LSF berkomitmen hadirkan literasi tontonan di berbagai media

antaranews.com
10 jam lalu
Cover Berita
Jakarta (ANTARA) - Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Naswardi berkomitmen menghadirkan perbaikan indeks kualitas literasi tontonan di berbagai media dan tak hanya berhenti di bioskop saja.

“Tetapi juga di ruang publik melalui penayangan iklan layanan masyarakat pada fasilitas transportasi publik, seperti kereta api, platform media over the top/OTT, media sosial dan ruang publik lainnya,” ujar Naswardi di Jakarta, Kamis.

Adapun LSF hari ini meluncurkan maskot baru yakni "Mama Culla”, iklan layanan masyarakat (ILM) dan telop yang diharapkan menjadi simbol yang mudah dikenali publik, meningkatkan literasi sensor film serta mengampanyekan pentingnya penggolongan usia tontonan demi kenyamanan dan perlindungan masyarakat.

Baca juga: Menbud tekankan pentingnya budaya sensor mandiri bagi penonton film

Pada kesempatan yang sama, Lola Amaria yang dipercaya LSF untuk kembali memproduksi ILM menyampaikan apresiasi atas kepercayaan LSF padanya dan menyerukan agar para pembuat film dan masyarakat mampu melakukan budaya sensor mandiri dalam proses produksi film.

“Saya sebagai film mengampanyekan budaya sensor mandiri jadi untuk segala tontonan yang mungkin tidak sesuai usia dihindari dan juga untuk pembuat film seperti saya harus punya sensor mandiri jadi seperti punya sensor sebelum dibawa ke lembaga sensor jadi jangan sampai film saya mereka yang menyensor gitu ya,” kata Lola.

Lebih jauh, Ketua Bidang Hukum Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Albert Tanoso mengatakan bahwa kehadiran maskot, ILM telop baru ini diharapkan mampu menyampaikan pesan kepada masyarakat secara efektif terkait bijak dalam memilih tontonan film.

Baca juga: Di balik layar LSF awasi tayangan

“Kita juga menyambut baik telop baru dari LSF yang lebih modern dan tidak membiasakan kami juga berharap melalui telop dengan desain yang bisa bikin penonton lebih ingin menonton lagi,” katanya.

Adapun mulai 1 Januari 2026, penonton film bioskop di seluruh Indonesia akan menikmati film dengan telop sebagai informasi klasifikasi usia yang baru untuk empat penggolongan usia penonton yang dikemas ulang.

Telop yang dikemas ulang melalui serangkaian proses kreatif juga melibatkan empat Intellectual Property/IP lokal yang sudah cukup dikenal masyarakat yakni karakter Funcican untuk telop klasifikasi usia atau Semua Umur, karakter Si Nopal untuk telop klasifikasi usia R13, karakter Emak Emak Matic (untuk telop klasifikasi usia D17), dan karakter Si Juki (untuk telop klasifikasi usia D21).

Baca juga: LSF dorong penyetaraan klasifikasi usia film di OTT

Telop-telop yang diluncurkan akan menggantikan telop Tahi Lalats yang telah menemani masyarakat selama bertahun-tahun.

Penyegaran dengan menggunakan IP lokal dan disesuaikan dengan klasifikasi usia penonton merupakan upaya untuk memperkuat pemahaman masyarakat tentang klasifikasi usia dengan cara yang menyenangkan dan mudah diingat.

Baca juga: LSF nilai Banyuwangi potensial jadi pusat industri sinema

Baca juga: LSF: 46 persen penonton film Indonesia memperhatikan klasifikasi usia


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
TNI Sudah Distribusikan 2.190 Ton Bantuan Logistik ke Sumatera, 76 Alutsista Masih Aktif Beroperasi
• 18 jam lalupantau.com
thumb
Bea Cukai Buka Opsi Pakaian Impor Ilegal Disalurkan ke Korban Bencana
• 16 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Pagi Kelabu di SDN 01 Kalibaru
• 15 jam lalukompas.id
thumb
Cegah Terorisme saat Natal, Pemkot Bekasi Gandeng Densus 88 dan BNPT
• 31 menit laluidntimes.com
thumb
JP Morgan Terbitkan Utang Jangka Pendek Lewat Blockchain Solana
• 2 jam laluwartaekonomi.co.id
Berhasil disimpan.