarki struktural, Pratikno bukan bawahan Jokowi. Namun dalam konteks kasus ijazah palsu, Pratikno dapat dianggap punya peran dalam kasus ini,” ujar Ahmad kepada fajar.co.id, Senin (29/12/2025).
Ia bahkan mengutip pernyataan Prof Yudhie Haryono yang menyebut Pratikno sebagai sosok sentral.
“Prof. Yudhie Haryono bahkan menyebutnya sebagai ‘aktor tunggal’ di balik kasus pemalsuan ijazah Jokowi,” kata Ahmad.
Di sisi lain, Pratikno yang pernah menjabat Menteri Sekretaris Negara sekaligus mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) disebut telah membantah tuduhan tersebut.
Pratikno, menurut Ahmad, meminta publik mempercayai keabsahan ijazah yang dikeluarkan oleh institusi pendidikan, dalam hal ini UGM.
Namun, Ahmad mengatakan bahwa jika Prof Yudhie Haryono benar, maka upaya mengungkap kasus ini justru menjadi semakin berat.
Ia beralasan, otoritas lain di UGM merasa data yang mereka rilis sudah benar, sementara menurutnya ada dugaan kutak-katik yang dilakukan Pratikno di baliknya.
Ahmad juga menyebut Jokowi keliru dalam membaca peta politik. Baginya, Jokowi kini menghadapi lawan yang berbeda dari sebelumnya.
“Jokowi sendiri merasa keliru perhitungan politik. Karena yang dihadapi saat ini bukanlah aktor politik atau pejabat yang mudah dikendalikan, diancam kasusnya dibongkar atau diiming-imingi uang dan jabatan,” sebutnya.
Ia menegaskan, pihak yang dihadapi Jokowi adalah Roy Suryo Cs yang didukung para advokat berlatar belakang aktivis.
Bahkan, lanjut Ahmad, Jokowi tidak hanya berhadapan dengan Roy Suryo Cs semata.
“Yang lebih berat lagi, Jokowi tidak hanya menghadapi Roy Suryo cs. Melainkan, menghadapi jutaan rakyat yang memiliki keyakinan sama dengan Roy Suryo bahwa ijazah Jokowi palsu,” ucapnya.
Ia menyebut keyakinan publik itu berangkat dari hal yang sederhana. Mayoritas rakyat, menurutnya, tidak percaya bahwa foto pria berkacamata dalam ijazah tersebut adalah foto Jokowi.
Ia mengungkapkan, pada awalnya tim Roy Suryo Cs sempat ragu apakah ijazah yang beredar di publik termasuk yang diunggah Dian Sandi, kader PSI, serta dokumen ijazah Jokowi yang diperoleh dari KPU dan KPUD, sama dengan ijazah yang dimiliki Jokowi.
“Tanggal 15 Desember 2025, semua terungkap. Ternyata, ijazah Jokowi yang diperlihatkan dalam gelar perkara khusus adalah ijazah yang sama, ijazah dengan foto pria berkacamata dan berkumis tipis, foto pria lain yang mustahil itu foto Jokowi,” terangnya.
Ia menuturkan, Roy Suryo mengomentari foto tersebut yang dinilai terlalu kontras untuk dokumen berusia lebih dari 40 tahun. Sementara Rustam Efendi disebut langsung bereaksi keras.
“Rustam Efendi langsung berkomentar, ijazah palsu itu! Itu foto bukan foto Jokowi. Itu mata, bukan mata Jokowi. Itu bibir bukan bibir Jokowi. Itu telinga bukan telinga Jokowi. Itu ijazah palsu Pak polisi,” Ahmad menirukan pernyataan Rustam.
Di tengah polemik itu, Ahmad mengatakan bahwa Jokowi justru berupaya membangun framing seolah Roy Suryo Cs telah mengakui kesalahan dan meminta maaf.
Ia menyinggung pernyataan bahwa 12 orang terlapor disebut telah dimaafkan, kecuali tiga nama.
“Akan tetapi, framing dan playing victim ini gagal total. Roy Suryo dkk tak pernah meminta maaf, lalu siapa yang mau dimaafkan?,” timpalnya.
Ahmad bahkan menegaskan, setelah ijazah diperlihatkan, dugaan kepalsuannya justru semakin jelas.
“Harusnya, Jokowi yang meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia karena telah berbohong selama ini,” imbuhnya.
Dalam konteks itulah, ia menduga pertemuan Jokowi dengan Pratikno di Solo pada Ahad (28/12/2025) kemarin bukan sekadar agenda liburan akhir tahun.
Ia menilai pertemuan tersebut kuat kaitannya dengan upaya mengantisipasi lanjutan pertarungan kasus dugaan ijazah palsu.
“Apa yang mereka bahas? Pratikno tak mengungkap, bahkan menghindari pernyataan wartawan,” kuncinya.
Meski demikian, ia menyebut keyakinan publik semakin menguat bahwa kasus ijazah palsu menjadi latar belakang pertemuan Jokowi dan Pratikno di Solo. (Muhsin/fajar)




