PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) menyiapkan sejumlah aksi di tengah upaya konsolidasi. Perusahaan berencana melakukan pelepasan aset atau divestasi senilai sekitar Rp 40 miliar pada tahun ini, mendekati target divestasi perseroan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Direktur Umum WEGE Hadian Pramudita menjelaskan bahwa aset-aset yang akan dilepas tersebut mayoritas berlokasi di Bandung. Dia menyebut aset-aset yang akan dilepas tersebut merupakan aset yang tidak memiliki rencana pengembangan.
“Kurang lebih [divestasi] Rp 40 miliar saja dan targetnya ya kurang lebih memang Rp 40 sampai Rp 45 miliar. Itu hampir semua adalah apartemen dan kebanyakan itu lokasi yang ada di Bandung,” ujar Hadian dalam paparan publik virtual WEGE, Jumat (28/11).
Hadian menambahkan, tahun ini perseroan juga menargetkan penjualan sejumlah persediaan, termasuk apartemen dan sebagian tanah yang saat ini tercatat sebagai aset tetap. Konversi aset tersebut menjadi kas akan memperbaiki posisi likuiditas perusahaan.
Menurutnya, jika aset tersebut laku dan menjadi kas, maka kemampuan kas perseroan akan meningkat. Rasio-rasio keuangan juga menjadi lebih baik. Dia menyebut, aset-aset tersebut sebelumnya diperoleh untuk kebutuhan investasi di sektor perhotelan, apartemen dan kesehatan. Namun, kini perseroan memilih untuk lebih fokus pada bisnis inti di sektor konstruksi.
Penjelasan Soal MergerTerkait rencana merger yang sedang diproses Danantara, Hadian menjelaskan WEGE sebagai anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) akan mengikuti arahan induk usaha. Adapun dalam runutan rencana merger, induk usaha WEGE, yaitu WIKA akan melakukan penggabungan usaha tersebih dahulu kemudian diikuti oleh anak-anak usahanya.
“Merger pertama adalah di level induk, WIKA dan kami belum tahu dengan siapa. Setelah itu baru dilanjutkan ke anak-anak usaha,” ujarnya.
Hadian memastikan bahwa WIKA Gedung akan tetap menjaga fokus pada bisnis inti yakni usaha pembangunan gedung dan beroperasi secara lebih efisien.
Prospek dan Kinerja WEGESementara itu, Direktur Keuangan, Human Capital dan Manajemen Risiko WIKA Hartanto Kartiraharjo membeberkan penyebab rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio menurun hingga 0,90 kali pada kuartal ketiga 2025. Angka ini turun 0,98 kali pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Hartanto penurunan dipengaruhi oleh meningkatnya beban utang perseroan, serta penurunan ekuitas akibat pencatatan kerugian.
“Dari sisi ekuitas, ada tekanan karena kerugian pada kuartal ketiga - keempat yang dipicu oleh impairment. Itu menyebabkan ekuitas turun,” kata Hartanto.
Ia menambahkan, strategi utama untuk memperbaiki struktur keuangan adalah dengan meningkatkan penjualan. Kenaikan penjualan diharapkan dapat memperbesar pendapatan sehingga dapat menutupi biaya variabel atau variable cost (V-cost).
WEGE juga melakukan efisiensi di berbagai lini, mulai dari pengaturan struktur organisasi proyek agar lebih ramping hingga penekanan biaya usaha. Dari sisi operasional, perusahaan turut menerapkan pengadaan terpusat (centralized SCM) guna memperoleh harga pembelian yang lebih kompetitif.
“Kalau pembelian dilakukan secara nasional, posisi tawar menjadi lebih kuat untuk menegosiasikan harga,” kata Hartanto.
Ia menyimpulkan bahwa kombinasi penurunan ekuitas akibat impairment, peningkatan utang, serta langkah efisiensi menjadi faktor utama perubahan DER WEGE dibandingkan kuartal kuartal 2024.
Sepanjang periode Januari - September 2025, WEGE membukukan rugi bersih sebesar Rp 50,44 milair. Posisi tersebut berbalik dari catatan laba bersih perseroan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 47,10 miliar.
WEGE mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp1,17 triliun, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,25 triliun secara tahunan atau year on year (yoy). Seiring dengan turunnya pendapatan, beban pokok pendapatan berhasil juga menipis menjadi Rp 1,06 triliun dari Rp 2,07 triliun secara yoy.