Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menjadi salah satu wilayah yang terdampak banjir-longsor di Sumatera. Pemulihan pun hingga saat ini masih terus digencarkan sejak bencana datang pada November 2025 lalu.
Chandra, salah satu warga Nagari Maninjau, Kabupaten Agam bercerita bahwa kini bantuan logistik sudah sangat tercukupi. Tapi, mereka membutuhkan alat berat berupa ekskavator.
Alat berat itu, kata dia, untuk menormalisasi sungai Muara Pisang yang mengaliri desanya. Hal itu sangat diperlukan, karena kalau tidak, banjir susulan akan selalu datang.
“Soalnya kalau nggak normalisasi, di hulu itu batunya besar-besar,” ucap Chandra saat ditemui di Kabupaten Agam, Rabu (13/12).
“Batunya besar-besar. Sebesar mobil ini juga ada. Besar-besar batunya. Kalau itu turun ke perumahan habis kita,” tambahnya.
Chandra datang langsung ke Posko Bencana DPC PDIP Kabupaten Agam. Saat itu, Ketua DPP PDIP Tri Rismaharini atau Risma juga sedang berada di sana untuk menyiapkan bantuan bagi korban bencana.
Menurutnya, bantuan logistik sekarang sudah lebih dari cukup untuk warga di pengungsian. Mereka hanya minta tambah bantuan alat berat dari yang kini hanya berjumlah 3 buah.
“Kalau ada dua (ekskavator) lagi, tiga lagi kan (normalisasi sungai) makin cepat makin baik. Sebab kita tanggap darurat katanya nggak sampai tanggal lima (Januari). Tanggap darurat kan sampai tanggal lima,” ucap Chandra.
“Berarti kan kita tinggal lima hari lagi (tanggal darurat). Artinya bukan berarti setelah tanggal lima nggak ada ini (bantuan) lagi ya. Cuma kan secara ininya kan begitu,” tambahnya.
Chandra bercerita, akibat sungai yang tak segera dinormalisasi, banyak bangunan vital yang awalnya sudah dibersihkan, kembali terendam lumpur. Contohnya adalah sekolah.
“Sekolah udah. Udah bersih kemarin. Datang lagi (banjir) yang hari selasa, hari Kamis masuk lagi. Masuk lagi. Kalau hujan. Yang kita takutkan kan hujan,” imbuh Chandra.
Menurutnya, bila normalisasi sungai tak dilakukan, maka sama saja warga menyerah dengan keadaan.
“Soalnya kalau nggak dinormalisasi ya susah juga sih. Terima nasib jatuhnya kita nanti,” ucap Chandra.
Selain itu, menurutnya kondisi banjir susulan membuat warga yang mengungsi tak bisa segera kembali ke rumahnya. Ia menjelaskan, warga-warga yang berada di radius 50 meter dari sungai masih harus mengungsi hingga hari ini.
“(Mereka) Ngungsi. Ada yang di masjid, ada yang di sekolah. Ada yang di rumah saudara juga,” jelas Chandra.
Meski begitu, Chandra menilai warga optimistis akan bisa segera pulih dari keadaan ini. “(Kita) Semangat,” ucap Chandra.
“(Tapi perlu) Bantuan itu (alat berat). Bantuan sembako ada. Cukup lah untuk bantuan. Alhamdulillah kita yang di sini. Cuma untuk normalisasi itu kan penting itu,” tambahnya.





