Pasar saham teknologi sepanjang 2025 diwarnai oleh sentimen positif dan ekspansi sejumlah emiten yang berfokus pada proyek 'Internet Rakyat'.
IDXChannel - Pasar saham teknologi, khususnya subsektor telekomunikasi di Indonesia sepanjang 2025 diwarnai oleh sentimen positif dan ekspansi sejumlah emiten yang berfokus pada proyek 'Internet Rakyat' atau pemerataan akses internet di daerah pedesaan dan terpencil. Inisiatif ini didorong oleh potensi pasar yang besar serta dukungan dari investor ternama.
Salah satu emiten teknologi yang aktif dalam proyek 'Internet Rakyat' dan menarik perhatian investor yakni PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) atau Surge bersama anak usahanya, PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET).
Untuk diketahui, ada tiga nama besar yang masuk sebagai pemegang saham tidak langsung terhadap WIFI yakni Hashim S Djojohadikusumo, Arwin Rasyid, dan Fadel Muhammad.
Awal Mula 'Internet Rakyat'
Awal mula 'Internet Rakyat' mencuat dimulai dengan kemunculan pernyataan WIFI yang bakal menghadirkan internet murah bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Layanan internet akan menggunakan teknologi 5G Fixed Wireless Access (FWA) Open RAN.
Saat itu, Surge menargetkan fase pra-komersialisasi pada akhir 2025, dan awal 2026 komersialisasi skala penuh dilakukan dengan target penyebaran hingga 20 ribu titik jaringan pada 2030.
Untuk mewujudkan hal itu, Surge menandatangani perjanjian komersial dengan OREX SAI yang merupakan perusahaan patungan antara NTT DOCOMO dan NEC. Hal tersebut merupakan tindak lanjut dari Memorandum of Understanding (MoU) yang diteken kedua perusahaan pada Desember 2024.
Direktur Surge Shannedy Ong mengatakan, kesepakatan dengan OREX SAI merupakan langkah besar bagi perseroan untuk menghadirkan internet berkualitas tinggi dengan harga terjangkau yakni Rp100 ribu dengan kecepatan hingga 100 Mbps.
"Dengan menggandeng OREX SAI dan memanfaatkan teknologi Open RAN yang inovatif, kami dapat membangun jaringan yang siap menghadapi masa depan dan memenuhi kebutuhan komunitas di daerah terpencil dan kurang terlayani," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Jumat, 7 Maret 2025.
Dalam perjanjian ini, Surge akan menyediakan seluruh infrastruktur yang diperlukan untuk mengimplementasikan FWA. Sementara OREX SAI akan menyediakan solusi Open RAN berbasis 5G FWA bagi perseroan.
"Solusi 5G FWA berbasis Open RAN kami tidak hanya meningkatkan efisiensi dan keterjangkauan, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Kami berharap dapat bekerja sama dengan Surge untuk menghadirkan konektivitas yang andal bagi jutaan masyarakat," ujar Presiden & CEO OREX SAI Hiroshi Kobayashi.
Kehadiran 'Internet Rakyat' ini untuk mengurangi kesenjangan akses internet di Indonesia yang saat ini tingkat penetrasinya baru 15 persen, jauh di bawah negara-negara ASEAN yang mencapai 50 persen. Dalam layanan ini, Surge menawarkan paket Rp100 ribu untuk kecepatan 100 Mbps dan Rp250 ribu untuk kecepatan hingga 500 Mbps.
Raih Suntikan Investasi Rp4 Triliun dari Jepang
Pada 11 April 2025, WIFI meraih investasi strategis dengan nilai Rp4 triliun dari Nippon Telegraph and Telephone East Corporation (NTT East), anak perusahaan inti dari NTT Group asal Jepang.
Dalam kemitraan ini, NTT East akan melakukan investasi sebesar 49 persen dalam bentuk kepemilikan saham dan non-cash component di PT Integrasi Jaringan Ekosistem (WEAVE), anak perusahaan dari Surge.
Kerja sama tersebut akan mempercepat terwujudnya akses broadband yang terjangkau, andal, dan inklusif di seluruh Indonesia, dengan memanfaatkan pengalaman puluhan tahun NTT East dalam membangun, mengelola, dan mengoperasikan infrastruktur serat optik berskala besar.
