Beberapa tahun terakhir, acara lari kian marak di Kota Semarang, Jawa Tengah. Setiap bulan, setidaknya ada satu ajang lari yang dihelat di ibu kota Jateng itu. Jenisnya juga beragam, mulai dari acara lari gembira hingga lomba lari kompetitif seperti Semarang 10K.
Penyelenggaraan acara lari pun bisa diibaratkan bak jamur di musim hujan, banyak dan di mana-mana. Wiliam (33), pelari asal Semarang, yang mulai gandrung berlari sejak 2024, mengaku senang dengan fenomena menjamurnya ajang lari. Sebab, para penggemar lari jadi punya banyak pilihan.
”Jadi, memang di Semarang ini sekarang berasa banget race (lomba lari) kecil-kecil banyak banget. Rasanya setiap kali long run (lari jarak jauh) di akhir pekan selalu ketemu sama pelari yang sedang ikut race atau fun run,” kata Wiliam, Minggu (7/12/2025).
Sepanjang 2025, Wiliam sudah mengikuti setidaknya sembilan event lari, baik di Semarang maupun kota lain. Mayoritas yang diikutinya adalah lomba berjarak 10 kilometer (km), 21 km atau setengah maraton, dan 42 km atau maraton. Wiliam rajin mengikuti lomba lari karena ingin menguji hasil latihannya. Dia juga ingin mengetahui berapa catatan waktu terbaiknya pada setiap kategori.
Kendati demikian, sesekali pelari yang tergabung dalam komunitas Charterz Running Team itu juga mengikuti ajang lari gembira. Menurut dia, ajang lari gembira bermanfaat untuk memperluas jaringan pertemanan dan relasi dengan sesama pelari. Sesuai dengan namanya, ajang lari gembira bertujuan mengajak pesertanya untuk berlari dengan gembira atau hore-hore.
Dari segi penyelenggaraan, menurut Wiliam, lari gembira dan lomba lari memiliki sejumlah perbedaan. Berbeda dengan lomba lari, dalam acara lari gembira tidak ada pemberian hadiah ataupun podium bagi pelari yang finis tercepat. Hadiah dalam acara lari gembira biasanya diundi.
Di lomba lari, biasanya ada penanda titik di setiap kilometer untuk patokan pelari. Di acara lari gembira, hal itu tidak selalu ada.
Pada lomba lari, ada marshall atau petugas di sepanjang jalur untuk membantu memberi petunjuk, mengarahkan pelari, dan membantu pelari saat di pelintasan. Di acara lari gembira, marshall tidak selalu ada.
”Kemudian, kalau di lomba lari itu sarana pendukungnya ada, misalnya water stations (titik hidrasi) itu di setiap 2,5 km atau 2 km. Kalau di fun run itu water stations-nya biasanya di tengah-tengah. Biasanya kalau race itu ada minuman elektrolit, kalau di fun run seringnya cuma ada air putih dan kalaupun ada minuman elektrolit biasanya terbatas,” kata Wiliam.
Harliana (30), pelari dari komunitas Semarang Runners juga mengaku terkesan dengan menjamurnya ajang lari di kotanya. Menurut dia, semakin banyaknya ajang lari mengindikasikan bahwa antusiasme masyarakat terhadap olahraga itu cukup tinggi.
Harliana berharap, semarak penyelenggaraan ajang lari di Semarang tidak hanya bertahan sementara, melainkan terus ada. Ia pun berharap ajang lari bisa dihelat dengan kualitas baik sehingga lebih banyak lagi orang yang tertarik ikut serta.
”Kalau misalnya dikelola dengan baik, mungkin event-event lari itu nanti bisa jadi signature-nya Kota Semarang. Selain road race, ada juga potensi untuk trail run karena di Semarang cukup banyak jalanan menanjak, rutenya mendukung,” ujar Harliana.
Sejak Januari–November, Harliana telah mengikuti empat ajang lari. Selain sebagai peserta biasa, di beberapa ajang itu dirinya juga menjadi pacer atau pelari penjaga ritme bagi para peserta.
Pada Minggu (14/12/2025) mendatang, Harliana dan Wiliam bakal mengikuti lomba lari Semarang 10K yang diselenggarakan Pemerintah Kota Semarang, Bank BJB, dan Harian Kompas. Ajang itu bakal menjadi lomba penutup tahun sekaligus bahan evaluasi catatan waktu terbaik mereka pada jarak 10 km.
Harliana sudah dua kali mengikuti Semarang 10K, sedangkan Wiliam baru satu kali. Keduanya mengaku antusias menyambut Semarang 10K 2025. Mereka pun sama-sama ingin meraih catatan waktu terbaik pada lomba yang dimulai dan finis di Kompleks Balai Kota Semarang itu.
Harliana dan Wiliam mengaku kembali mendaftar Semarang 10K karena ingin kembali mengulang pengalaman berkompetisi dengan peserta dari dalam dan luar negeri, sembari dihibur dan disemangati oleh kelompok sorak atau cheering. Pada lomba yang bernuansa kompetitif itu, peluang bagi para pelari untuk meraih catatan waktu terbaik juga dinilai cukup tinggi.
”Saya memang punya goal untuk bisa mencetak personal best (catatan waktu terbaik), karena itu yang belum tercapai. Di Semarang 10K ini kan terkenal rutenya flat (datar), jadi para pelari rata-rata cari personal best di situ,” kata Harliana.
Tahun ini, Semarang 10K bakal diikuti 3.000 pelari, lebih banyak daripada jumlah peserta tahun sebelumnya sebanyak 2.500 pelari. Mereka akan berlomba sejauh 10 km dalam beberapa kategori, mulai dari open atau terbuka, nasional, master, dan pelajar.
General Manager Event Harian Kompas Budhi Sarwiadi mengatakan, Semarang 10K 2025 bakal lebih kompetitif. Selain pelari-pelari nasional, ajang lari itu juga diikuti para pelari internasional dari sejumlah negara, seperti India, Kenya, Filipina, Britania Raya, dan Swiss.
Di Semarang 10K ini kan terkenal rutenya flat (datar), jadi para pelari rata-rata cari personal best di situ
Pada tahun-tahun sebelumnya, penyelenggara hanya menerapkan cut of time (COT) atau batas waktu maksimal menyelesaikan lomba, yakni 2 jam. Namun, tahun ini, penyelenggara bakal menerapkan cut of point (COP) atau batas waktu maksimal di titik tertentu. COP diterapkan pada km 7,7 dengan waktu maksimal 65 menit.
”Jadi, peserta-peserta yang memang pada menit 65 itu itu belum melewati Kilometer 7,7 terpaksa kita angkut langsung ke race village. Ini bisa memacu pelari-pelari itu untuk bisa menyelesaikan lomba lebih cepat,” kata Budhi.
Selama ini, Semarang 10K juga bekerja sama dengan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) untuk memastikan lomba tersebut sesuai standar. Dengan begitu, saat ada rekor baru yang dipecahkan, hal itu bisa tercatat dan diakui secara resmi oleh PASI.
Dari tahun ke tahun, hadiah lomba Semarang 10K juga terus meningkat. Tahun ini, total hadiahnya senilai Rp 434 juta, naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp 286 juta.
Selain untuk meningkatkan kualitas pelari, Semarang 10K juga digelar untuk mendongkrak perekonomian dan pariwisata Semarang. Para peserta, terutama dari luar kota, diharapkan bisa tinggal lebih lama untuk berwisata dan berbelanja di Semarang.
Pada Semarang 10K 2025, penyelenggara membuka kategori kid dash, yakni lomba lari 400 meter bagi anak usia 5-7 tahun. Hal itu diharapkan bisa memotivasi para pelari untuk datang ke Semarang bersama pasangan dan anaknya.
Selain lomba kompetitif seperti Semarang 10K, ajang lari gembira juga banyak diselenggarakan di Semarang untuk membangkitkan semangat masyarakat berolahraga. Ajang lari gembira itu salah satunya digelar oleh Hotel Quest pada 3 September 2025.
Marketing Communication Hotel Quest, Sara Berliana, mengatakan, ajang lari 7,5 km itu melintasi lima ikon wisata Kota Semarang, yaitu Simpang Lima, Lawang Sewu, Kotalama, Tugu Muda, dan Titik Nol Semarang. Menurut Sara, hal itu dimaksudkan supaya 413 pelari dalam kegiatan itu bisa berolahraga sambil menikmati landmark Kota Semarang.
”Kami berharap kegiatan tersebut dapat memperkuat geliat event lari di Semarang serta mendorong masyarakat untuk semakin aktif berolahraga dan menjadikan sportainment sebagai bagian dari daya tarik kota,” ujar Sara saat dihubungi, Rabu (10/12/2025).
Pemerintah Kota Semarang pun menyambut baik maraknya penyelenggaraan ajang lari di wilayahnya. Aneka dukungan pun disiapkan oleh pemerintah bagi penyelenggara ajang lari.
”Tentu saja kami sangat menyambut positif banyaknya event lari di Semarang. Selain bisa mendorong masyarakat hidup sehat dengan berolahraga, juga bisa menggerakkan sektor perekonomian dan pariwisata,” kata Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Semarang Fravarta Sadman.
Untuk mendukung Semarang 10K 2025, rapat koordinasi terus dilakukan pemerintah bersama pihak-pihak terkait. Selain membantu menyiapkan supaya rute di sepanjang jalur steril pada saat lomba, pemerintah juga memastikan jalanan yang akan dilalui pelari dalam kondisi baik.
Sejumlah paving di Kawasan Kota Lama yang sempat dikeluhkan karena tidak rata mulai dikebut penanganannya di hari-hari terakhir menjelang lomba. Hal itu agar peserta bisa melalui jalan tersebut dengan nyaman saat lomba.
Penutupan jalan selama lomba berlangsung, kata Fravarta, juga telah dikoordinasikan dengan dinas dan instansi terkait. Sosialisasi perihal penutupan jalan untuk menunjang kenyamanan dan keamanan pelari pun telah dilakukan.
Di samping itu, penyiapan tim cheering juga mulai dilakukan. Tim penyemangat itu bakal disebar di sepanjang jalur untuk menambah kegembiraan para pelari.




