Tahun Baru Dimulai dari Hati

kumparan.com
2 jam lalu
Cover Berita

Ada sesuatu yang magis tentang penghujung tahun. Bukan karena kembang api yang akan menerangi langit malam nanti, atau karena pesta perayaan yang akan digelar di mana-mana, melainkan karena di akhir tahun ini, kita semua seolah diberi izin untuk berhenti sejenak. Menarik napas panjang. Menoleh ke belakang. Dan bertanya pada diri sendiri dengan jujur tentang perjalanan yang sudah kita lalui.

Tahun ini telah mengajarkan kita begitu banyak hal. Kadang dengan cara yang lembut, seperti angin sepoi yang menyapa di pagi hari. Namun lebih sering dengan cara yang keras, seperti badai yang menghantam tanpa peringatan. Kita jatuh. Kita bangkit. Kita menangis dalam sunyi malam. Kita tertawa lepas di keesokan harinya. Kita kehilangan sesuatu yang berharga. Kita menemukan sesuatu yang tidak pernah kita cari.

Setiap orang punya cerita berbeda tentang tahun ini. Ada yang kehilangan pekerjaan dan harus berjuang mencari nafkah dengan cara yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Ada yang kehilangan orang terkasih dan harus belajar hidup dengan kekosongan yang tidak akan pernah terisi. Ada yang kehilangan diri sendiri di tengah hiruk pikuk kehidupan, dan baru menyadarinya ketika semuanya sudah terlambat.

Namun, ada juga yang menemukan cinta di tempat yang tidak terduga. Ada yang akhirnya berani mengejar mimpi yang sudah lama terpendam. Ada yang menemukan kekuatan dalam diri yang tidak pernah mereka tahu ada. Ada yang berdamai dengan masa lalu dan akhirnya bisa tidur nyenyak di malam hari.

Kita semua punya luka. Kita semua punya bekas luka. Dan itu tidak apa-apa. Karena luka adalah bukti bahwa kita pernah berusaha. Bekas luka adalah bukti bahwa kita pernah bertahan. Kita tidak perlu menyembunyikannya. Kita tidak perlu malu karenanya. Justru dari luka itulah kita belajar tentang kekuatan sejati.

Mungkin tahun ini kita tidak mencapai semua target yang kita tulis di awal tahun dengan penuh semangat. Mungkin berat badan tidak turun seperti yang direncanakan. Mungkin tabungan tidak bertambah seperti yang diharapkan. Mungkin hubungan dengan orang tua tidak membaik seperti yang diimpikan. Mungkin karier tidak melesat seperti yang dibayangkan.

Namun, lihat lagi dengan lebih teliti. Bukankah kita sudah bertahan sampai hari ini? Bukankah itu sendiri sudah merupakan pencapaian yang luar biasa? Di tengah dunia yang terus berputar dengan kecepatan yang menakutkan, di tengah tekanan yang datang dari segala arah, di tengah keraguan yang terus menggerogoti pikiran, kita masih di sini. Masih bernapas. Masih berusaha. Masih berharap. Itu bukan hal yang kecil. Namun, itu adalah kepahlawanan dalam bentuk paling sederhana, tetapi paling mulia.

Ketika tahun baru tiba nanti, kita akan dibombardir dengan berbagai pesan tentang resolusi dan target baru. Media sosial akan dipenuhi dengan postingan tentang tujuan ambisius dan rencana besar. Orang-orang akan berbicara tentang versi terbaik dari diri mereka: Tentang transformasi total dan perubahan drastis.

Namun, bolehkah kita jujur sebentar? Bolehkah kita mengakui bahwa kita tidak perlu menjadi orang yang sama sekali berbeda? Bolehkah kita menerima bahwa perubahan kecil itu sudah cukup? Bahkan perubahan yang sangat kecil, yang mungkin tidak akan diperhatikan orang lain, tetapi kita tahu itu ada.

Mungkin tahun depan, kita hanya ingin lebih sabar saat menghadapi kemacetan. Mungkin kita hanya ingin lebih sering menelepon ibu. Mungkin kita hanya ingin tidur lebih awal dan bangun dengan pikiran yang lebih segar. Mungkin kita hanya ingin berhenti membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain di media sosial.

Itu sudah lebih dari cukup. Karena perubahan sejati tidak pernah terjadi dalam semalam. Perubahan sejati adalah akumulasi dari keputusan-keputusan kecil yang kita buat setiap hari, seperti tetesan air yang akhirnya mampu melubangi batu.

Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Kita sudah cukup keras pada diri kita sepanjang tahun ini. Kita sudah cukup banyak mengkritik diri sendiri, sudah cukup banyak menyalahkan diri sendiri, dan sudah cukup banyak merasa tidak cukup baik.

Tahun baru adalah waktu untuk bermurah hati pada diri sendiri. Untuk mengakui bahwa kita sudah melakukan yang terbaik dengan apa yang kita miliki. Untuk memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang sudah kita perbuat. Untuk memeluk diri sendiri yang terluka dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Ada satu hal yang sering kita lupakan tentang tahun baru. Bahwa tahun baru bukan hanya tentang apa yang akan kita capai, tetapi juga tentang apa yang akan kita lepaskan. Kita tidak bisa membawa semua bagasi dari tahun lalu. Tas kita sudah terlalu berat. Punggung kita sudah terlalu lelah.

Maka, lepaskan. Lepaskan dendam terhadap orang yang pernah menyakiti kita; bukan karena mereka pantas dimaafkan, melainkan karena kita pantas mendapat ketenangan. Lepaskan penyesalan atas keputusan yang sudah telanjur kita ambil karena kita tidak bisa mengubah masa lalu, betapapun keras kita mencoba. Lepaskan ekspektasi dari orang lain tentang bagaimana seharusnya kita menjalani hidup, karena ini hidup kita, bukan milik mereka.

