FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Pengamat Ekonomi dan Politik Ichsanuddin Noorsy menyoal pernyataan Presiden Prabowo Subianto tentang sawit. Termasuk akan menanam sawit di Papua.
Dia mengatakan, sikap tersebut karena komitmen pemerintah terkait target B40. Yakni jenis bahan bakar nabati atau campuran untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil.
“Karena berkaitan target dengan B40, dalam rangka mengurangi emisi karbon,” kata Noorsy dikutip dari YouTube Kompas TV, Senin malam (29/12/2025).
Dia membandingkan sikap pemerintah RI dengan Amerikat Serikat (AS). Karena di saat yang sama, AS mencari energi fosil.
“Padahal di saat yang sama, kasus Donald Trump menghajar habis Venezuela, menghajar Amerika Selatan, pengejarannya cuma satu. Apa itu? Energi fosil,” terangnya.
Dia lalu memberi gambaran, saat dirinya belajar ke Rusia terkait energi baru terbarukan. Ternyata, Indonesia kaya dengan sumber energi baru terbarukan.
“Saya datang ke Rusia untuk belajar tentang bagaimana nuklir swasta. Itu kan renewable energy, sementara Indonesia kaya dengan renewable energy lain.,” imbuhnya.
Noorsy kemudian memberi contoh.
“Anda kaya dengan tenaga surya, Anda kaya dengan air, angin, Anda kaya dengan yang namanya sumber laut puter laut, kenapa Anda tidak gunakan habis. Anda kaya dengan sumber matahari,” jelasnya.
Karenanya, Noorsy menanyakan mengapa pemerintah RI hanya fokus pada sawit. Padahal, menghindari energi fosil tidak harus pilihannya ke sawit.
“Lalu kenapa Anda berpikir cuma sawit, dengan menyatakan penting untuk dibangun di Papua kan ini akhirnya soalnya paradigma yang ada tentang bagaimana menyemimbangkan antara posisi fosil dan energi baru terbarukan,” paparnya.
“Ini kan yang mesti dibayangkan posisi ini, posisi yang saya bayangkan diranacng sedemikian rupa,” tambahnya.
Berangkat dari hal tersebut, dia menegaskan, bahwa elit di Indonesia cara berpikirnya ketinggalan zaman.
“Sorry to say, saya harus bilang kepada Anda. Betapa banyak teknokrat, birokrati, petinggi, politisi, dan kaum lain yang merasa elit itu, ketinggalan zaman dalam cara berpikir,” pungkasnya.
(Arya/Fajar)



:strip_icc()/kly-media-production/medias/5457726/original/059816600_1767019105-f59409f8-28f2-49c3-a171-351e0832645f.jpeg)
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2025%2F11%2F18%2Ff24fe045-9a50-4f56-819d-6aa74dcf4353_jpg.jpg)