Kemenko Bidang Perekonomian membeberkan sederet capaian Indonesia sepanjang 2025 khususnya di bidang, partisipasi, kebijakan ekonomi hingga perdagangan.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, mengatakan di tengah berbagai tekanan geopolitik, volatilitas pasar keuangan, juga perlambatan ekonomi, Indonesia berhasil memperkuat partisipasi aktif dalam berbagai forum internasional, salah satunya yaitu bergabung dengan BRICS.
Selain itu, partisipasi Indonesia juga terlihat dalam aksesi Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), G20, ASEAN, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
Susiwijono menuturkan, dari sisi perekonomian, ekonomi Indonesia juga terpantau resilience dengan pertumbuhan ekonomi 5,04 persen secara year on year (yoy) pada Kuartal III 2025, inflasi terkendali di level 2,72 persen per November 2025, dan surplus perdagangan sebesar USD 35,88 miliar pada periode Januari-Oktober 2025.
Selain itu, sejumlah indikator lainnya seperti Purchasing Managers Indeks (PMI) Manufaktur yang ekspansi dalam beberapa bulan terakhir Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), dan pertumbuhan kredit juga berada pada zona positif.
“Capaian ini merupakan hasil kerja bersama lintas kementerian dan lembaga dalam menjaga stabilitas sekaligus mendorong transformasi ekonomi,” ujar Susiwijono dalam keterangannya, Selasa (30/12).
Perluasan Kerja sama Dagang
Perluasan kerja sama juga didorong melalui perjanjian dagang strategis, antara lain IEU-CEPA, ICA-CEPA, ACFTA 3.0, juga penandatanganan Indonesia-EAEU Free Trade Agreement pada 21 Desember 2025.
Langkah ini seiring dengan negosiasi tarif resiprokal dengan Amerika Serikat (AS) yang telah mencapai kesepakatan substansi utama dan ditargetkan rampung pada awal 2026.
Di bidang transisi energi, komitmen pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP) untuk Indonesia meningkat dari USD 20 miliar pada 2022 menjadi USD 21,4 miliar pada 2025.
Pemerintah juga memberikan berbagai stimulus ekonomi dan bantuan sosial, termasuk program diskon transportasi, rangkaian belanja nasional seperti Harbolnas dan Indonesia Great Sale, serta penyaluran Bantuan Langsung Tunai Subsidi Kesejahteraan (BLTS Kesra) kepada hampir 30 juta Keluarga Penerima Manfaat. Tujuan pemberian stimulus ini adalah untuk menjaga daya beli masyarakat.
“Pergantian tahun merupakan momen strategis untuk melakukan refleksi atas pelaksanaan tugas dan fungsi kita,” tutup Susiwijono.


