Jakarta (ANTARA) - Jelang akhir November sebuah fenomena langka terjadi di khatulistiwa, kemunculan siklon tropis yang dinamai Senyar bergerak dari Selat Malaka menuju daratan Aceh, menimbulkan kenaikan signifikan potensi hujan lebat hingga ekstrem.
Peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan potensi cuaca ekstrem itu berlalu senyap, dan tepat ketika Senyar mendekat, kabar banjir bandang dan longsor mulai terjadi di sejumlah kabupaten/kota di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Gubernur Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat kemudian menetapkan status tanggap darurat bencana yang berlaku selama 14 hari. Jumlah kabupaten/kota yang terdampak di ketiga provinsi itu mencapai 24 dengan korban jiwa sampai dengan Kamis sore (11/12) sudah mencapai 986 orang, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Menurut data yang sama, jumlah korban hilang mencapai 224 orang dan sekitar 5.100 orang terluka.
Melihat luasnya area terdampak dan jumlah korban, peran para petugas evakuasi menjadi nadi yang memberikan harapan kepada para masyarakat terdampak. Baik untuk menyelamatkan mereka yang masih hidup, sampai dengan membawa pulang korban jiwa kepada keluarga yang terus mencari kabar.
Baca juga: BNPB optimalkan jalur darat-udara distribusi bantuan logistik di Aceh
Para petugas berjibaku, mulai dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), BNPB, TNI dan Polri, pemerintah daerah sampai relawan yang berasal dari berbagai komunitas bersatu untuk mengembalikan setiap korban ke keluarga mereka, hidup atau mati.
Seperti Basarnas yang per 1 Desember sudah berhasil melakukan evakuasi terhadap 33.173 orang sejak operasi SAR dimulai pada 25 November 2025 sampai dengan 1 Desember 2025.
"Keberhasilan evakuasi selamat ini tidak lepas dari peran potensi SAR yang mencapai lebih dari 5.000 personel di Sumatera Utara dan ratusan di Aceh serta Sumatera Barat sejak operasi SAR dimulai 25 November," ujar Kepala Basarnas Mohammad Syafii.
Belum lagi dukungan dari relawan, yang menurut data BNPB sampai dengan Sabtu (6/12), sudah mencapai 9.557 orang dari 226 lembaga.
Melakukan evakuasi bukanlah tugas mudah, waktu menjadi kunci penting menyelamatkan para korban yang nyawanya bergantung kepada setiap detik.
Baca juga: Pemkot Padang ajak berdonasi rendang bagi korban bencana Sumbar
Belum lagi para petugas dan relawan menghadapi medan berat. Gelondongan kayu besar, arus air yang deras dan tanah berlumpur menjadi lanskap yang harus diarungi setiap hari, belum lagi ketika menghadapi akses jalan terputus.
Namun, operasi dijalankan sesuai dengan standar operasi prosedur (SOP) dalam melakukan evakuasi korban bencana alami menjadi pegangan meski kerap mendapatkan respons beragam dari masyarakat.
Belum lama terdapat video viral memperlihatkan salah seorang ibu yang mengamuk kepada sejumlah tim SAR karena dianggap tidak bekerja secara maksimal.
Menanggapi hal itu, Basarnas tetap memprioritaskan menyelamatkan kelompok rentan sambil tetap memastikan kondisi para petugas juga terjaga, agar tidak ada penambahan korban dari jajaran petugas karena keletihan.
Beberapa waktu lalu bahkan terdapat kabar duka, seekor anjing K-9 bernama Reno gugur saat mencari korban di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Keletihan diduga menjadi salah satu penyebabnya.
Baca juga: BNPB: Pemerintah tangani 985 ribu pengungsi bencana alam Sumatera
Dari beberapa kisah itu dapat dilihat, menjalankan evakuasi di daerah bencana memerlukan perencanaan matang, terstruktur dan mempertimbangkan medan.
Kepala Basarnas sendiri memastikan bahwa operasi SAR akan terus berjalan sampai ditanyakan tidak lagi efektif.
