JAKARTA, KOMPAS.com - Fahri (35), warga Duren Sawit, mengaku sudah menggunakan air yang dialirkan Perusahaan Air Minum (PAM) sejak 2008, tepat ketika pertama kali menempati rumah tersebut.
Sebelumnya, rumah yang ia tempati menggunakan air tanah. Namun, saat itu ada masalah pada air tanah sehingga ia beralih ke PAM.
"Tetapi air tanah waktu itu gangguan jadi harus dalemin lagi ke 50 meter, jadi orangtua milih PAM," ucap Fahri saat ditemui, Kamis (11/12/2025).
Baca juga: Air Tanah atau PAM Jaya? Ini Pengalaman Warga di Jakarta Timur
Pada awal penggunaan layanan PAM, sempat terjadi gangguan seperti kualitas air jelek hingga kerap mati. Berbeda dengan kondisi saat ini.
"Kalau dulu mah masih agak bau, kadang mati. Tapi sekarang aman sih. Kalau harga memang lebih mahal sedikit dibandingkan air tanah," jelas dia.
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=air tanah, PAM, PAM Jaya, warga pakai pam, warga pakai air tanah&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8xMi8wOTU4NTQ0MS9haXItdGFuYWgtc2VyaW5nLWJlcm1hc2FsYWgtd2FyZ2EtYmVyYWxpaC1rZS1wYW0=&q=Air Tanah Sering Bermasalah, Warga Beralih ke PAM §ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `Meski tarif lebih tinggi sedikit, Fahri merasa lebih nyaman menggunakan air PAM hingga saat ini dibandingkan air tanah.
"Kalau PAM sekitar Rp 150.000, kalau saya nyaman sih. Tapi ada warga di perumahan sini gabungin (dengan air tanah) itu, buat cadangan juga," kata Fahri.
Berbeda dengan Iqlima (31), warga Kramat Jati, yang mengaku lebih nyaman menggunakan air tanah atau sumur di rumahnya.
Keluarganya telah memakai air tanah selama sekitar 30 tahun karena menempati rumah warisan orang tuanya.
"Kalau saya nyaman pakai air tanah sih mas, sudah ngebor ada kali 30 tahun lalu sejak ayah saya disini, allhamdulilah sih aman saja," ucap Iqlima saat ditemui Kompas.com, Kamis.
Baca juga: Siasat PAM Jaya agar Proyek Galian Pipa Tak Bikin Macet
Meski begitu, ia mengakui tidak mengetahui dampak jangka panjang penggunaan air tanah karena selama ini tidak pernah mengalami masalah berarti.
"Dampak sih enggak terlalu mengetahui, kalau dampak penurunan tanah juga belum tahu, semoga enggak ya. Kalau kendala ini juga paling mesin rusak aja," kata dia.
Iqlima juga sempat ditawari pemasangan jaringan PAM Jaya oleh pengurus lingkungan karena beberapa warga berencana beralih ke PAM.
"Kemarin pengurus kalau enggak salah nawarin makai PAM, Tapi kan nanti nunggu barengan dulu (masang PAM-nya). Tapi enggak dulu deh, sepertinya murah air tanah," jelas dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang




