FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Kontroversi soal pernyataan Menteri Sosial (Mensos) Syaifullah Yusuf atau Gus Ipul terkait kewajiban izin dalam penggalangan donasi bagi korban bencana terus menjadi perbincangan publik.
Di tengah polemik itu, Ketua MUI Bidang Ukhuwah dan Dakwah, KH Muhammad Cholil Nafis, justru mengajak para takmir masjid untuk menghimpun bantuan secara terbuka.
Cholil mengimbau seluruh takmir masjid di Indonesia untuk menyalurkan hasil kotak amal salat Jumat kepada korban banjir di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara.
“Para ta’mir masjid seluruh Indonesia, mari donasikan hasil kotak amal jum’atan. Untuk para korban musibah banjir di Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara,” ujar Cholil di X @cholilnafis (12/12/2025).
“Mudah-mudahan dapat meringankan kesulitan mereka. Bismillah,” tambahnya.
Lanjut Cholil, menampakkan aksi kebaikan dapat menjadi pemicu hadirnya lebih banyak bantuan.
Ia menuturkan, dalam konteks bencana, transparansi justru dapat mengundang masyarakat lain untuk ikut tergerak.
“Ngga papa so’, paling-paling membantu di tempat bencana karena itu mengundang orang lain untuk ikut membantu,” Cholil menuturkan.
“Kadang kebaikan itu perlu ditampakkan agar mengundang orang lain bersinergi dalam kebaikan,” sambung dia.
Cholil menekankan bahwa jika suatu kebaikan tidak memiliki efek untuk mengajak orang banyak terlibat, maka dianjurkan agar tidak diumbar.
“Kecuali dalam hal kebaikan yang tak ada efek ngajak orang lain, maka sebaiknya diam-diam aja,” tandasnya.
Sebelumnya, Pegiat media sosial, Herwin Sudikta, mendadak menguliti anggota DPR RI dari Partai Gerindra, Endipat Wijaya.
Seperti diketahui, anak buah Prabowo Subianto itu sebelumnya menyinggung penggalangan donasi untuk korban banjir oleh konten kreator Ferry Irwandi.
Dikatakan Herwin, pernyataan Endipat tidak tepat dan justru memperlihatkan sikap alergi terhadap gerakan solidaritas masyarakat.
Ia pun menyinggung latar belakang sang legislator yang dinilainya dekat dengan dunia industri ekstraktif.
“Si paling anggota DPR RI wakil rakyat terhormat itu rekam jejaknya ternyata tumbuh besar dari aroma pabrik kertas dan napas tambang batu bara,” ujar Herwin kepada fajar.co.id,
Lanjut Herwin, kritik Endipat terhadap gerakan donasi warga justru memunculkan pertanyaan soal siapa sebenarnya yang diwakili oleh seorang anggota dewan.
“Kalau rakyat dianggap saingan, lalu dia duduk di kursi itu sebenarnya mewakili siapa?,” tegasnya.
Bukan hanya Endipat, perhatian Herwin juga tertuju pada Mensos Syaifullah Yusuf atau Gus Ipul.
Gus Ipul sebelumnya menekankan bahwa para artis hingga influencer yang ingin menggalang donasi mesti minta izin terlebih dahulu.
“Lama ditunggu, akhirnya muncul juga,” singgung Herwin.
Hanya saja, Herwin mengatakan bahwa kemunculan Gus Ipul di publik justru tidak sesuai dengan harapan masyarakat terdampak bencana.
“Tapi yang keluar bukan kabar soal bantuan, data korban, atau langkah cepat pemerintah,” cetusnya.
“Yang keluar malah, penggalangan donasi harus izin dulu,” kuncinya.
(Muhsin/fajar)





