Harga Tembaga Dekati US$12.000 Imbas Permintaan untuk Pengembangan AI

bisnis.com
16 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Harga tembaga mendekati angka US$12.000 per metrik ton karena ekspektasi akan meningkatnya permintaan dari pusat data yang mendukung kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Prospek kenaikan permintaan ini juga terjadi di tengah pasokan yang ketat dan kekurangan di luar Amerika Serikat.

Mengutip Reuters, Sabtu (13/12/2025), tembaga dihargai karena konduktivitas listriknya yang luar biasa. Komoditas ini sangat penting dalam jaringan listrik yang memasok pusat data, kendaraan listrik, dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk transisi energi.

Harga tembaga naik 35% sepanjang tahun ini dan menuju kenaikan terbesar sejak 2009 karena gangguan penambangan dan penimbunan di AS. Pada Jumat (12/12/2025), harga tembaga menyentuh US$11.952 per ton.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

"Investor yang menginginkan beragam kepentingan AI juga akan membeli produk keuangan yang mencakup aset fisik yang mendukung pusat data. Investor akan membeli aset terkait tembaga seperti ETF," kata analis Benchmark Mineral Intelligence, Daan de Jonge.

Survei Reuters baru-baru ini terhadap perkiraan analis menunjukkan pasar tembaga akan mengalami defisit sebesar 124.000 ton pada 2025 dan 150.000 ton tahun depan.

Baca Juga

  • Harga Minyak Global Jeblok, Pasar Alihkan Fokus ke Pembicaraan Damai Rusia-Ukraina
  • Potensi Besar Industri Kripto, Nilai Transaksi Banyak Terbang ke Luar Negeri
  • Pemangkasan Suku Bunga The Fed Gagal Dongkrak Bitcoin, Altcoin Jadi Primadona

Pertumbuhan permintaan tembaga didorong oleh investasi miliaran dolar di seluruh dunia untuk memodernisasi dan memperluas jaringan listrik, seiring dengan kebutuhan listrik dalam jumlah besar untuk pusat data dan energi bersih.

Transisi energi yang mencakup teknologi energi terbarukan seperti angin dan matahari juga diperkirakan akan meningkatkan permintaan tembaga.

Analis Macquarie memperkirakan permintaan tembaga global mencapai 27 juta ton tahun ini, naik 2,7% daripada 2024. Permintaan di China sebagai konsumen logam utama diperkirakan naik 3,7%, sementara pertumbuhan permintaan global di luar China diramal naik sebesar 3% tahun depan.

"Sentimen bullish didorong oleh narasi seputar pasokan yang ketat, didukung oleh arus berita makro," kata analis Macquarie, Alice Fox.

Gangguan pasokan termasuk disebabkan oleh kecelakaan di tambang raksasa Grasberg milik Freeport McMoRan di Indonesia pada September. Sementara perusahaan pertambangan seperti Glencore juga telah memangkas panduan produksi untuk 2026, sehingga memperkuat ekspektasi pasokan yang ketat.

Jumlah total tembaga yang disimpan di gudang bursa, London Metal Exchange, Comex yang berbasis di AS, dan Shanghai Futures Exchange, telah meningkat 54% sepanjang tahun ini menjadi 661.021 ton.

Para pedagang telah mengirimkan tembaga ke Amerika Serikat sejak Maret karena harga yang lebih tinggi di Comex menjelang rencana tarif impor Presiden AS Donald Trump. Harga yang lebih tinggi diperlukan untuk menutupi tarif impor tersebut.

Stok di Comex mencapai rekor tertinggi 405.782 ton, yang setara dengan 61% dari total stok bursa dibandingkan dengan 20% pada awal tahun 2025.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Ditetapkan tersangka, Polisi: Ayu Puspita dan Dimas kerjasama Tipu Calon Pengantin
• 12 jam laluliputan6.com
thumb
Ada Tawaran Paket Honeymoon di Balik Tipu-tipu Bos WO Ayu Puspita
• 10 jam laludetik.com
thumb
Integritas Rentan, Korupsi Rawan Terjadi
• 19 jam lalukompas.id
thumb
Doa Sholat Taubat Lengkap dengan Bacaan Niat dan Tata Cara
• 8 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Teguran Menkeu ke Bea Cukai Yang Ingin Kirimkan Pakaian Impor Sitaan ke Korban Bencana
• 14 jam lalumerahputih.com
Berhasil disimpan.