Deputi Meteorologi BMKG Guswanto mengupdate fenomena siklon tropis Senyar di wilayah bencana Aceh dan Sumatera. Ia mengatakan, siklon sudah menjauh, potensi cuaca ekstrem terus berkurang.
"Saat ini Monsun Asia mantap bertiup ke Australia, kalau dilihat dari angin dari Australia sudah berbelok ke arah timur (menjauh)," kata Guswanto dalam jumpa pers virtual, Jumat (12/12).
Siklon Senyar sendiri terjadi karena adanya berbagai faktor. Ada angin monsun dari Asia, ada serukan dingin dari Siberia. Kemudian IOD (Indian Ocean Dipole) negatif di daerah Samudera Hindia, diperkuat dengan suhu permukaan laut di Selat Malaka yang cukup tinggi, sehingga terbentuklah awan.
Guswanto menyebut, fenomena siklon tropis Senyar yang menyebabkan bencana seperti banjir dan longsor akan makin menurun hingga Januari 2026. Baru akan muncul lagi di Oktober tahun depan.
"Sumut, Sumbar, Aceh, Riau, nanti di Januari akan mengalami penurunan (potensi cuaca ekstrem) dan akan meningkat kembali Maret-April. Dan itu akan di Juni-Juli akan kekeringan, meningkat kembali di Oktober-Desember," kata dia.
Namun di sisi lain, BMKG tetap mengingatkan tentang fenomena lain yang berpotensi memicu hujan dengan berbagai intensitas. Salah satunya Madden Julian Oscilliation (MOC).
"Aceh Sumut Sumbar, tidak hanya Siklon Tropis, namun ada fenomena lain, periodesasi pendek, 30 harian yakni MOC, gelombang Kelvin dan Roseby, temperatur di Samudra Hindia dan Laut Cina Selatan menghangat," katanya.
"Ini juga bisa menghasilkan awan konvektif karena adan Monsun Asia," tutup dia.
Sejauh ini total 996 orang meninggal akibat banjir dan longsor di 3 provinsi Sumatera. Sementara 226 korban lainnya masih hilang.



