Tanggap Bencana Fase II: Transisi dari Pengungsian Terpisah ke Terpusat

kompas.id
1 jam lalu
Cover Berita

JAKARTA, KOMPAS-Target pelaksanaan tanggap darurat fase ke dua bencana Sumatera ialah memastikan transisi dari pengungsian terpisah menjadi pengungsian terpusat atau terpadu sambil menunggu hunian sementara. Begitu huntara siap, mereka akan bergeser dari pengungsian terpadu ke huntara. Itu dilakukan sembari menunggu pembangunan hunian tetap.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB), Abdul Muhari dalam konferensi pers perkembangan penanganan bencana Sumatera, Jumat (12/12/2025) sore. Turut hadir sebagai narasumber Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Aceh Tengku Faisal.

Menurut Muhari sudah ada dua kabupaten yang telah mengusulkan lokasi pengungsian terpusat ke BNPB. Untuk bisa segera menggeser mereka dari pengungsian terpisah, BNPB telah menyalurkan 30 tenda peleton dan 984 tenda keluarga di Aceh Tamiang yang merupakan daerah paling terdampak. Ada 12 kecamatan terdampak di Aceh Tamiang.

Pusat pengungsian terpadu, lanjut dia berbasis kecamatan dengan jumlah 5-10 titik pengungsian terpadu per kecamatan. Dari 30 tenda peleton dan 984 tenda keluarga yang disalurkan ke Aceh Tamiang, lanjut Muhari sudah tergelar delapan tenda peleton di delapan kecamatan.

“Per sore ini sudah digunakan di enam kecamatan. Sedangkan tenda keluarga sudah tersalurkan di 12 kecamatan, yang tergelar tidak kurang dari 664 tenda. Tentu ini akan terus kami distribusikan,” ucap Muhari.

Selain menyinggung soal distribusi logistik dan operasi modifikasi cuaca di Aceh, pada kesempatan ini Muhari juga menyampaikan progres posko di Sumatera Utara. Di Tapanuli Raya dan Kota Sibolga yang sebelumnya masih 97-99 persen, hari ini sudah 100 persen di Sibolga.

Sedangkan di Sumatera Barat (Sumbar) distribusi logistik dominan lewat jalur darat. “Hari ini berjalan lima sorti, empat di Kabupaten Agam dan Satu di Pasaman Barat,” ucapnya.

BNPB juga memaparkan progress pembangunan beberapa jembatan darurat di Sumbar, seperti Jembatan Sikabau hari ini sudah bisa digunakan; Jembatan Bawah Kubang, Solok, sekarang 95 persen; dan Jembatan Supayang, Solok, 90 persen.

Baca JugaBencana Sumatera, Alarm Keras Krisis Iklim dan Perbaikan Tata Kelola Lingkungan

Muhari juga menyebut proses pembangunan sejumlah jembatan bailey  di Aceh. Ada empat titik yang menjadi prioritas, yakni Jembatan Teupin Reudeup yang mengubungkan Bireuen-Lhokseumawe progresnya 89 persen, Jembatan Teupin Mane sudah 88 persen, Jembatan Kutablang yang menghubungkan jalan utama Bireuen-Lhokseumawe 28 persen, dan Jembatan Jeurata masih tahap awal proses perbaikan.

Angkutan darat

Tengku Faisal mengatakan selama tanggap darurat pihaknya mengkoordinasi potensi transportasi darat dan laut. Menurut dia fasilitas transportasi di Aceh, kecuali jalan, tidak terdampak oleh bencana. “Lainnya berfungsi optimal. Karena itu kita manfaatkan sarana transportasi ini untuk pemulihan bencana,” katanya.

Sejak penatapan tanggap darurat, menurut Faisal pihaknya telah mobilisasi angkutan darat sebanyak 44 unit dengan muatan logistik ke seluruh Aceh. Untuk wilayah Aceh Timur, distribusi logistik dari Banda Aceh sampai Bireuen, sedangkan pantai barat Subulussalam. Dari arah Medan, Sumut, juga distribusikan logistik ke arah Lhokseumawe.

“Salah satu kendala utama saat ini adalah masih belum berfungsinya lintas timur sebagai urat nadi transportasi Aceh selama ini. lIntas barat masih bisa berjalan hanya saja jaraknya lumayan jauh,” ujarnya.

Untuk angkutan laut, telah dikerahkan 35 trip dengan 12 kapal, termasuk evakuasi 991 penumpang dari Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Utara. Kemudian 351 ton logistik juga distribusikan melalui angkutan laut. Dua kapal juga dikerahkan untuk mengatasi krisis elpiji dari Aceh Utara ke Banda Aceh dan sekitarnya sampai Bireuen.  

Sementara itu, mengenai update jumlah korban meninggal di tiga provinsi bertambah lima sehingga total menjadi 995 jiwa. Saat ini, menurut Muhari di tingkat kecamatan tengah dilakukan verifikasi dan sinkronisasi ulang data menurut catatan sipil, by name by address.

Implikasinya, kata dia, mungkin nanti terjadi pengurangan jumlah korban. Ini terjadi karena ada nama korban tewas tercatat yang dua kali. “Proses verifikasi ini masih terus berlangsung,” katanya.

Sedangkan data korban hilang bertambah menjadi 226 nama. Ada penambahan data di Aceh soal korban yang dilaporkan hilang. Sedangkan jumlah pengungsi 884.889 jiwa.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Soal Hinaan Resbob Terhadap Suku Sunda dan Viking, Farhan Beri Respons Bijak: Orang Sunda Sopan dan Berbudaya
• 1 jam lalutvonenews.com
thumb
KAI Daop 1 Jakarta Siapkan 1.732 Perjalanan Layani Mobilitas Nataru 2025/2026
• 11 jam lalutvrinews.com
thumb
Ekoterorisme dan Korupsi Lingkungan, Ancaman Baru HAM di Indonesia
• 18 jam lalukumparan.com
thumb
Prediksi Susunan Pemain Timnas U-22 Indonesia Vs Myanmar
• 7 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Strategi SPPG Meruya Utara II Cegah Kejadian Luar Biasa pada MBG, Penyortiran Bahan Baku yang Ketat
• 3 jam laludisway.id
Berhasil disimpan.