Melalui kolaborasi ini, WEAVE akan memperoleh akses terhadap program transfer teknologi dari NTT East, sistem manajemen kualitas, serta standar desain infrastruktur, untuk memastikan keunggulan operasional dalam pembangunan dan pemeliharaan jaringan Fiber-To-The-Home (FTTH) berskala besar.
Ajak Telkom (TLKM) Garap Internet Rakyat
Pada 26 Mei 2025, Surge (WIFI) kemudian melakukan kerja sama dengan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) untuk proyek infrastruktur jaringan dan pengembangan ekosistem internet nasional atau internet rakyat.
Nota Kesepahaman (MoU) ini bertujuan untuk mempercepat pemerataan akses digital di seluruh Indonesia melalui sinergi infrastruktur dan layanan yang dimiliki masing-masing pihak.
Langkah ini diharapkan dapat menjadi katalis utama dalam menghadirkan 'Internet Rakyat' internet yang terjangkau, inklusif, dan berkelanjutan bagi lebih dari 40 juta rumah tangga di Indonesia.
Lebih jauh, MoU ini mencakup ruang lingkup kerja sama seperti pemanfaatan dan pembangunan infrastruktur jaringan metro-ethernet dan IP Transit, penguatan layanan digital berbasis cloud dan messaging, dan optimalisasi layanan Edge Data Center (neuCentrIX).
Selain itu, kerja sama ini juga mencakup pemanfaatan infrastruktur pasif seperti tiang, tower dan/atau pole, ducting kabel optik, dan dark fiber, penerapan teknologi FTTX melalui skema Virtual Unbundling Line Access (VULA), dan layanan Managed Service berbasis collaborative network optimization dan integrated monitoring system.
Menang Lelang Pita Frekuensi 1,4 GHz
Pada 16 Oktober 2025, PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) secara resmi menyatakan telah memenangi lelang pita frekuensi 1,4 GHz. Keduanya menang usai memasang harga tertinggi dalam proses lelang di setiap regional.
Sebagai informasi, Kementerian Komunikasi Digital (Komdigi) menggelar lelang pita frekuensi untuk layanan akses nirkabel pitalebar (Broadband Wireless Access/BWA) tersebut untuk tiga regional.
Regional I yang mencakup Pulau Jawa, Maluku, dan Papua. Regional III meliputi Sumatera dan Bali, sedangkan Regional III mencakup Kalimantan dan Sulawesi.
WIFI lewat entitas usahanya, PT Telemedia Komunikasi Pratama memenangkan lelang frekuensi 1,4 GHz untuk Regional I. Sementara itu, Regional II dan II dimenangkan oleh DSSA lewat anak usahanya, PT Eka Mas Republik.
WIFI memenangkan kawasan yang mewakili lebih dari 60 persen populasi Indonesia. Dengan jaringan backbone fiber yang sudah terhubung di Pulau Jawa, biaya investasi per pelanggan dapat ditekan secara signifikan.
Surge yang memiliki merek layanan internet Starlite tersebut menjadi pemenang setelah mengajukan penawaran tertinggi yakni Rp403,8 miliar. Angka ini mengalahkan dua pesaingnya yakni PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) Rp399,8 miliar dan PT Eka Mas Republik Rp331,8 miliar.
Sementara itu, PT Eka Mas Republik dengan merek MyRepublic sukses menguasai dua regional pita frekuensi 1,4 GHz. Untuk Regional II, PT Eka Mas Republik memberikan penawaran Rp300,9 miliar dan untuk Regional III, harga yang diajukan mencapai Rp100,9 miliar.
Penawaran harga oleh perusahaan internet milik Sinar Mas Group itu mengalahkan Telkom dan Surge, sehingga berhak memanfaatkan spektrum frekuensi mid-band tersebut.
Tunjuk Mitra Distributor Produk Internet Rakyat
Pada November 2025, PT Personel Alih Daya Tbk (PADA) menjalin kemitraan strategis dengan PT Telemedia Komunikasi Pratama, salah satu anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI).
Sebagai perusahaan jasa teknikal dan pemeliharaan telekomunikasi, PADA ditunjuk sebagai Mitra Distributor untuk produk Internet Rakyat (IRA) layanan internet murah yang dikembangkan oleh WIFI.
