Grid.ID – Suasana haru menyelimuti Posko Antemortem RS Polri Kramat Jati ketika tetangga dekat korban, bernama Sulaiman. Ia tiba untuk menunggu proses identifikasi tetangga dekatnya yang menjadi korban kebakaran gedung Terra Drone, di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Selasa (09/12/2025).
Pariyem (31), yang dipanggil Riyem, merupakan korban kebakaran gedung Terra Drone. Ia dikenal sebagai anak bungsu dari lima bersaudara yang menjadi tulang punggung keluarga sejak ayahnya meninggal. Seluruh kakaknya telah menikah, sehingga ia satu-satunya yang menafkahi sang ibu di Lampung Barat.
Sulaiman, tetangga dekat keluarga korban di Lampung, ikut hadir di posko untuk mendampingi proses identifikasi. Ia mengatakan bahwa keluarga masih menunggu kepastian dari pihak rumah sakit terkait pemulangan jenazah.
“Hingga sekarang belum ada keterangan kapan jenazah akan dipulangkan,” ujar Sulaiman.
Ia menyebut keluarga berharap prosesnya bisa dilakukan secepat mungkin. Sulaiman mengaku sangat terharu ketika pertama kali diminta datang mewakili keluarga.
Namun, ia merasa lebih kuat karena banyak teman-teman korban yang turut hadir untuk memberi dukungan. Ia mengungkapkan bahwa ia hadir bersama dua teman korban lainnya.
“Saat diminta datang ke sini, perasaan saya sangat haru,” ucapnya.
“Tapi teman-teman almarhum banyak yang mendukung dan ikut hadir, jadi saya merasa tidak sendiri.” tambah Sulaiman.
Korban diketahui merantau ke Jakarta bersama beberapa temannya, meski berasal dari kabupaten berbeda di Lampung Barat.
"Riyem sudah bekerja di Terra Drone selama sekitar 3 hingga 4 tahun," ungkap Sulaiman.
Ia mengatakan pihak keluarga berharap agar pemulangan jenazah bisa menggunakan ambulans secara gratis. Menurut informasi yang ia terima, Pemprov DKI Jakarta akan memberikan bantuan pemindahan jenazah, namum informasinya juga masih belum pasti.
Baca Juga: Kronologi Kebakaran Gedung Terra Drone Kemayoran Versi Korban Selamat, Syok Dengar Ledakan dan Bos Meninggal
“Saya berharap biaya ambulans bisa digratiskan,” ujar Sulaiman.
Ia menambahkan, jika ada santunan lain, keluarga akan menerimanya dengan ikhlas.
Keluarga terakhir kali mengetahui aktivitas Pariyem melalui status WhatsApp yang ia unggah saat makan siang. Setelah itu ponselnya tak dapat dihubungi lagi, diduga karena telah mati.
Informasi mengenai kondisi Riyem justru pertama kali didapat dari teman-temannya yang bekerja di tempat yang berbeda. Mereka kemudian menyampaikan kabar tersebut kepada kakak-kakaknya Riyem di Lampung.
Ibunda Riyem tidak langsung diberi tahu karena usianya sudah lanjut dan dikhawatirkan mengalami penurunan kondisi. Keluarga ingin memastikan proses identifikasi berjalan terlebih dahulu sebelum menyampaikan kabar sepenuhnya.
Kini, keluarga besar Riyem hanya berharap proses pengembalian jenazah dapat berjalan lancar. Mereka masih menunggu kejelasan dari pihak terkait sambil terus berada di posko antemortem RS Polri.
Proses identifikasi diperkirakan masih membutuhkan waktu, sehingga pihak keluarga dan kerabat tetap bertahan di lokasi. Dukungan dari teman-teman korban menjadi penguat di tengah suasana duka.
Kisah Riyem sebagai tulang punggung keluarga kini menjadi kenangan mendalam bagi orang-orang terdekatnya. Mereka berharap perjuangan dan kebaikannya mendapat balasan terbaik. (*)
Artikel Asli




