JAKARTA - Manajer Ruben Amorim tak lagi keukeuh dengan skema 3-4-3. Skema Manchester United berubah menjadi 3-4-2-1 saat menghadapi Crystal Palace di pertandingan Premier League Inggris. Hasilnya, meski bermain di kandang lawan di Stadion Selhurst Park, London, Man Utd mengalahkan lawannya 2-1.
Laga yang sedikit panas karena fans Man Utd menyerukan nama sang legenda, ‘Eric Cantona’ di kandang Palace.
Mengapa? Ini mengingatkan insiden tendangan kungfu Cantona terhadap fans Palace Matthew Simmons pada laga 25 Januari 1995. Di laga itu Cantona mendapat kartu merah gara-gara melakukan pelanggaran terhadap bek Richard Shaw yang mengawal ketat dia.
Saat berjalan menuju ruang ganti, Simmons yang turun mendekati lorong ruang ganti kemudian memprovokasi Cantona. Buntutnya, eks pemain timnas Perancis ini melepaskan tendangan ke Simmons sehingga dikenal dengan tendangan kungfu.
Tindakan pemain dengan nomor punggung 7 itu berujung hukuman delapan bulan tidak boleh memperkuat Man Utd dan denda sangat tinggi untuk saat itu, 10 ribu pounds.
Meski demikian, aksi Cantona malah mendapat dukungan dari fans Man Utd. Bahkan tendangan itu menjadi aksi ikonik sang legenda. Tak heran bila suporter Red Devils meneriakkan namanya saat menyambangi markas Palace.
Dan, pemain dengan nomor 7 Man Utd yang membuat Palace menelan kekalahan di kandang sendiri. Ya, Mason Mount, gelandang bernomor punggung 7 menjadi penentu kemenangan Man Utd di menit 63. Keberhasilan meraih tiga poin yang kemudian membawa Man Utd ke posisi enam dengan poin 21.
Sementara, Palace terpaksa peringkat. Sebelumnya, tim asuhan Oliver Glasner berada di atas Man Utd. Dengan kekalahan tersebut, Palace turun ke posisi sembilan dengan poin 20.
Di laga itu, Amorim sepertinya mengalah dengan tekanan yang dihadapinya saat mengubah skema permainan tim. Bila sebelumnya skema 3-4-3 sudah menjadi harga mati, kini Amorim melakukan sedikit perubahan.
Masih bertumpu pada tiga bek, tetapi di depan dia menempatkan Joshua Zirkzee menggantikan Benjamin Sesko yang cedera sebagai ujung tombak.
Zirkzee mendapat support dari Mount dan Bryan Mbeumo yang bermain sedikit di belakang sehingga skema berubah menjadi 3-4-2-1.
Menariknya, formasi itu malah berjalan dengan baik. Hanya saja, Man Utd kebobolan lebih dulu setelah striker tuan rumah Jean-Philippe Mateta mencetak gol dari titik penalti.
Wasit memberikan penalti setelah bek Lenny Yoro melakukan pelanggaran dengan menjatuhkan Mateta di kotak terlarang. Penalti penyerang Perancis ini sesungguhnya gagal. Namun wasit menyatakan penalti diulang. Kali ini, Mateta berhasil mengecoh kiper Senne Lammens.
Tertinggal 1-0, Man Utd mencoba tak terpengaruh dan meningkatkan tekanan. Mereka harus menunggu sampai babak kedua untuk menyamakan skor. Zirkzee sukses membobol gawang Dean Henderson setelah menyelesaikan assist Bruno Fernandes di menit 54.
Skor berubah 1-1 dan pertandingan kian sengit. Man Utd akhirnya berhasil membobol gawang tuan rumah untuk kali kedua. Mount yang membuat Palace kehilangan poin dan skor 2-1 itu bertahan hingga laga usai.