jpnn.com, JAKARTA - CEO Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) Jamartin Sihite menilai Kementerian Kehutanan di bawah Raja Juli Antoni menunjukkan perubahan signifikan dalam pola komunikasi dan koordinasi sepanjang satu tahun terakhir.
Menurutnya, peningkatan keterbukaan dan dialog intensif telah menciptakan ruang diskusi yang lebih terarah, khususnya dalam isu-isu strategis konservasi.
BACA JUGA: Kemenhut: Kayu Hanyut Boleh Dimanfaatkan untuk Pemulihan Pascabanjir
Dia menyebut langkah tersebut memperkuat landasan kolaboratif antara pemerintah dan para mitra.
“Keterbukaan yang meningkat, kesediaan berdialog dengan lebih intensif, telah membuka dan menciptakan ruang diskusi yang lebih terarah dan produktif,” kata Jamartin saat dihubungi wartawan, Jumat (12/12).
BACA JUGA: Imbas Banjir Sumatra, Kemenhut Setop Pemanfaatan & Pengangkutan Kayu di 3 Provinsi
Pendekatan yang lebih inklusif, kata Jamartin, mendorong terciptanya pemahaman bersama serta penyelarasan upaya di tingkat kebijakan dan operasional. Ia berharap semangat kolaborasi ini terus diperkuat untuk mewujudkan perlindungan hutan jangka panjang dan pengelolaan lanskap yang berkelanjutan.
Jamartin juga menekankan pentingnya peningkatan perhatian terhadap kesejahteraan satwa liar, terutama orangutan sebagai spesies kunci konservasi.
BACA JUGA: Kemenhut & Polda Ungkap Fakta Kayu Terdampar: Kejadian 5 November, Dari Kapal Rusak
“Hal ini memerlukan kebijakan yang lebih terukur, pengawasan yang konsisten serta implementasi lapangan yang efektif,” jelasnya.
Mengakhiri pernyataannya, Jamartin optimistis momentum positif saat ini dapat menghasilkan perubahan nyata.
“Kami meyakini bahwa komitmen bersama pasti dapat menghasilkan perubahan nyata, demi masa depan Indonesia dan keberlangsungan seluruh kehidupan yang bergantung pada kelestariannya,” tutupnya. (dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif



