Waspadai Natrium Tersembunyi: Dokter Gizi Ungkap Sumber Garam Tinggi di Makanan

kumparan.com
21 jam lalu
Cover Berita

Mengontrol asupan garam harian penting dilakukan karena natrium sering tersembunyi dalam berbagai produk yang kita konsumsi sehari-hari. Banyak orang tidak menyadari bahwa kandungan garam yang tinggi dapat meningkatkan risiko hipertensi, terutama pada ibu hamil.

Dokter Spesialis Gizi Klinis, dr. Verawati Sudarma, M.Gizi, SpGK, menjelaskan bahwa garam dalam informasi nilai gizi sering tercantum dengan berbagai istilah. Pada produk berbahasa Indonesia biasanya ditulis sebagai natrium, sementara produk berbahasa Inggris menggunakan kata sodium. Beberapa produk juga mencantumkan salt, tetapi yang paling menentukan tetap jumlah natriumnya.

Batas Garam Harian: Dokter Gizi Jelaskan Cara Cerdas Memilih Produk

Menurut dr. Verawati, batas aman konsumsi garam harian adalah 2.300 mg natrium. Karena itu, membaca label gizi menjadi sangat penting. Ia menyarankan konsumen untuk memperhatikan persentase angka kecukupan natrium dalam setiap sajian produk.

“Kembali lagi patokannya adalah kalau patokannya seperti label, tolong dicari yang di bawah 5%. Kalau sudah di atas 20% artinya tinggi,” ucapnya dalam acara kumparanMOM Mom’s Meet Up bekerja bersama Nestlé Indonesia, di Jakarta Selatan, Selasa (10/12).

Sumber Garam Tinggi di Makanan Sehari-Hari

Ia juga menjelaskan bahwa natrium tinggi paling sering ditemukan pada produk yang umum dikonsumsi sehari-hari. Saus dan sambal menjadi salah satu sumber terbesar karena rata-rata mengandung natrium dalam jumlah tinggi. Snack yang asin pun hampir pasti mengandung tambahan natrium.

Selain itu, makanan olahan yang dipanggang terutama yang menggunakan mentega atau butter, juga cenderung memiliki kadar natrium tinggi. Produk kemasan lain yang memiliki rasa gurih juga perlu diwaspadai.

Banyak orang mengira kaldu adalah pilihan sehat karena terkesan “alami”, padahal berbagai jenis bubuk kaldu, bumbu instan, hingga penyedap rasa, tetap mengandung natrium tinggi yang berpotensi menumpuk dalam konsumsi harian.

“Berbagai macam kaldu kesannya sehat nih, tapi sebenarnya sama saja,” ucap dr. Vera.

dr. Vera mengingatkan bahwa pembahasan soal garam tidak bisa dilepaskan dari risiko hipertensi, terutama pada ibu hamil. Ia mengatakan bahwa larangan makan mi instan bagi ibu hamil sebenarnya bukan karena mi instannya, tetapi karena kandungan natriumnya yang sangat tinggi.

“Kadang-kadang ibu-ibu kan suka dibilang ‘kalau lagi hamil nggak boleh makan mi instan’ padahal bukan masalah mi instannya, tapi natriumnya yang tinggi. nah itu kadang-kadang bengkaknya lebih cepat, bisa terjadi preeklamsia,” pungkasnya.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Ini Strategi Tanah Datar Jadi TPID Terbaik Lima Tahun Berturut-turut
• 22 jam lalubisnis.com
thumb
Warga AS Protes Tercekik Biaya Hidup Tinggi, Ini Respons Trump
• 22 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Unhan: Respons pertahanan tak lagi dapat andalkan metode konvensional
• 2 jam laluantaranews.com
thumb
Kemendag Bantah Negosiasi Dagang RI-AS Terancam Gagal, Kapan Diumumkan?
• 13 jam lalubisnis.com
thumb
KDM soal Wakil Wali Kota Bandung Tersangka Pemerasan: Kita Ikuti Prosedur Hukum
• 23 jam lalukumparan.com
Berhasil disimpan.