Respons terukur
Kolaborasi berbagai pihak mulai dari unsur pemerintah sampai dengan masyarakat memperlihatkan respons terukur dalam upaya evakuasi.
Prioritas diberikan menyalurkan bantuan dan operasi evakuasi di titik-titik yang masih terisolir seperti di lokasi di Kabupaten Tapanuli Tengah di Sumatera Utara, Kabupaten Pesisir Selatan di Sumatera Barat serta Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah di Aceh.
Untuk lokasi yang masih kesulitan akses jalan darat, pengiriman tenaga kesehatan dan bantuan kemanusiaan lewat udara menjadi langkah kunci. Salah satunya dilakukan di Aceh Tamiang ketika petugas kesehatan dan batuan menggunakan helikopter untuk mencapai lokasi.
Baca juga: Menteri LH gandeng pakar 4 kampus ternama evaluasi bencana Sumatera
Upaya evakuasi korban juga terus dilakukan. Petugas menembus wilayah terisolasi di berbagai daerah demi menyelamatkan korban yang masih hidup dan menemukan korban jiwa.
Belum lama ini Tim SAR gabungan bahkan dapat menembus wilayah terisolasi di Desa Muara Sibuntuon di Tapanuli Tengah yang berhasil menemukan korban di hari ke-14 operasi.
Medan berat juga tidak menggentarkan para petugas ketika melakukan evakuasi ibu hamil hendak melahirkan di Kabupaten Agam. Menggunakan tandu, para petugas melakukan evakuasi ibu tersebut menyeberangi sungai, melewati pohon tumbang serta jalan menanjak di hutan.
Proses pencarian dan pertolongan juga diintensifkan menyusul kedatangan personel dan logistik dari berbagai daerah, dengan fokus penyisiran regu darat di sepanjang area terdampak.
Beberapa contoh tersebut memperlihatkan implementasi dari arahan Presiden Prabowo bahwa seluruh unsur pemerintah harus melakukan langkah cepat, tepat dan konsisten untuk memastikan keselamatan warga.
Baca juga: Kemenhut tindak 11 entitas usaha diduga jadi faktor banjir di Tapsel
Peringatan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan potensi cuaca ekstrem itu berlalu senyap, dan tepat ketika Senyar mendekat, kabar banjir bandang dan longsor mulai terjadi di sejumlah kabupaten/kota di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Gubernur Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat kemudian menetapkan status tanggap darurat bencana yang berlaku selama 14 hari. Jumlah kabupaten/kota yang terdampak di ketiga provinsi itu mencapai 24 dengan korban jiwa sampai dengan Kamis sore (11/12) sudah mencapai 986 orang, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Menurut data yang sama, jumlah korban hilang mencapai 224 orang dan sekitar 5.100 orang terluka.
Melihat luasnya area terdampak dan jumlah korban, peran para petugas evakuasi menjadi nadi yang memberikan harapan kepada para masyarakat terdampak. Baik untuk menyelamatkan mereka yang masih hidup, sampai dengan membawa pulang korban jiwa kepada keluarga yang terus mencari kabar.
Baca juga: BNPB optimalkan jalur darat-udara distribusi bantuan logistik di Aceh
Para petugas berjibaku, mulai dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), BNPB, TNI dan Polri, pemerintah daerah sampai relawan yang berasal dari berbagai komunitas bersatu untuk mengembalikan setiap korban ke keluarga mereka, hidup atau mati.
Seperti Basarnas yang per 1 Desember sudah berhasil melakukan evakuasi terhadap 33.173 orang sejak operasi SAR dimulai pada 25 November 2025 sampai dengan 1 Desember 2025.
"Keberhasilan evakuasi selamat ini tidak lepas dari peran potensi SAR yang mencapai lebih dari 5.000 personel di Sumatera Utara dan ratusan di Aceh serta Sumatera Barat sejak operasi SAR dimulai 25 November," ujar Kepala Basarnas Mohammad Syafii.
Belum lagi dukungan dari relawan, yang menurut data BNPB sampai dengan Sabtu (6/12), sudah mencapai 9.557 orang dari 226 lembaga.
