Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut banjir dan tanah longsor yang terjadi di sejumlah kabupaten di Sumatera Utara (Sumut) disebabkan oleh siklon tropis Koto.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan, siklon tropis Koto yang terbentuk di Samudera Hindia sebelah barat daya Bengkulu memberikan dampak tidak langsung terhadap cuaca di sebagian wilayah Sumatera.
"Dampak tidak langsung dari siklon tropis Koto ini adalah terjadinya peningkatan kecepatan angin dan juga tinggi gelombang di perairan, serta peningkatan curah hujan yang disertai petir dan angin kencang di beberapa wilayah Sumatera bagian utara, termasuk Sumatera Utara," kata Abdul Muhari dalam keterangan tertulis, Minggu (24/12/2023).
Ia mengatakan, berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan dengan intensitas tinggi masih berpotensi terjadi di wilayah Sumut dalam beberapa hari ke depan.
Berdasarkan laporan yang diterima BNPB per Minggu (24/12/2023) pukul 18.00 WIB, terdapat 5 kabupaten yang terdampak banjir dan longsor, yaitu Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, dan Nias Selatan.
BNPB mencatat, 6 orang dilaporkan meninggal dunia akibat banjir dan longsor di Sumut. Rinciannya, 4 orang di Kabupaten Mandailing Natal dan 2 orang di Tapanuli Selatan.
Selain itu, sebanyak 7.027 rumah terendam banjir, 1.317 kepala keluarga mengungsi, dan 1 jembatan putus.
BNPB telah mendistribusikan bantuan logistik untuk para pengungsi di beberapa titik lokasi terdampak. Bantuan tersebut antara lain sembako, makanan tambahan, perlengkapan MCK darurat, hingga dapur umum.
Tim Reaksi Cepat (TRC) BNPB juga telah diterjunkan untuk membantu melakukan assesmen kerusakan dan kerugian, serta memantau kondisi pengungsian.
Abdul Muhari mengatakan, BNPB telah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan pemerintah kabupaten terdampak untuk melakukan penanganan darurat.
"Termasuk di dalamnya evakuasi korban, pendirian dapur umum, dan juga penyiapan kesehatan," ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca dari BMKG dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, banjir bandang, dan tanah longsor.
"Kepada masyarakat yang tinggal di wilayah dengan tingkat kerentanan tinggi, diharapkan dapat mengungsi lebih awal untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan," pungkas Abdul Muhari.