Manajemen PADA menyatakan, dengan adanya recurring income atas pemeliharaan Internet Rakyat ini akan memberikan stabilitas finansial dan prospek pertumbuhan jangka panjang yang solid bagi PADA.
Dalam kemitraan ini, PADA akan memanfaatkan keahliannya dalam jasa teknikal untuk memastikan kualitas instalasi dan pemeliharaan jaringan IRA, sekaligus mengoptimalkan kapabilitas Jasa Sumber Daya Manusia.
Diharapkan pula kemitraan ini dapat mempercepat penetrasi layanan Internet Rakyat di daerah-daerah yang membutuhkan akses internet sekaligus memperkuat posisi PADA sebagai penyedia jasa outsourcing di sektor telekomunikasi dan layanan teknikal.
Sebagai tambahan informasi, saat ini PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) sedang dalam proses akuisisi saham PADA. Rencananya, INET akan membeli 1,68 miliar saham PADA milik Koperasi Pegawai Indosat (Kopindosat).
Recap Perjalanan Harga Saham Sepanjang 2025
Di awal Januari 2025, saham WIFI berada di level Rp407,74 per saham. Pergerakannya dari hari ke hari tercatat terus mengalami kenaikan. Pada Merat 2025, WIFI sempat berada di level Rp2.496,19 per saham, sebelum akhirnya turun ke level Rp1.790 per saham pada akhir bulan.
Kemudian, saham WIFI kembali sempat melesat pada perdagangan Rabu 15 Oktober 2025 atau bertepatan dengan kabar perseroan menang lelang pita frekuensi 1,4 GHz.
Pada sesi intraday saat itu, WIFI menyentuh level tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH) Rp4.190 setelah naik lebih dari 6 persen.
Pada sesi II perdagangan, saham emiten terafiliasi Hashim Djojohadikusumo dan rekan-rekan itu mulai mengendur meski masih mencatat kenaikan sekitar 3 persen di level Rp3.870.
Namun, pada hari yang sama, saham WIFI ditutup anjlok 12,23 persen ke level Rp3.300.
Meski terkoreksi tajam, saham WIFI masih mencatat kenaikan spektakuler sebesar 705 persen sepanjang 2025.
Pengamat Pasar Modal Michael Yeoh menjelaskan, penurunan tajam saham WIFI saat itu lebih dipicu oleh aksi pasar ketimbang perubahan fundamental.
“Dimanfaatkan sell on the news oleh market,” ujar Michael.
Secara keseluruhan, WIFI menempati posisi kedua top gainers saham sektor teknologi yang berkinerja ciamik sepanjang 2025.
Saham WIFI tercatat tumbuh 697,08 persen ke harga Rp3.250 per 30 Desember 2025 sore.
Dengan volume saham sebanyak 5,30 miliar dan harga pasar Rp3.250 per saham, kapitalisasi pasar saham WIFI saat ini mencapai Rp17,22 triliun.
Kinerja Keuangan hingga September 2025
WIFI mencatatkan kinerja positif dalam sembilan bulan pertama tahun 2025. Emiten subsektor telekomunikasi ini mencetak pendapatan bersih Rp1,01 triliun, melejit 101 persen dari periode yang sama tahun lalu Rp504,95 miliar.
Segmen telekomunikasi mencatat pendapatan Rp739,44 miliar, mendominasi pendapatan WIFI hingga 73 persen. Sisanya disumbang dari segmen periklanan sebesar Rp276,67 miliar atau setara 27,23 persen.
Laba bruto WIFI juga tumbuh 124 persen menjadi Rp689,5 miliar. Hal ini imbas beban pokok pendapatan yang terkendali sebesar Rp325,4 miliar.
Beban operasional juga relatif terkontrol dengan beban umum dan administrasi sebesar Rp155,4 miliar. Laba usaha naik 127 persen menjadi Rp574,2 miliar. Laba bersih periode berjalan juga melonjak 71 persen menjadi Rp260 miliar.
Namun, kinerja bottom line WIFI pada kuartal III-2025 tertekan di tengah melonjaknya pendapatan. Kondisi ini terjadi akibat lonjakan pada beban keuangan akibat utang obligasi. Hal ini mendapatkan reaksi negatif dari pasar.
(Dhera Arizona)



