Band Iconic Tourist mencuri perhatian di perayaan 25 tahun IDC Indonesia lewat penampilan penuh energi yang menuai pujian dari musisi senior. Band rock alternatif asal Jakarta itu tampil dalam acara bertajuk IDC Indonesia 25 Years: The Musical yang digelar di Gedung Tribrata, Jakarta Selatan, pada 12 Desember lalu.
Band asal Jakarta yang digawangi oleh Jova Quincy Rangkuti (vokal/gitar), Reno Rendragraha (drum), Ananda Viguno (gitar), dan Tyo Priohutomo (bass) ini membawakan sejumlah lagu dari album debut If There Were A Band At The Opera.
Penampilan mereka menjadi simbol regenerasi musik sekaligus ruang ekspresi bagi band muda dengan karakter kuat dan lirik berbahasa Inggris.
Aksi panggung Iconic Tourist tak luput dari perhatian Ivan Slank, Bongky BIP, dan Thomas Ramdhan dari Gigi. Mereka kompak mengapresiasi kualitas musikal band tersebut.
"Mereka punya ciri khas sendiri dan beda dari band lain. Menurut saya, Iconic Tourist bisa jadi pembeda di era musik sekarang," ujar Bongky.
Thomas Ramdhan juga memuji performa mereka di atas panggung. “Kita lihat tadi perform-nya, luar biasa. Ini band berkelas dan keren,” katanya.
Sementara itu, Ivan Slank menyoroti keberanian Iconic Tourist mempertahankan gaya bermusik mereka, termasuk penggunaan lirik bahasa Inggris.
"Mereka main dengan rasa sendiri. Lirik barat menurut gue enggak masalah, sekarang sudah jadi hal yang biasa dan mudah diakses. Teruskan genre dan karakter musik kalian," ujar Ivan.
Bagi Iconic Tourist, momen ini menjadi penegasan langkah mereka di industri musik Tanah Air. Jova menyebut penampilan tersebut sebagai momentum penting untuk terus berkarya dan tampil di panggung-panggung berikutnya.
"Ini sebuah kehormatan untuk kami bisa tampil full di hari jadi IDC ke-25. Panggungnya istimewa dan momentumnya besar. Buat kami, ini jadi dorongan untuk terus berkarya dan berekspresi lewat musik," ujar Jova.
Bagi IDC Indonesia, kehadiran Iconic Tourist dalam perayaan 25 tahun ini juga mencerminkan semangat membuka ruang bagi generasi baru. CEO IDC Indonesia, Sri Handayani Rangkuti, menyebut perayaan ini sengaja dikemas santai tanpa seremoni formal agar kebersamaan dan ekspresi kreatif bisa lebih terasa.





