BRIN Kembangkan Teknologi Sub-Terahertz dan Cloud Cerdas Sebagai Fondasi Jaringan 6G

voi.id • 1 jam yang lalu
Cover Berita
Pengembangan jaringan internet 6G (foto: dok. Samsung)

JAKARTA – Implementasi jaringan 5G masih belum merata di Indonesia, tetapi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sudah fokus pada pengembangan jaringan data generasi berikutnya, yakni 6G.

Dalam upaya mengimplementasikan jaringan terbaru yang lebih cepat ini, BRIN tengah mengembangkan teknologi sub-terahertz berbasis optikal dan penerapan jaringan cloud cerdas. Keduanya diyakini dapat mendukung pembangunan komunikasi dengan kecepatan tinggi. 

“Teknologi telekomunikasi akan semakin maju dan beralih menuju 6G,” kata Peneliti BRIN Ken Paramayudha, dikutip dari situs resmi BRIN pada Senin, 1 Desember. "Kebutuhan akan kecepatan data dapat mencapai hingga seratus kali lebih cepat dibanding 5G."

Ken menyatakan bahwa mereka menghadapi tantangan dalam merancang perangkat yang mampu membangkitkan sinyal sub-terahertz secara efektif. Dalam mengatasi tantangan ini, mereka mencoba pendekatan difference frequency generation (DFG). 

Para peneliti memanfaatkan material optik non-linear untuk diintegrasikan ke dalam rectangular waveguide. Dari hasil riset terbaru, perangkat yang digunakan mampu memproduksi sinyal hingga 100 GHz. 

“Perangkat ini dapat diterapkan untuk aplikasi high-speed optical-electrical conversion dan transmitter radio berbasis serat optik,” jelas Ken. Di sisi lain, BRIN juga fokus pada pengembangan jaringan cloud cerdas. 

Arief Indra Irawan, mahasiswa Okayama University, membahas pendekatan privacy processing dalam service function chaining (SFC) sebagai strategi menuju komunikasi cloud intelijen 6G. Arief menjelaskan bahwa teknologi virtualisasi jaringan ini sangat penting. 

Dengan menggunakan jaringan virtual, infrastruktur menjadi lebih fleksibel karena setiap layanan dapat diatur sesuai kebutuhan aplikasi. Arief pun menjelaskan penerapan algoritma deep reinforcement learning (DRL) untuk mengambil keputusan secara mandiri dan adaptif.

"Keputusan jaringan harus bersifat cerdas karena DRL mampu melakukan optimasi jangka panjang berdasarkan lingkungan operasional,” ujar Arief. Ia pun menekankan bahwa dua elemen ini penting untuk diperhatikan karena menjadi kunci dari penerapan 6G.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Baca juga:

thumb
thumb
thumb
thumb
Nasib Bandara IMIP Morowali
• 5 jam yang lalukumparan.com
thumb
Berhasil disimpan.