Melakukan evakuasi bukanlah tugas mudah, waktu menjadi kunci penting menyelamatkan para korban yang nyawanya bergantung kepada setiap detik.
Baca juga: Pemkot Padang ajak berdonasi rendang bagi korban bencana Sumbar
Belum lagi para petugas dan relawan menghadapi medan berat. Gelondongan kayu besar, arus air yang deras dan tanah berlumpur menjadi lanskap yang harus diarungi setiap hari, belum lagi ketika menghadapi akses jalan terputus.
Namun, operasi dijalankan sesuai dengan standar operasi prosedur (SOP) dalam melakukan evakuasi korban bencana alami menjadi pegangan meski kerap mendapatkan respons beragam dari masyarakat.
Belum lama terdapat video viral memperlihatkan salah seorang ibu yang mengamuk kepada sejumlah tim SAR karena dianggap tidak bekerja secara maksimal.
Menanggapi hal itu, Basarnas tetap memprioritaskan menyelamatkan kelompok rentan sambil tetap memastikan kondisi para petugas juga terjaga, agar tidak ada penambahan korban dari jajaran petugas karena keletihan.
Beberapa waktu lalu bahkan terdapat kabar duka, seekor anjing K-9 bernama Reno gugur saat mencari korban di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Keletihan diduga menjadi salah satu penyebabnya.
Baca juga: BNPB: Pemerintah tangani 985 ribu pengungsi bencana alam Sumatera
Dari beberapa kisah itu dapat dilihat, menjalankan evakuasi di daerah bencana memerlukan perencanaan matang, terstruktur dan mempertimbangkan medan.
Kepala Basarnas sendiri memastikan bahwa operasi SAR akan terus berjalan sampai ditanyakan tidak lagi efektif.
Respons terukur
Kolaborasi berbagai pihak mulai dari unsur pemerintah sampai dengan masyarakat memperlihatkan respons terukur dalam upaya evakuasi.
Prioritas diberikan menyalurkan bantuan dan operasi evakuasi di titik-titik yang masih terisolir seperti di lokasi di Kabupaten Tapanuli Tengah di Sumatera Utara, Kabupaten Pesisir Selatan di Sumatera Barat serta Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah di Aceh.
Untuk lokasi yang masih kesulitan akses jalan darat, pengiriman tenaga kesehatan dan bantuan kemanusiaan lewat udara menjadi langkah kunci. Salah satunya dilakukan di Aceh Tamiang ketika petugas kesehatan dan batuan menggunakan helikopter untuk mencapai lokasi.
Baca juga: Menteri LH gandeng pakar 4 kampus ternama evaluasi bencana Sumatera
Upaya evakuasi korban juga terus dilakukan. Petugas menembus wilayah terisolasi di berbagai daerah demi menyelamatkan korban yang masih hidup dan menemukan korban jiwa.
Belum lama ini Tim SAR gabungan bahkan dapat menembus wilayah terisolasi di Desa Muara Sibuntuon di Tapanuli Tengah yang berhasil menemukan korban di hari ke-14 operasi.
Medan berat juga tidak menggentarkan para petugas ketika melakukan evakuasi ibu hamil hendak melahirkan di Kabupaten Agam. Menggunakan tandu, para petugas melakukan evakuasi ibu tersebut menyeberangi sungai, melewati pohon tumbang serta jalan menanjak di hutan.
Proses pencarian dan pertolongan juga diintensifkan menyusul kedatangan personel dan logistik dari berbagai daerah, dengan fokus penyisiran regu darat di sepanjang area terdampak.
Beberapa contoh tersebut memperlihatkan implementasi dari arahan Presiden Prabowo bahwa seluruh unsur pemerintah harus melakukan langkah cepat, tepat dan konsisten untuk memastikan keselamatan warga.
Baca juga: Kemenhut tindak 11 entitas usaha diduga jadi faktor banjir di Tapsel




/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fphoto%2Fori%2F2025%2F12%2F11%2F5eb181c7-d8a8-3dea-ab91-ce9f2033e259.jpg)
