Biaya pengiriman kontainer dari Asia ke Eropa dan Amerika Utara telah melonjak lebih dari tiga kali lipat sejak November lalu, menurut data dari platform Xeneta.
Kenaikan ini dipicu oleh serangan Houthi di Laut Merah yang memaksa kapal-kapal mengambil rute yang lebih jauh mengelilingi Afrika, menambah waktu dan biaya perjalanan.
Pelabuhan-pelabuhan di Asia Tenggara, seperti Port Klang (Malaysia) dan Tanjung Pelepas (Malaysia), kini menjadi pusat perhatian baru dalam jaringan logistik global.
Pelabuhan ini menawarkan alternatif bagi pedagang yang ingin menghindari penundaan dan biaya tinggi yang terkait dengan rute tradisional melalui Selat Malaka dan Laut Merah.
Port Klang, pelabuhan tersibuk ke-12 di dunia, dan Tanjung Pelepas, yang sebagian dimiliki oleh APM Terminals, telah melihat peningkatan aktivitas bongkar muat.
Pelabuhan Singapura, yang sebelumnya menjadi pusat utama, kini menghadapi kemacetan karena kapal-kapal berusaha menghindari rute berbahaya di Laut Merah.
Analis memperkirakan bahwa gangguan di Laut Merah dapat bertahan hingga setahun, yang akan terus mendorong minat pada pelabuhan alternatif di Asia Tenggara.
Selain pelabuhan di Malaysia, pelabuhan di Vietnam dan Thailand juga berpotensi menarik lebih banyak lalu lintas kargo.
Perubahan rute ini juga dapat meningkatkan permintaan akan peti kemas, karena kapal membutuhkan lebih banyak kontainer untuk menutupi jarak tempuh yang lebih jauh.
Meskipun biaya pengiriman telah meningkat secara signifikan, analis berpendapat bahwa kenaikan ini belum cukup untuk menutupi biaya tambahan yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran.
Perusahaan seperti Maersk dan Hapag-Lloyd telah mengumumkan biaya tambahan sementara untuk menutupi biaya tambahan yang terkait dengan pengalihan rute.
Kenaikan biaya logistik ini diperkirakan akan berdampak pada harga barang konsumen, dengan analis memprediksi kenaikan harga ritel sebesar 0,5-1% di Amerika Serikat dan Eropa.
```