Lepaskan rasa takut yang sudah terlalu lama mengurung kita. Rasa takut gagal, takut ditolak, takut tidak cukup baik, takut sendirian, ataupun takut bahagia karena takut kebahagiaan itu akan direbut.

Ketika kita melepaskan semua itu, kita akan merasakan betapa ringannya kita. Betapa lapangnya dada kita. Betapa jernih pikiran kita. Dan dari kekosongan itulah hal hal baru bisa masuk. Harapan baru. Cinta baru. Kesempatan baru. Kebahagiaan baru.

Tahun baru juga tentang bersyukur. Bukan hanya bersyukur untuk hal-hal besar dan jelas, melainkan juga bersyukur untuk hal-hal kecil yang sering kita anggap remeh. Untuk kaki yang masih bisa melangkah. Untuk mata yang masih bisa melihat matahari terbit. Untuk telinga yang masih bisa mendengar tawa anak-anak. Untuk tangan yang masih bisa memeluk orang yang kita sayangi.

Bersyukur untuk atap di atas kepala. Untuk makanan di atas meja. Untuk air bersih yang mengalir dari keran. Untuk listrik yang menerangi malam. Untuk internet yang menghubungkan kita dengan dunia. Hal-hal yang kita anggap biasa ini adalah kemewahan bagi jutaan orang lain di belahan dunia yang berbeda.

Bersyukur juga untuk orang-orang yang bertahan di samping kita. Sahabat yang selalu menjawab telepon tengah malam saat kita butuh curhat. Keluarga yang tidak pernah berhenti mendoakan meski kita jarang pulang. Pasangan yang tetap memilih kita meski sudah tahu semua kekurangan kita. Bahkan, orang asing yang tersenyum pada kita di pagi hari dan tanpa sadar membuat hari kita sedikit lebih baik.

Kita sering lupa bahwa kebahagiaan bukan tentang memiliki segalanya. Kebahagiaan adalah tentang menghargai apa yang sudah kita miliki. Tentang menemukan keajaiban dalam keseharian. Tentang tertawa meski masalah belum selesai. Tentang menari meski musik belum sempurna.

Maka, saat jam menunjuk tengah malam nanti dan tahun baru resmi dimulai, jangan hanya bersorak dan melempar confetti. Ambil waktu sejenak untuk diam: Untuk menutup mata, merasakan detakan jantung kita sendiri, dan mendengar suara napas kita yang naik turun.

Kemudian, bisikkan pada diri sendiri bahwa kita bangga. Bangga telah melewati tahun ini dengan segala suka dukanya. Bangga masih memiliki keberanian untuk mencoba lagi. Bangga masih memiliki harapan meski sudah sering kecewa. Bangga masih percaya pada kebaikan meski dunia sering menunjukkan sebaliknya.

Dan katakan pada diri sendiri bahwa tahun depan, kita akan mencoba lagi. Bukan dengan tekad yang sempurna atau rencana yang detail, melainkan dengan hati yang lebih lapang. Dengan pikiran yang lebih terbuka. Dengan jiwa yang lebih damai.

Kita akan jatuh lagi. Itu pasti. Namun, kita sudah tahu cara bangkit. Kita akan menangis lagi. Itu wajar. Namun, kita sudah tahu bahwa air mata akan kering dan matahari akan terbit lagi. Kita akan kecewa lagi. Itu tidak bisa dihindari. Namun, kita sudah tahu bahwa kekecewaan hanyalah bagian dari perjalanan, bukan akhir dari segalanya.

Hal yang paling penting, kita akan tetap berusaha. Berusaha menjadi sedikit lebih baik. Berusaha mencintai sedikit lebih dalam. Berusaha hidup sedikit lebih bermakna. Tidak untuk orang lain dan tidak untuk media sosial, tetapi untuk diri kita sendiri. Karena kita layak mendapat kehidupan yang indah.

Selamat datang tahun baru. Selamat datang lembaran baru. Selamat datang kesempatan baru untuk menulis cerita yang berbeda. Cerita yang mungkin tidak sempurna, tetapi jujur. Cerita yang mungkin tidak spektakuler, tetapi penuh makna. Cerita yang adalah milik kita sepenuhnya.

Dan ingatlah selalu bahwa dalam perjalanan hidup ini, yang terpenting bukan hanya seberapa jauh kita melangkah atau seberapa tinggi kita mendaki, melainkan juga untuk kita tidak menyerah. Kita terus bergerak. Satu langkah kecil setiap harinya. Menuju versi diri yang lebih baik. Menuju kehidupan yang lebih bermakna. Menuju kebahagiaan yang lebih tulus.

Karena pada akhirnya, tahun baru bukan hanya tentang perubahan kalender. Tahun baru adalah tentang perubahan hati. Dan perubahan hati adalah satu-satunya perubahan yang benar-benar penting.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Malam Tahun Baru di CFN Jakarta, Berikut Lokasi 36 Titik Kantong Parkir
• 13 jam laluokezone.com
thumb
Jessica Alba Rayakan Natal Pertama Bersama Anak-Anak Setelah Gugat Cerai
• 4 jam lalupantau.com
thumb
Gubernur Sumbar Tolak Jembatan KA di Lembah Anai Dibongkar
• 1 jam lalukompas.id
thumb
Lemparan Jauh Jadi Petaka, Chelsea Ditahan Bournemouth di Stamford Bridge
• 14 jam lalurepublika.co.id
thumb
Pemkot Jakbar gunakan QRIS galang dana bencana saat malam tahun baru
• 22 jam laluantaranews.com
Berhasil disimpan.