JAKARTA - Militer Israel pada Hari Minggu mengumumkan berhasil menewaskan lebih dari 40 militan Palestina dalam operasi yang menargetkan terowongan di Rafah, Jalur Gaza, selama sepekan terakhir.
Sebelumnya, militer mengumumkan telah menewaskan empat militan yang muncul dari bawah tanah di kota paling selatan wilayah Gaza itu pada Sabtu malam.
Diketahui, puluhan pejuang Hamas bersembunyi di terowongan-terowongan di Gaza selatan, di bawah area yang dikuasai militer Israel.
Selama 40 hari terakhir, pasukan telah memusatkan upaya mereka di sekitar Rafah timur, "dengan tujuan membongkar rute terowongan bawah tanah yang masih ada di area tersebut dan membasmi teroris yang bersembunyi di dalamnya," kata militer dalam sebuah pernyataan, melansir Al Arabiya dari AFP (1/12).
Lebih jauh mereka mengatakan, "lebih dari 40 teroris telah dibasmi" dalam sepekan terakhir.
"Selain itu, puluhan terowongan dan lokasi infrastruktur teroris, baik di atas maupun di bawah tanah, telah dibongkar di area tersebut," lanjutnya.
Sebelumnya, sejumlah sumber mengatakan kepada AFP Kamis pekan lalu, negosiasi sedang berlangsung mengenai nasib para pejuang yang masih berada di jaringan terowongan Gaza selatan.
Pada Hari Rabu, Hamas meminta negara-negara penengah untuk menekan Israel agar mengizinkan mereka melewati terowongan dengan aman, pertama kalinya kelompok tersebut secara terbuka mengakui situasi tersebut.
Diketahui, gencatan senjata antara Israel dengan Hamas yang ditengahi Mesir, Qatar, Turki dan Amerika Serikat mulai berlaku pada 10 Oktober.
Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, tentara Israel mundur ke belakang apa yang disebut Garis Kuning di Jalur Gaza, batas yang ditandai di atas tanah di beberapa tempat dengan blok beton kuning.
Di sisi lain ada militan Hamas yang berada di terowongan yang terletak di sisi garis yang dikuasai Israel.
"Para pejuang kami di Rafah tidak dapat menerima penyerahan diri atau senjata mereka kepada pendudukan," kata pejabat Hamas Husam Badran dalam sebuah pernyataan.
Kamis pekan lalu, seorang anggota terkemuka Hamas di Gaza mengatakan kepada AFP, diperkirakan ada sekitar 60-80 orang anggota mereka di Rafah.
Badran menuduh Israel menghindari langkah selanjutnya dari gencatan senjata, menambahkan bahwa penundaan "hanya akan mendorong seluruh kawasan ke dalam ketidakstabilan lebih lanjut."
Perang Gaza dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel, yang mengakibatkan kematian 1.221 orang.
Serangan balasan Israel terhadap Gaza telah menewaskan sedikitnya 70.103 orang, menurut data dari Kementerian Kesehatan wilayah tersebut yang dianggap PBB dapat diandalkan.
Kementerian tersebut mengatakan, sejak gencatan senjata berlaku, 356 warga Palestina telah tewas oleh tembakan Israel.